Indonesia akan meningkatkan produksi kapas hingga 70.000 Ton pada 2010
Indonesia berencana meningkatkan produksi kapas hingga 70.000 ton pada tahun 2010 untuk mengurangi ketergantungan pada impor, kata Direktur Jenderal Perkebunan, Achmad Manggabarani, di Jakarta pada Senin.
Ia menjelaskan bahwa kebutuhan kapas dalam negeri saat ini mencapai 550.000 ton per tahun, tetapi hanya 5.000 ton yang dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri, sementara sisanya harus diimpor.
"Untuk mencapai target produksi tersebut, kami berencana membuka 50.000 hektare lahan perkebunan kapas hingga tahun 2010 serta meningkatkan produktivitas hingga 1,4 ton per hektare," ujarnya.
Saat ini, produktivitas perkebunan kapas di Indonesia hanya mencapai 0,6 ton per hektare karena petani masih menggunakan benih berkualitas rendah. Program pengembangan perkebunan kapas ini akan dilaksanakan di 55 kabupaten yang tersebar di tujuh provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.
Dengan tingkat produksi 70.000 ton per tahun, kontribusi perkebunan kapas nasional terhadap industri tekstil dan produksi tekstil dalam negeri diperkirakan akan mencapai 4,7 persen, meningkat 0,5 persen dari tingkat saat ini.
Pada tahun 2006, pengembangan perkebunan kapas telah mencapai 8.980 hektare dengan produksi 4.191 ton kapas mentah, setara dengan 1.397 ton kapas olahan, yang menyumbang 0,3 persen terhadap industri tekstil dan produksi tekstil.
Manggabarani menyebutkan bahwa ada tiga perusahaan yang akan terlibat dalam pengembangan kapas ini, yaitu PT Nusa Farm di Nusa Tenggara Barat, PT Sukun di Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Bali, serta PT Sebo Fajar di Sulawesi Selatan.
Direktur utama PT Ade Agroindustry, Ii' Tjahyadi, menjelaskan bahwa industri tekstil membutuhkan kapas dengan serat panjang dalam jumlah besar. "Benih kapas sebagian besar masih diimpor, dan hasilnya cukup baik," katanya.
Ia juga menambahkan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar untuk pengembangan perkebunan kapas, tetapi masih menghadapi kendala dalam hal irigasi karena sebagian besar perkebunan berada di lahan marginal.
Terkait masalah irigasi, Direktur Pengelolaan Air dari Direktorat Pengelolaan Air dan Lahan Kementerian Pertanian, Gatot Irianto, mengatakan bahwa pihaknya akan berupaya memanfaatkan sumber air dangkal dan air permukaan untuk perkebunan kapas.
"Kami akan menggunakan peralatan lokal agar lebih mudah dioperasikan oleh petani setempat," ujarnya.
SUMBER:
Antara, 15 Mei 2007