Masjid Umayyah: Jejak Tauhid di Tanah
Para Nabi
Di jantung Kota Damaskus, Suriah,
berdirilah sebuah bangunan yang menyimpan perjalanan panjang keagamaan manusia—Masjid
Umayyah. Tidak hanya menjadi salah satu masjid tertua dan terbesar di
dunia, masjid ini juga menjadi saksi bisu bagaimana cahaya tauhid hadir dan
menuntun perubahan besar dalam sejarah peradaban. Perjalanan
panjang tempat suci ini memperlihatkan bagaimana Allah menata skenario-Nya
melalui lintasan zaman, bangsa, dan keyakinan.
Jejak
Kuno dari Masa Aram hingga Romawi
Ribuan
tahun sebelum muadzin menggemakan Allahu Akbar di atas menara Damaskus,
lokasi Masjid Umayyah sudah menjadi pusat ibadah masyarakat kuno. Di masa Aram,
tempat ini merupakan kuil untuk Hadad, dewa hujan yang diagungkan oleh
suku-suku setempat.¹ Seiring bergulirnya kekuasaan Romawi, kuil tersebut berubah
fungsi menjadi kuil Zeus, lalu Jupiter—melambangkan hadirnya pengaruh kekuasaan
dan teologi baru di tanah Syam.²
Pada abad ke-4, ketika agama Kristen berkembang melalui Kekaisaran Romawi Timur, kuil itu kembali berubah menjadi gereja.³ Kompleks ini menjadi tempat ibadah penting, bagian dari dinamika spiritual yang terus bergerak mengikuti perubahan zaman.
Datangnya Islam dan Dimulainya Era
Baru
Pada
tahun 634 M, ketika pasukan Muslim memasuki Damaskus, sebuah babak baru pun
dimulai. Tempat yang dulunya kuil dan gereja itu berubah menjadi masjid, namun
masih tetap digunakan secara bersama oleh kaum Muslim dan Kristen—sebuah simbol
toleransi dan koeksistensi yang mengagumkan.⁴
Hingga
akhirnya pada tahun 706 M, Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik dari Dinasti
Umayyah memulai pembangunan besar-besaran. Di atas fondasi gereja St. John the
Baptist, beliau membangun sebuah masjid agung yang kelak menjadi ikon Islam
awal dan permata arsitektur dunia.
Masjid
Umayyah tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pernyataan bahwa
peradaban Islam hadir dengan keindahan, kebijaksanaan, dan peradaban yang
unggul.
Keindahan
Arsitektur yang Menyatukan Langit dan Bumi
Keagungan
Masjid Umayyah nyata terlihat dari bentuk fisiknya. Masjid ini memiliki tiga
menara yang menjulang, empat mihrab megah, serta tiga kubah besar yang
mencerminkan kesinambungan gaya arsitektur Islam awal.⁵
Dindingnya dihiasi mosaik-mosaik emas
yang begitu indah, menggambarkan pemandangan surga, pepohonan, dan kota-kota
ideal. Tanpa gambar makhluk hidup, motif-motif ini menjadi simbol betapa masjid
ini merupakan penghubung antara bumi dan langit—antara dunia dan akhirat.
Para sejarawan menilai bahwa desain
masjid ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan arsitektur Islam di
berbagai belahan dunia. Dari Andalusia hingga Asia Tengah, gema gaya Masjid
Umayyah dapat ditemukan jejaknya.
Cobaan
dan Kebangkitan Masjid Sepanjang Abad
Namun,
sejarah besar tidak pernah terlepas dari cobaan. Masjid Umayyah mengalami
beberapa kebakaran besar—pada tahun 1069, 1401, dan 1893—yang merusak sebagian
bangunannya.⁶ Tetapi setiap kali musibah melanda, Allah selalu menghadirkan
tangan-tangan pemelihara dari berbagai dinasti: Abbasiyah, Seljuk, hingga
Ottoman.
Mereka
merestorasi, memperindah, dan menjaga masjid ini, seolah memastikan bahwa
cahaya yang terpancar dari tempat ini tetap terjaga bagi generasi setelahnya.
Pelajaran
Dakwah dari Sebuah Bangunan Agung
Masjid
Umayyah bukan sekadar bangunan tua. Ia adalah metafora perjalanan manusia
menuju tauhid—dari penyembahan kepada berhala, menuju pemahaman wahyu,
hingga kemudian bersujud hanya kepada Allah Swt.
Dalam masjid ini terdapat pelajaran
dakwah yang mendalam:
- Hidayah
Allah bergerak melalui sejarah, menjangkau siapa pun yang mencari
kebenaran.
- Peradaban Islam dibangun dengan ilmu,
seni, dan ketakwaan,
bukan hanya kekuatan politik.
- Warisan umat harus dijaga, karena bangunan-bangunan suci bukan
hanya batu—melainkan pengingat iman.
- Keindahan adalah bagian dari dakwah, sebagaimana para khalifah menghias
masjid dengan kemegahan yang mengarahkan hati kepada kebesaran Allah.
Hingga hari ini, Masjid
Umayyah berdiri sebagai pusat spiritual dan budaya Islam. Suaranya
bergaung, memanggil jutaan hati untuk kembali merenungi perjalanan panjang
manusia mencari Allah Swt.
REFERENSI
¹ Burns, R. (1999). Damascus: A
History.
² Porter, A. (2010). Near Eastern
Archaeology.
³ Healey, J.F. (2015). Aramaic
Inscriptions and Documents.
⁴ Al-Tabari, Tarikh al-Rusul wa
al-Muluk.
⁵ Creswell, K.A.C. (1989). Early
Muslim Architecture.
⁶ Allen, T. (2004). Historical
Mosques of Syria.
#SejarahIslam
#MasjidUmayyah
#Damaskus
#DakwahTauhid
#PeradabanIslam



