Docking
Molekuler dan Analisis In-Silico dari
Biomolekul Alami terhadap Virus Dengue, Ebola, Zika, SARS-CoV-2 dan Monkeypox
RINGKASAN
Kemunculan
dan evolusi yang cepat dari virus patogen manusia, dikombinasikan dengan
kesulitan dalam mengembangkan vaksin yang efektif, menggarisbawahi kebutuhan
untuk mengembangkan agen terapeutik antivirus spektrum luas yang inovatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antiviral in silico dari enam
peptida antimikroba bakteri (AMP), dua fitokimia (silvestrol,
andrographolide), dan dua metabolit sekunder bakteri (lyngbyabellin A, hapalindole H) terhadap virus Dengue, virus Zika,
virus Ebola, varian utama virus SARS-CoV-2 dan virus monkeypox. Perbandingan
skor docking yang diperoleh dengan biomolekul alami dilakukan dengan antibodi netralisasi
spesifik (kontrol positif untuk ClusPro)
dan obat antivirus (kontrol negatif untuk Autodock
Vina).
Glikosin
F merupakan satu-satunya biomolekul alami yang diuji untuk menunjukkan energi
pengikatan tinggi pada semua protein permukaan virus dan reseptor sel virus
yang cocok. Lactococcin
G dan plantaricin ASM1 juga mencapai skor docking
yang tinggi dengan semua protein permukaan virus dan sebagian besar reseptor
permukaan sel yang cocok. Silvestrol,
andrographolide, hapalindole H, dan lyngbyabellin A menunjukkan skor docking
yang bervariasi tergantung pada protein permukaan virus dan reseptor sel yang
diuji.
Tiga
mutan glikosin F dengan modifikasi asam amino menunjukkan peningkatan energi
penyambungannya ke protein Spike
SARS-CoV-2 B.1.617.2 varian India, dan varian SARS-CoV-2 P.1 Jepang/Brasil, dan
protein amplop DENV Dengue. Semua
AMP mutan menunjukkan seringnya rotamer asam amino valin dan prolin. AMP dan khususnya
glikosin F merupakan biomolekul yang paling menjanjikan untuk pengembangan
pengobatan antivirus spektrum luas yang menargetkan perlekatan dan masuknya
virus ke dalam sel targetnya.
1. INTRODUKSI
Kemunculan
dan evolusi virus penyebab penyakit telah menimbulkan ancaman fenomenal bagi
kesehatan manusia dan telah menjadi tantangan besar bagi pengobatan modern dan
tantangan ekonomi global. Virus ini sebagian besar bersifat zoonosis, yaitu
berasal dari spesies hewan reservoir tertentu yang ditularkan ke manusia [1].
Bergantung pada potensinya untuk menginfeksi dan menularkan antar manusia,
virus yang muncul dapat mengakibatkan beberapa kasus sporadis, yang menyebabkan
wabah lokal atau dapat berkembang menjadi epidemi atau bahkan menjadi pandemi
global. Kejadian kemunculan seperti itu selama beberapa
dekade terakhir sangat banyak dengan beragam kejadian [2].
Pengelolaan
infeksi virus ini sangat menantang para peneliti karena kemampuan virus bermutasi dan berevolusi dari waktu ke waktu di bawah pengaruh faktor: (a) lingkungan; (b) ekologi dan sosial-ekonomi; (c) peningkatan globalisasi; dan (d) perubahan iklim [2,3]. Contoh agen penyebab wabah ini termasuk virus Dengue;
virus Influenza yang menyebabkan flu babi dan flu burung; virus baru seperti virus
Ebola, Zika, MERS, dan SARS corona; dan sekarang monkeypox [4,5].
Beberapa dari virus ini mengalami tingkat mutasi yang tinggi dan/atau genome re-assortment, yang dapat membuat
resistensi terhadap obat antivirus, penghindaran kekebalan inang, dan respon
yang berkurang terhadap vaksin akibat pergeseran antigenik dan penyimpangan
antigenik [6,7].
Interaksi virus berdasarkan ekologi, genetika, dan masuknya ke
sel inang akan menentukan munculnya virus baru yang sangat kompleks, sehingga
tidak mungkin untuk memprediksi mekanisme epidemi atau pandemi berikutnya
[8,9]. Dengan demikian, ketika wabah virus muncul dan menimbulkan ketakutan adanya
pandemi, diperlukan respons global yang terkoordinasi mencakup: (a) perlindungan
individu; (b) jaga jarak sosial; (c) karantina; (d) Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE); dan (e) pengembangan
pengobatan antivirus dan vaksin [10,11]. Pengembangan vaksin membutuhkan waktu, sedangkan pengembangan obat antivirus dapat diantisipasi melalui pengembangan obat
spektrum luas yang menargetkan berbagai macam virus [12-15].
Pandemi
COVID-19 baru-baru ini telah menunjukkan bahwa strategi untuk memulai
pengembangan pengobatan inovatif yang cocok untuk virus yang baru muncul
sangatlah penting [16]. Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian yang berfokus
pada produk alami seperti metabolit sekunder bioaktif dan peptida antimikroba (antimicrobial peptide / AMP) dari
mikroorganisme dan tumbuhan telah menjadi minat besar di antara para peneliti
dengan aspirasi untuk mengidentifikasi obat antivirus baru terhadap virus baru
yang menyebabkan epidemi dan pandemi [17–19]. Baru-baru ini muncul virus yang
menyebabkan pandemi termasuk virus HIV, virus SARS, virus MERS, virus Hanta, virus
Dengue, virus West Nile, dan virus Ebola dan virus Zika [20].
Patogen virus
yang menyebabkan pandemi global utama yaitu avian influenza A/H3N (flu Rusia)
selama 1889–1893, avian influenza A/H1N1 (flu Spanyol) selama 1918–1919, avian
influenza A/H2N2 (flu Asia) selama 1957–1959, avian influenza A/H3N2 (flu Hong
Kong) selama 1968–1970, penyakit SARS-CoV antara 2002–2003, flu babi yang
disebabkan oleh influenza A/H1N1, penyakit MERS-CoV pada 2015; dan COVID-19
disebabkan oleh SARS-CoV-2 [21]. Sasaran virus yang potensial untuk obat
antivirus baru ini termasuk kapsid atau protein struktural selubung virus (amplop)
[22,23].
Kemajuan
teknologi komputer telah membuat terobosan banyak aspek penemuan obat di masa
kini. Teknologi tersebut meliputi skrining virtual untuk identifikasi sasaran
dan teknik yang akan mengoptimalkan kontribusi dalam skrining agen potensial
dengan biaya rendah dan aman dengan tujuan menemukan obat yang rasional.
Skrining virtual dapat dikategorikan ke dalam metode berbasis struktur dan
berbasis ligan [24].
Docking
molekuler merupakan teknik yang paling umum diterapkan untuk penyaringan virtual
interaksi molekuler sejak awal 1980-an. Program komputer berdasarkan berbagai
algoritma telah dikembangkan untuk melakukan studi docking molekuler, karena
teknik skrining virtual ini telah menjadi alat yang semakin penting dan utama
dalam penelitian farmasi [25]
Studi
ini dilakukan dengan maksud untuk mengidentifikasi agen antivirus alami
spektrum luas baru yang menargetkan perlekatan partikel virus dan masuknya ke
dalam sel target. Disini dilaporkan potensi pengikatan molekul bioaktif yang
diproduksi secara alami oleh bakteri dan tanaman ke protein virus permukaan dan
reseptor sel yang cocok menggunakan perangkat lunak komputer docking molekuler
dalam pengaturan virtual.
2. HASIL
Hasil
eksperimen in silico mengungkapkan
potensi interaksi mendalam antara beberapa kandidat obat biomolekul dan protein
virus atau reseptor virus pada sel yang terkait dengan virus Dengue, Ebola,
Zika, monkeypox, dan virus varian SARS-CoV-2.
Skor
energi docking yang lebih tinggi digunakan untuk menentukan kekuatan docking
setiap molekul ligan dengan reseptornya masing-masing. Ligan adalah molekul sederhana yang bertindak sebagai
penyusun elektron pada senyawa kompleks. Skor energi docking bahan referensi digunakan
untuk membandingkan efektivitas masing-masing kandidat obat biomolekul dan
potensi antivirusnya. Data untuk analisis docking molekuler untuk bahan
referensi dirangkum dalam Tabel 1. Dengan menggunakan perangkat lunak Autodock
Vina, nilai batas untuk memprediksi energi docking yang tinggi antara ligan dan
reseptor telah ditetapkan pada −6 kkal/mol pada penelitian sebelumnya [26,27].
Skor energi ClusPro mencerminkan upaya untuk mencapai sumber asli dengan energi
pengikat bebas terendah [28].
Antibodi
antivirus yang digunakan sebagai kontrol positif dan reseptor virus seluler
menunjukkan energi pengikatan yang sangat tinggi ketika digabungkan dengan
protein virus permukaan yang cocok, dengan skor docking mulai dari −749,6
hingga −1239,9 kkal/mol. Meskipun mekanisme kerjanya menargetkan mesin
replikasi genom virus, obat antivirus Brincidofovir, Molnupiravir, Remdesevir,
dan Sofosbuvir menunjukkan skor docking dengan protein virus permukaan sedikit
di atas nilai batas yang dijelaskan dalam literatur. Obat antivirus Tecovirimat
yang menghambat protein amplop p37 yang sangat penting untuk transmisi
ekstraseluler MPV juga mencapai skor docking yang relatif rendah untuk protein
virus A42R.
Tabel 1. Data docking molekul bahan
referensi dengan protein virus terpilih
SARS-CoV-2:
Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2; DENV: Dengue virus;
EBOV: Ebola virus; ZIKV: Zika virus
Perbandingan
skor docking yang diperoleh dengan biomolekul alami (AMPS, fitokimia, atau
metabolit sekunder bakteri) dilakukan dengan kontrol negatif dan positif yang
digunakan dalam penelitian, yaitu antibodi netralisasi spesifik (kontrol
positif untuk ClusPro) dan obat antivirus (kontrol negatif untuk Autodock Vina).
Skor docking yang diperoleh dengan ClusPro yang lebih besar atau sama dengan
hasil yang diperoleh dengan kontrol positif dianggap tinggi. Skor docking yang
diperoleh dengan Autodock Vina yang lebih tinggi dari hasil yang diperoleh
dengan kontrol negatif dianggap tinggi.
Glycocin
F menunjukkan energi pengikatan yang tinggi untuk semua protein permukaan virus
dan reseptor virus sel yang cocok diuji (Tabel 2-8). Plantaracin ASM1 dan
lactococcin G juga menunjukkan skor docking yang tinggi dengan semua protein
permukaan virus yang diuji dan semua reseptor sel untuk varian DENV, ZIKV,
EBOV, dan SARS-VoV-2, tetapi tidak dengan reseptor monkeypox (Tabel 3 dan 4).
Skor
energi docking AMP bakteri berkisar antara −771 hingga −975,2 kkal/mol dengan
DC-SIGN, dari −793,5 hingga −1336,2 kkal/mL dengan AXL, dari −756,8 hingga
−1163,1 kkal/mol dengan TIM-1, dari − 609,3 hingga 1018,9 kkal/mol dengan ACE2,
dari −958,2 hingga −1505,5 kkal/mol dengan Toll-like receptor 5, dari −719
hingga −1114,9 kkal/mol dengan CR3/Mac-1, dan dari −579,9 hingga −1134,2 kkal/
mol dengan CD36 (Tabel 2).
Skor
energi docking AMP bakteri dengan protein spike (S) SARS-CoV-2 berkisar sebagai
berikut; untuk bacteriocin plantaricin ASM1 kisarannya adalah −1237.5 hingga
−1399.3 kkal/mol (Tabel 3), untuk bakteriosin laktokokus G kisarannya adalah
−1009.9 hingga −1262.3 kkal/mol (Tabel 4), untuk nisin kisarannya adalah −741.3
hingga −826 kkal/mol (Tabel 5), untuk bakteriosin glikosin F kisarannya adalah
−1219,4 hingga −1756,7 kkal/mol (Tabel 6), untuk gardimisin kisarannya adalah
−938,1 hingga −998,4 kkal/mol (Tabel 7) dan untuk surfaktin kisarannya adalah
−884,5 hingga −975 kkal/mol (Tabel 8).
Skor
docking untuk protein amplop DENV, protein ZIKV E, glikoprotein EBOV, dan
protein mirip Profilin A42R berkisar dari −990,5 hingga −1167,4 kkal/mol dengan
bakteriosin plantarisin ASM1 (Tabel 3), berkisar dari −880,6 hingga −1056,6
kkal/mol dengan bacteriocin lactococcin G (Tabel 4), dari −633.2 hingga −783.6
kkal/mol dengan nisin (Tabel 5), dari −1009 hingga −1208.2 kkal/mol dengan
bakteriosin glikosin F (Tabel 6), dari −754 hingga − 1009 kkal/mol dengan
gardimisin (Tabel 7), dan dari −742 hingga −952,4 kkal/mol dengan surfaktin
(Tabel 8).
Bakteriosin
glikosin F menunjukkan energi docking tertinggi untuk protein spike (S) varian
SARS-CoV-2 B.1.427 USA, dengan skor docking
−1756,7 kkal/mol (Tabel 6). Sementara itu, bacteriocin plantaricin ASM1
menunjukkan energi docking tertinggi untuk protein spike (S) SARS-CoV-2 B.1.351
varian Afrika Selatan dengan skor docking −1399,3 kkal/mol (Tabel 3).
Energi
docking tertinggi untuk glikoprotein virus Ebola tercatat dengan bakteriosin glikosin
F, yang menunjukkan skor docking −1208,2 kkal/mol. Interaksi residu asam amino
spesifik dari AMP bakteri dan protein virus permukaan juga disajikan pada Tabel
3-8. PyMOL menunjukkan adanya berbagai residu asam amino yang berinteraksi
untuk setiap molekul yang berkaitan.
Tabel 2. Data docking molekuler reseptor
virus seluler dengan ligan terpilih.
SARS-CoV-2:
Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2; DC-SIGN: Dendritic
Cell-Specific Intercellular adhesion molecule-3-Grabbing Non-integrin; AXL:
AXL Receptor Tyrosine Kinase; TIM-1: T-cell immunoglobulin and mucin domain 1;
ACE2: angiotensin-converting enzyme 2.
Tabel 3. Analisis docking molekuler
bakteriosin plantarisin ASM1 (PDB ID: 2MVI) yang berasal dari L. plantarum
SARS-CoV-2:
Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2, TRP: Tryptophan, LEU: Leucine, ALA: Alanine, ASP: Aspartic
acid, ASN: Asparagine, LYS: Lysine, ARG: Arginine, GLY: Glutamic acid, PRO:
Proline, VAL: Valine, GLU: Glutamic acid, SER: Serine, THR: Threonine, HIS: Histidine,
ILE: Isoleucine, CYS: Cysteine, MET: Methionine, PHE: Phenylalanine, TYR:
Tyrosine.
Tabel 4. Analisis docking molekuler
bakteriosin laktokokus G (PDB ID: 2JPK) yang berasal dari L. lactis.
SARS-CoV-2:
Severe acute respiratory syndrome coronavirus
2, TRP: Tryptophan, LEU: Leucine, ALA: Alanine, ASP: Aspartic acid, ASN:
Asparagine, LYS: Lysine, ARG: Arginine, GLY: Glutamic acid, PRO: Proline, VAL:
Valine, GLU: Glutamic acid, SER: Serine, THR: Threonine, HIS: Histidine, ILE:
Isoleucine, CYS: Cysteine, MET: Methionine, PHE: Phenylalanine, TYR: Tyrosine.
Tabel 5. Analisis docking molekul nisin
(PDB ID: 5XHB) yang berasal dari L.
lactis.
SARS-CoV-2:
Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2, TRP: Tryptophan, LEU: Leucine, ALA: Alanine, ASP: Aspartic
acid, ASN: Asparagine, LYS: Lysine, ARG: Arginine, GLY: Glutamic acid, PRO:
Proline, VAL: Valine, GLU: Glutamic acid, SER: Serine, THR: Threonine, HIS:
Histidine, ILE: Isoleucine, CYS: Cysteine, MET: Methionine, PHE: Phenylalanine,
TYR: Tyrosine.
Tabel 6. Analisis docking molekuler
bakteriosin glikosin F (PDB ID: 2KUY) yang berasal dari L. plantarum.
SARS-CoV-2:
Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2, TRP: Tryptophan, LEU: Leucine, ALA: Alanine, ASP: Aspartic
acid, ASN: Asparagine, LYS: Lysine, ARG: Arginine, GLY: Glutamic acid, PRO:
Proline, VAL: Valine, GLU: Glutamic acid, SER: Serine, THR: Threonine, HIS:
Histidine, ILE: Isoleucine, CYS: Cysteine, MET: Methionine, PHE: Phenylalanine,
TYR: Tyrosine.
Tabel 7. Analisis docking molekuler
gardimycin (PDB ID: 1AJ1) yang berasal dari A.
garbadinensis.
SARS-CoV-2:
Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2, TRP: Tryptophan, LEU: Leucine, ALA: Alanine, ASP: Aspartic
acid, ASN: Asparagine, LYS: Lysine, ARG: Arginine, GLY: Glutamic acid, PRO:
Proline, VAL: Valine, GLU: Glutamic acid, SER: Serine, THR: Threonine, HIS:
Histidine, ILE: Isoleucine, CYS: Cysteine, MET: Methionine, PHE: Phenylalanine,
TYR: Tyrosine.
Tabel 8. Analisis docking molekul
surfaktin (PDB ID: 1JMK) yang berasal dari B.
subtilis.
SARS-CoV-2:
Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2, TRP: Tryptophan, LEU: Leucine, ALA: Alanine, ASP: Aspartic
acid, ASN: Asparagine, LYS: Lysine, ARG: Arginine, GLY: Glutamic acid, PRO:
Proline, VAL: Valine, GLU: Glutamic acid, SER: Serine, THR: Threonine, HIS:
Histidine, ILE: Isoleucine, CYS: Cysteine, MET: Methionine, PHE: Phenylalanine,
TYR: Tyrosine.
Dua
phytochemical silvestrol dan andrographolide,
serta dua metabolit sekunder bakteri hapalindole H dan lyngbyabellin A menunjukkan skor docking yang bervariasi tergantung
pada protein permukaan virus yang diuji (Tabel 9-12). Hapalindole H menunjukkan
skor docking yang tinggi dengan panel lebar protein virus dari ZIKV, EBOV,
SARS-CoV-2 B.1.1.7 UK, SARS-CoV-2 B.1.351 Afrika Selatan, SARS-CoV-2 P.1
Jepang/Brazil dan SARS-CoV-2 B.1.1.529 varian Omicron. Silvestrol menunjukkan
skor docking yang tinggi dengan protein virus ZIKV, SARS-CoV-2 B.1.1.7 Inggris,
SARS-CoV-2 B.1.351 Afrika Selatan, SARS-CoV-2 P.1 Jepang/Brazil dan SARS-CoV -2
B.1.1.529 varian Omicron yang menjadi perhatian (Tabel 9). Andrographolide
menunjukkan energi docking yang tinggi dengan protein virus EBOV, SARS-CoV-2
B.1.1.7 UK, dan varian SARS-CoV-2 P.1 Japan/Brazil (Tabel 10). Lyngbyabellin A
menunjukkan skor docking yang tinggi hanya dengan SARS-CoV-2B.1.1.7 Inggris,
SARS-CoV-2 P.1 Jepang/Brasil, SARSCoV-2 B.1.617.2 India, dan SARS-CoV-2 B.1.1
.529 varian Omicron (Tabel 11). Silvestrol mencatat energi docking tertinggi
sebesar −8,4 kkal/mol untuk protein spike varian SARS-CoV-2 B.1.351 Afrika
Selatan (Tabel 9). Andrographolide menunjukkan energi docking tertinggi untuk
protein spike varian SARS-CoV-2 B.1.1.7 UK dengan nilai −7,7 kkal/mol (Tabel
10). Lyngbyabellin A mencatat skor docking tertinggi −9.0 kcal/mol untuk
protein spike varian SARS-CoV-2 B.1.1.7 UK (Tabel 11). Hapalindole H memiliki
energi docking tertinggi yang sama untuk protein spike varian SARSCoV-2 B.1.351
Afrika Selatan dan SARS-CoV-2 P.1 Jepang/Brasil dengan nilai −8,2 kkal/mol
(Tabel 12). Silvestrol, lyngbyabellin A, andrographolide, dan hapalindole H
menunjukkan skor docking yang tinggi pada reseptor seluler DENV, tetapi energi
docking yang rendah pada reseptor seluler ZIKV, MPV, dan SARS-CoV-2 (Tabel 2).
Hapalindole H tetapi bukan silvestrol, lyngbyabellin A, dan andrographolide
menunjukkan energi docking yang tinggi ke reseptor seluler EBOV (Tabel 2).
Tabel 9. Analisis docking molekul
silvestrol (CID: 11787114) yang berasal dari Aglaia spp.
SARS-CoV-2:
Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2, TRP: Tryptophan, LEU: Leucine, ALA: Alanine, ASP: Aspartic
acid, ASN: Asparagine, LYS: Lysine, ARG: Arginine, GLY: Glutamic acid, PRO:
Proline, VAL: Valine, GLU: Glutamic acid, SER: Serine, THR: Threonine, HIS:
Histidine, ILE: Isoleucine, CYS: Cysteine, MET: Methionine, PHE: Phenylalanine,
TYR: Tyrosine.
Tabel 10. Analisis docking molekuler
andrographolide (CID: 5318517) yang berasal dari A. paniculata.
SARS-CoV-2:
Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2, TRP: Tryptophan, LEU: Leucine, ALA: Alanine, ASP: Aspartic
acid, ASN: Asparagine, LYS: Lysine, ARG: Arginine, GLY: Glutamic acid, PRO:
Proline, VAL: Valine, GLU: Glutamic acid, SER: Serine, THR: Threonine, HIS:
Histidine, ILE: Isoleucine, CYS: Cysteine, MET: Methionine, PHE: Phenylalanine,
TYR: Tyrosine.
Tabel 11. Analisis docking molekul
lyngbyabellin A (CID:10032587).
SARS-CoV-2:
Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2, TRP: Tryptophan, LEU: Leucine, ALA: Alanine, ASP: Aspartic
acid, ASN: Asparagine, LYS: Lysine, ARG: Arginine, GLY: Glutamic acid, PRO:
Proline, VAL: Valine, GLU: Glutamic acid, SER: Serine, THR: Threonine, HIS:
Histidine, ILE: Isoleucine, CYS: Cysteine, MET: Methionine, PHE: Phenylalanine,
TYR: Tyrosine.
Tabel 12. Analisis docking molekul
hapalindole H (CID:21671525).
SARS-CoV-2:
Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2, TRP: Tryptophan, LEU: Leucine, ALA: Alanine, ASP: Aspartic
acid, ASN: Asparagine, LYS: Lysine, ARG: Arginine, GLY: Glutamic acid, PRO:
Proline, VAL: Valine, GLU: Glutamic acid, SER: Serine, THR: Threonine, HIS:
Histidine, ILE: Isoleucine, CYS: Cysteine, MET: Methionine, PHE: Phenylalanine,
TYR: Tyrosine.
Representasi
3D dari hasil docking molekuler dengan skor docking tertinggi untuk setiap
protein virus ditunjukkan pada Gambar 1. Ilustrasi energi ikat terbaik untuk
enam target silvestrol, andrographolide, lyngbyabellin A, dan hapalindole H
dengan protein virus permukaan dan interaksi amino residu asam masing-masing
diilustrasikan pada Gambar 2–5. AMP dengan energi pengikatan tertinggi untuk
protein virus dimutasi dan mutan tersebut kemudian dievaluasi afinitasnya
terhadap protein virus. Di antara AMP
mutan yang diuji, hanya tiga mutan glikosin F yang menunjukkan peningkatan energi
dok dengan protein spike SARS-CoV-2 B.1.617.2 varian India, protein spike
SARS-CoV-2 P.1 Japan/ Varian Brasil, dan protein amplop DENV dibandingkan
dengan AMP tipe liar yang cocok, menunjukkan peningkatan stabilitas docking
molekul (Tabel 13 dan Gambar 6). Ini tidak berlaku untuk bacteriocin
plantaricin ASM1 terhadap protein E virus Zika dan terhadap protein spike (S)
dari SARS-CoV-2 B.1.351 varian Afrika Selatan, juga tidak terjadi pada
bakteriosin glikosin F terhadap spike (S) protein SARS-CoV-2 varian P.1
Jepang/Brasil (Tabel 13 dan Gambar 6). Sering terjadinya rotamers asam amino,
valin (VAL), dan prolin (PRO) telah terdeteksi di semua AMP bakteri mutan.
Gambar
1. Visualisasi 3D dari docking molekul AMP bakteri dengan protein permukaan
virus dan residu asam amino yang cocok (afinitas pengikatan tertinggi antara
AMP dan setiap protein virus dipilih). Protein virus (reseptor) diilustrasikan
dengan warna ungu dan AMP (ligan) bakteri diilustrasikan dengan warna biru.
Gambar
2. Hasil analisis docking menunjukkan 6 tempat pengikatan utama silvestrol
dengan protein permukaan virus yang berbeda. Interaksi molekuler dalam struktur
3D divisualisasikan dalam PyMOL. (a) Menunjukkan domain yang mengikat. (b)
Situs pengikatan. (c) Interaksi asam amino reseptor (ungu) dan ligan (biru).
Gambar
3. Hasil analisis docking menunjukkan 6 tempat pengikatan utama andrographolide
dengan protein permukaan virus yang berbeda. Interaksi molekuler dalam struktur
3D divisualisasikan dalam PyMOL. (a) Menunjukkan domain yang mengikat. (b)
Situs pengikatan. (c) Interaksi asam amino reseptor (ungu) dan ligan (biru).
Gambar
4. Hasil analisis docking menunjukkan 6 tempat pengikatan utama lyngbyabellin A
dengan protein permukaan virus yang berbeda. Interaksi molekuler dalam struktur
3D divisualisasikan dalam PyMOL. (a) Menunjukkan domain yang mengikat. (b)
Situs pengikatan. (c) Interaksi asam amino reseptor (ungu) dan ligan (biru).
Gambar
5. Hasil analisis docking menunjukkan 6 tempat pengikatan utama hapalindole H
dengan protein permukaan virus yang berbeda. Interaksi molekuler dalam struktur
3D divisualisasikan dalam PyMOL. (a) Menunjukkan domain yang mengikat. (b)
Situs pengikatan. (c) Interaksi asam amino reseptor (ungu) dan ligan (biru).
Gambar
6. Perbandingan bakteriosin glikosin tipe liar dan mutan F.
(a)
Bakteriosin glikosin F tipe liar terhadap protein spike (S) SARS-CoV-2
B.1.617.2 varian India.
(b)
Bakteriosin glikosin F mutan terhadap protein spike (S) SARS-CoV-2 B.1.617.2
varian India.
(c)
Bakteriosin glikosin F tipe liar terhadap protein spike (S) terhadap SARS-CoV-2
P.1 varian Jepang/Brasil.
(d)
Bakteriosin glikosin F mutan terhadap protein spike (S) dari varian SARS-CoV-2
P.1 Jepang / Brasil.
Residu
asam amino dari protein tipe liar tampak berwarna ungu, sedangkan rotamer
residu asam amino dari protein mutan tampak berwarna abu-abu.
Tabel
13. Perbandingan analisis docking molekuler AMP bakteri mutan dengan protein
tipe liar yang cocok.
AMP
dengan afinitas tertinggi untuk protein virus dimutasi dan mutan tersebut
kemudian dievaluasi afinitasnya terhadap protein virus. Afinitas pengikatan
yang meningkat dari mutan ditunjukkan dengan huruf tebal. SARS-CoV-2: Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2, TRP: Triptofan, LEU: Leusin, ALA: Alanin, ASP: Asam
aspartat, ASN: Asparagin, LYS: Lisin, ARG: Arginin, GLY: Asam glutamat, PRO:
Prolin , VAL: Valin, GLU: Asam glutamat, SER: Serin, THR: Threonine, HIS:
Histidine, ILE: Isoleucine, CYS: Cysteine, MET: Methionine, PHE: Phenylalanine,
TYR: Tyrosine.
3. DISKUSI
Banyaknya
virus yang muncul seperti Dengue, Zika, Ebola, cacar monyet, dan kejadian
baru-baru ini dari pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa gudang terapeutik
antivirus saat ini tidak mencukupi [2,4]. Pengembangan vaksin mahal dan memakan
waktu, dan administrasi skala besar bisa sulit [29]. Selain itu, pengembangan
pengobatan antivirus terhambat oleh kekuatan evolusi yang tinggi dari virus
tertentu seperti virus corona atau virus Ebola. Semua ini menyoroti kebutuhan
untuk mengembangkan molekul antivirus spektrum luas baru, yaitu aktif melawan
berbagai macam virus [30-32]. Idealnya, perawatan antivirus spektrum luas ini
harus dapat aktif melawan virus baru yang sama sekali tidak dikenal atau virus
baru yang merupakan mutan atau varian dari virus yang dikenal.
Virus
Dengue, Ebola, Zika, dan SARS-CoV-2 menggunakan protein permukaan strukturalnya
untuk menempel dan menginduksi masuk ke dalam sel inang dan memulai
patogenesis. Oleh karena itu, agen terapeutik yang mampu menghambat perlekatan
virus ini ke reseptor sel inang yang cocok akan memblokir inisiasi replikasi
virus dan infeksi dini [33,34]. Protein permukaan virus yang berikatan dengan
reseptor permukaan sel target merupakan kandidat yang baik untuk pengembangan
vaksin karena merangsang produksi antibodi pemblokiran [35]. Berbagai
biomolekul alami mampu memblokir infeksi virus in vitro dari jenis virus tertentu, biasanya dengan memblokir aksi
mesin replikasi genom virus [36,37]. Penelitian ini didasarkan pada asumsi
bahwa memblokir protein permukaan virus dan/atau reseptor sel yang cocok juga
dapat dicapai dengan biomolekul alami. Telah dipilih berbagai biomolekul alami
yang berasal dari bakteri atau tumbuhan yang data dalam literatur menunjukkan
sifat antivirus terhadap berbagai virus.
Kami
menguji in silico kemampuan biomolekul
alami tersebut untuk berinteraksi dengan protein yang terlibat dalam pengenalan
virus dari reseptor permukaan sel dari virus utama yang baru muncul. Dengan
demikian, kami menargetkan protein selubung virus dari virus dengue, Ebola,
Zika, dan SARS-CoV-2 serta reseptor permukaan sel yang cocok, untuk mencari
molekul antivirus spektrum luas. Mengingat
kemunculannya baru-baru ini di berbagai negara, juga telah dilihat virus cacar
monyet. Kami mengandalkan beberapa data yang dipublikasikan dan/atau dapat
diakses di database untuk memilih protein virus A42R dan reseptor seluler
Toll-like receptor 5, CR3/Mac-1, CD36, dan FcγRIIA. Gambar 7 mengilustrasikan
mode tindakan antivirus yang diusulkan dari biomolekul ini, yang terdiri dari
pemblokiran protein permukaan virus atau reseptor sel yang cocok, atau
keduanya.
Gambar
7. Usulan mekanisme aksi antivirus molekul bakteri dan fitokimia terhadap DENV,
EBOV, ZIKV, MPV, dan SARS-CoV-2, dengan menargetkan interaksi antara protein
permukaan virus dan reseptor sel (DC-SIGN, AXL, TIM-1 , ACE2, Toll-like
receptor 5, FcγRIIA, CR3/Mac1 dan CD36). Fitokimia tidak mampu berikatan dengan
reseptor sel AXL dan ACE2 dan lyngbyabellin A tidak mampu berikatan dengan
protein E permukaan DENV. Biomolekul alami ini dapat berkontribusi untuk
mengurangi patogenesis virus dalam sel inang.
Silvestrol, metabolit sekunder yang
berasal dari Aglaia spp. menunjukkan potensi antivirus spektrum luas
dalam studi in silico yang dilakukan
karena diperkirakan berinteraksi dengan protein permukaan virus dari dua
keluarga virus (ZIKV, dan beberapa varian SARS-CoV-2). Namun, prediksi
pengikatan hanya menunjukkan skor docking yang tinggi dengan reseptor seluler
DENV untuk silvestrol. Dengan demikian, silvestrol dapat memblokir interaksi
DENV dengan sel target dengan mengikat reseptor sel. Untuk virus ZIKV, dan
SARS-CoV-2, silvestrol hanya akan memblokir protein permukaan virus. Mekanisme
lain untuk tindakan antivirus silvestrol sebelumnya telah dilaporkan dalam
literatur [38-40]. Sebuah studi yang dilakukan oleh Müller dkk. menunjukkan
bahwa silvestrol menghambat replikasi HCoV-229E dan MERS-CoV dengan
menangguhkan terjemahan mRNA virus capdependent
[41]. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa silvestrol dapat menghambat
translasi mRNA virus EBOV, ZIKV dan virus hepatitis E yang bergantung pada
eIF4A [42,43]. Sebuah studi oleh Henss dkk. juga menunjukkan bahwa silvestrol
dapat menunda sintesis protein virus chikungunya dan mengurangi replikasi RNA
virus [44]. Investigasi baru-baru ini menunjukkan bahwa silvestrol pada
konsentrasi 10 nM mengurangi titer virus SARS-CoV-2 hingga 100 kali lipat dalam
sel epitel bronkial manusia yang terinfeksi [45].
Senyawa
fitokimia andrographolide, yang berasal
dari A. paniculate, juga
menunjukkan potensi antivirus spektrum luas dalam studi in silico saat ini. Seperti pada silvestrol, skor docking yang
tinggi diperoleh saat andrographolide diuji terhadap reseptor seluler DENV.
Prediksi yang mengikat juga menunjukkan skor docking yang kuat dengan protein
permukaan EBOV dan dua varian SARS-CoV-2. Dengan demikian, andrographolide
dapat memblokir interaksi DENV dengan sel target dengan berinteraksi dengan
reseptor seluler yang cocok. Untuk EBOV dan SARS-CoV-2, andrographolide hanya
akan memblokir protein permukaan virus. Data dari literatur menunjukkan bahwa
andrographolide memiliki berbagai sifat antivirus [46]. Andrographolide
menghambat replikasi DENV dan mengurangi infeksi pada sel HepG2 dan HeLa
manusia [47].
Ekstrak
etanol A. paniculate yang mengandung
andrographolide menghambat aktivitas simian retrovirus pada sel A549 manusia
[48]. Andrographolide mengurangi infeksi CHIKV pada sel HepG2 manusia dengan
mengganggu sintesis protein virus [49]. Andrographolide menghambat ekspresi
glikoprotein selubung virus C dan D dari virus herpes simpleks tipe 1 [50].
Andrographolide menghambat aktivitas DENV dan ZIKV [51]. Andrographolide
menurunkan viral load SARS-CoV-2 dalam sel Calu-3 manusia [52] dan dianggap
menghambat protease utama SARS-CoV-2 [53,54].
Metabolit
sekunder yang diisolasi dari cyanobacteria dikenal karena potensi aktivitas
antivirusnya terhadap patogen virus seperti HIV, virus campak, adenovirus,
influenza, virus herpes simpleks, dan Coxsackie [55-57]. Sebuah studi in silico baru-baru ini yang dilakukan
oleh Aminu dkk. menunjukkan bahwa senyawa alkaloid indol yang dikenal sebagai
hapalindole yang berasal dari cyanobacteria laut memiliki energi docking yang
kuat dengan protein spike SARS-CoV-2 [58].
Dalam
penelitian kami, hapalindole
ditemukan memiliki energi docking yang tinggi tidak hanya untuk protein
permukaan dari berbagai varian SARS-CoV-2 tetapi juga untuk protein ZIKV dan
EBOV. Prediksi yang mengikat juga menunjukkan skor docking yang kuat dengan
reseptor seluler DENV dan EBOV untuk hapalindole. Dengan demikian hapalindole
mungkin memiliki sifat antivirus terhadap EBOV dengan memblokir glikoprotein
amplopnya dan reseptor yang cocok, sifat antivirus terhadap SRARS-CoV-2 dan
ZIKV dengan hanya memblokir protein amplop virus dan DENV dengan memblokir
reseptor sel.
Glikosin
F adalah satu-satunya AMP, dan lebih luas lagi, satu-satunya biomolekul alami
yang diuji untuk menunjukkan energi pengikatan tinggi pada semua protein
permukaan virus dan reseptor virus sel yang cocok. Lactococcin G dan
plantaricin ASM1 juga menunjukkan spektrum luas yang menjanjikan dalam potensi
antivirus in silico dengan
menargetkan semua protein virus permukaan dan sebagian besar reseptor permukaan
sel yang cocok. Afinitas pengikatan yang
diperoleh antara ketiga AMP ini dan protein permukaan virus atau reseptor sel
yang cocok sangat tinggi (dari −825,2 hingga −1756,7 kkal/mol).
Di
antara AMP yang diuji, bakteriosin
lantibiotik yang diproduksi oleh L.
lactis yang dikenal sebagai nisin, adalah satu-satunya AMP turunan
mikroba yang disetujui FDA sampai saat ini [59,60]. Aktivitas antivirus nisin
terhadap bovine viral diarrhea virus (BVDV) telah dibuktikan [61]. Sebuah studi
in silico yang dilakukan oleh Balmeh dkk.
menunjukkan bahwa bakteriosin glikosin F yang berasal dari L. lactis dan bakteriosin plantaricin ASM1 yang berasal dari L. plantarum memiliki energi docking
yang tinggi dengan protease SARS-CoV-23CL, RNA polimerase RdRp yang bergantung
pada RNA dan protein amplop spike (S) [19].
Surfaktin adalah antimikroba alami yang
kuat yang berasal dari B. subtilis, yang menekan porcine epidemic diarrhea virus (PEDV) dan transmissible swine gastroenteritis virus (TGEV) dalam sel epitel
dengan menghambat fusi membran virus dengan sel inang pada konsentrasi antara
15–50 µg /mL [62]. Mekanisme aksi ini konsisten dengan hasil in silico yang disajikan di sini yang
menunjukkan bahwa gardimycin, glycocin F, lactococcin G, dan plantaricin ASM1
dapat berinteraksi dengan protein permukaan berbagai virus dan varian berbeda
dari virus SARS-COV-2, dan dengan mereka reseptor permukaan sel yang cocok. Hal
ini dapat menjelaskan hasil yang dipublikasikan baru-baru ini yang menunjukkan
bahwa AMP yang diproduksi oleh probiotik strain Lactobacillus acidophilus mengurangi gejala pasien COVID-19 yang
dirawat di rumah sakit dan meningkatkan produksi antibodi terhadap SARS-CoV-2
[60,61,63,64].
4. METODE
4.1. Ligan dan Reseptor Dijalankan
4.1.1. Ligan
Sebanyak
19 ligan, termasuk 9 molekul referensi (4 antibodi dan 5 obat antivirus), 6 AMP
yang berasal dari bakteri, 2 fitokimia, dan 2 metabolit sekunder
cyanobacterial, dipilih untuk percobaan docking molekuler (Tabel S1). Anti-bodi
dan reseptor virus seluler digunakan sebagai kontrol positif untuk interaksi
dengan protein permukaan virus yang cocok. Obat antivirus yang menargetkan
enzim yang terlibat dalam replikasi genom virus digunakan sebagai kontrol
negatif untuk interaksi dengan protein permukaan virus.
Struktur
tiga dimensi (3D) makromolekul terpilih diunduh dari database PDB Research Collaboratory for Structural
Bioinformatics Protein (RCSB) (https://www.rcsb.org/) diakses pada 10
Agustus 2021 dan dari National Library of Database Kedokteran (NLM) PubChem PDB
(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov) diakses pada 10 Agustus 2021 dalam format
SDF.
4.1.2. Reseptor
Sebanyak
10 protein permukaan struktural virus dari virus Dengue, Ebola, Zika,
SARS-CoV-2, dan Monkeypox serta 8 reseptor virus seluler dipilih sebagai
reseptor untuk berkaitan dengan ligan yang ditentukan. Sasaran virus adalah
protein amplop (E) virus dengue (PDB ID: 1TG8), glikoprotein permukaan virus
Ebola (PDB ID: 5JQ3), protein amplop virus Zika E (PDB ID: 5JHM), SARS-CoV-2
protein spike (S) varian Inggris B.1.1.7 (PDB ID: 7LWS), varian Afrika
Selatan.1.351 (PDB ID: 7LYK), varian Jepang/Brasil P.1 (PDB ID: 7M8K), Varian
AS B.1.427 (PDB ID: 7N8H), varian India B.1.617.2 (PDB ID:7V7O), varian Omicron
B.1.1.529 (PDB ID: 7T9J) dan protein mirip Profilin A42R dari cacar monyet
virus (PDB ID: 4QWO). Reseptor seluler untuk protein virus yang cocok termasuk
DCSIGN (PDB ID: 1SL4) untuk protein selubung virus dengue, AXL (PDB ID: 5U6B)
untuk protein virus Zika E, TIM-1 (PDB ID: 2OR) untuk glikoprotein virus Ebola,
Toll-like receptor 5 (PDB ID: 3J0A), CR3/Mac-1 (PDB ID: 4M76), CD36 (PDB ID:
5LGD), dan FcγRIIA (PDB ID: 1H9V) untuk protein MPV mirip Profilin A42R, dan
ACE2 (PDB ID: 1R42) untuk protein spike (S) SARS-CoV-2.
4.2. Pemodelan dan Persiapan Makromolekul
Terpilih
Struktur
PDB protein virus dan senyawa fitokimia dimodifikasi menggunakan AutoDockTools
(versi 1.5.7, La Jolla, CA, USA), di mana molekul air dibuang dan ikatan
hidrogen serta muatan Kollman ditambahkan. File SDF dan PDB yang dimodifikasi
diubah menjadi format Protein Data Bank, Partial Charge (Q), dan Atom Type (T)
(PDBQT) sebelum dianalisis untuk mengoptimalkan efisiensi docking.
4.3. Analisis Docking Molekuler
Docking
molekul makromolekul yang lebih kecil seperti senyawa fitokimia dengan protein
struktural virus yang dipilih dilakukan dengan menggunakan AutoDock Vina (versi
1.1.2, La Jolla, CA, USA). Docking dilakukan pada dimensi kotak jaringan
default 40 Å × 40 Å × 40 Å dan rentang energi ditetapkan pada 4 dan keleluasaan
ditetapkan pada 8 [65]. Dalam kasus makromolekul yang lebih besar, yaitu AMP
bakteri dan antibodi referensi, docking molekuler dengan protein struktural
virus terpilih dilakukan dengan penerapan server online berbasis komputer super
ClusPro 2.0 [66-69].
4.4. Estimasi Energi Bebas
Pengikat/Energi Docking dan Penentuan Jarak Kuadrat Rata-Rata Akar
Perangkat
lunak AutoDock Vina dan server online ClusPro digunakan untuk menghitung dan
memperkirakan energi docking/energi bebas ikatan kompleks ligan-reseptor dalam
kkal/mol. Output seimbang dari model peringkat 0 hasil ClusPro dipilih sebagai
output yang paling akurat. Sedangkan, file log Autodock Vina dari molekul berkaitan
yang menunjukkan afinitas pengikatan yang dialokasikan ke nilai root mean square distance (RMSD) nol
dipilih sebagai hasil terbaik.
4.5. Simulasi Interaksi Molekuler
Ligan-Reseptor
Simulasi
dan visualisasi interaksi molekuler yang menunjukkan situs pengikatan aktif
kompleks reseptor ligan dan urutan asam aminonya dilakukan menggunakan sistem
visualisasi molekuler PyMOL (versi 2.5.2) [70].
4.6. Mutasi dan Pemodelan Struktur AMP
Bakteri
Dua
AMP bacteriocin glycocin F dan plantaricin ASM1, yang menunjukkan skor docking
tertinggi dengan protein permukaan virus tertentu, menjadi sasaran mutasi
dengan memulai fitur mutagenesis dari perangkat lunak PyMOL. Mutagenesis
dilakukan untuk mengetahui kemungkinan peningkatan lebih lanjut kekuatan
docking AMP bakteri. Dasar mutagenesis PyMOL melibatkan penggantian residu asam
amino AMP dengan rotamer yang cocok yang menunjukkan persentase probabilitas
mutasi tertinggi. AMP mutan yang direnovasi sebagai ligan dipasang kembali
menggunakan ClusPro dengan reseptor protein virus yang cocok untuk menentukan
peningkatan energi pengikat yang disebabkan oleh efek mutasi. Figur interaksi
dari peptida yang dimodel ulang dari AMP mutan dirancang dan diilustrasikan
oleh perangkat lunak PyMOL [19,70].
5. KESIMPULAN
Kesimpulannya,
glikosin F adalah biomolekul alami dengan potensi tertinggi untuk mengembangkan
agen antivirus spektrum luas. Sungguh, energi pengikatan glikosin F untuk
protein virus permukaan setidaknya setinggi reseptor virus sel. Hal yang
penting adalah minat untuk mempelajari lebih lanjut aktivitas antivirus dari
molekul alami ini untuk mengembangkan agen antivirus spektrum luas. Interaksi
glikosin F dengan protein permukaan virus yang berbeda dan reseptor selnya
sekarang harus ditunjukkan secara eksperimental. Seperti yang ditunjukkan oleh
hasil mutagenesis in silico, urutan
peptida antimikroba ini pasti dapat dioptimalkan. Hal ini juga harus dikembangkan dengan eksperimental.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rohr, J.R.;
Barrett, C.B.; Civitello, D.J.; Craft, M.; Delius, B.; DeLeo, G.A.; Hudson,
P.J.; Jouanard, N.; Nguyen, K.N.; Ostfeld, R.S.; et al. Emerging human
infectious diseases and the links to global food production. Nat. Sustain.
2019, 2, 445–456.
2. Piret, J.; Boivin,
G. Pandemics Throughout History. Front. Microbiol. 2021, 11, 631736. [CrossRef]
3. Grubaugh, N.D.;
Ladner, J.T.; Lemey, P.; Pybus, O.G.; Rambaut, A.; Holmes, E.C.; Andersen, K.G.
Tracking virus outbreaks in the twenty-first century. Nat. Microbiol. 2019, 4,
10–19.
4. Reperant, L.A.;
Osterhaus, A.D.M.E. AIDS, Avian flu, SARS, MERS, Ebola, Zika . . . what next?
Vaccine 2017, 35, 4470–4474.
5. Al-Tawfiq, J.;
Barry, M.; Memish, Z. International outbreaks of Monkeypox virus infection with
no established travel: A public health concern with significant knowledge gap. Travel
Med. Infect. Dis. 2022, 49, 102364.
6. Shao, W.; Li, X.;
Goraya, M.U.; Wang, S.; Chen, J.L.; Shao, W. Evolution of Influenza A Virus by
Mutation and Re-Assortment. Int. J. Mol. Sci. 2017, 18, 1650.
7. Van de Sandt, C.;
Li, X.; Goraya, M.U.; Wang, S.; Chen, J.L. Invasion of Influenza A Viruses from
Innate and Adaptive Immune Responses. Viruses 2012, 4, 1438–1476.
8. Wilder-Smith, A.
COVID-19 in comparison with other emerging viral diseases: Risk of geographic
spread via travel. Trop. Dis. Travel Med. Vaccines 2021, 7, 3.
9. Burrell, C.J.
Epidemiology of Viral Infections. In Fenner and White’s Medical Virology;
Academic Press: Cambridge, MA, USA, 2017; pp. 185–203.
10. Ansah, J.P.; Matchar, D.B.; Shao, W.S.L.; Low,
J.G.; Pourghaderi, A.R.; Siddiqui, F.J.; Min, T.L.S.; Weiyan, A.C.; Ong, M.E.H.
The effectiveness of public health interventions against COVID-19: Lessons from
the Singapore experience. PLoS ONE 2021, 16, e0248742.
11. Bickley, S.J.; Chan, H.F.; Skali, A.;
Stadelmann, D.; Torgler, B. How does globalization affect COVID-19 responses?
Glob. Health 2021, 17, 57.
12. Adalja, A.; Inglesby, T. Broad-Spectrum
Antiviral Agents: A Crucial Pandemic Tool. Expert Rev. Anti-Infect. Ther. 2019,
17, 467–470.
13. Hoffmann, A.R.; Guha, S.; Wu, E.; Ghimire, J.;
Wang, Y.; He, J.; Garry, R.F.; Wimley, W.C. Broad-Spectrum Antiviral Entry
Inhibition by Interfacially Active Peptides. J. Virol. 2020, 94, e01682-20.
14. Zelikin, A.; Stellacci, F. Broad-Spectrum
Antiviral Agents Based on Multivalent Inhibitors of Viral Infectivity. Adv.
Healthc. Mater. 2021, 10, 2001433.
15. Geraghty, R.; Aliota, M.; Bonnac, L.
Broad-Spectrum Antiviral Strategies and Nucleoside Analogues. Viruses 2021, 13,
667.
16. Artese, A.; Svicher, V.; Costa, G.; Salpini, R.;
Di Maio, V.C.; Alkhatib, M.; Ambrosio, F.A.; Santoro, M.M.; Assaraf, Y.G.;
Alcaro, S. Current status of antivirals and druggable targets of SARS CoV-2 and
other human pathogenic coronaviruses. Drug Resist. Updates 2020, 3, 100721.
17. Mulder, K.C.; Lima, L.A.; Miranda, V.J.; Dias,
S.C.; Franco, O.L. Current scenario of peptide-based drugs: The key roles of
cationic antitumor and antiviral peptides. Front. Microbiol. 2013, 4, 321.
18. Ghildiyal, R.; Prakash, V.; Chaudhary, V.K.;
Gupta, V.; Gabrani, R. Phytochemicals as Antiviral Agents: Recent Updates. In
Plant-Derived Bioactives: Production, Properties and Therapeutic Applications;
Springer: Berlin/Heidelberg, Germany, 2020; pp. 279–295.
19. Balmeh, N.; Mahmoundi, S.; Fard, N.A.
Manipulated bio antimicrobial peptides from probiotic bacteria as proposed
drugs for COVID-19 disease. Inform. Med. Unlocked 2021, 23, 100515.
20. Murad, F.; Atta-ur-Rahman, B.K. Infectious
Diseases; Bentham Science Publishers: Sharjah, United Arab Emirates, 2021.
21. Saunders-Hastings, P.R.; Krewski, D. Reviewing
the History of Pandemic Influenza: Understanding Patterns of Emergence and
Transmission. Pathogens 2016, 5, 66.
22. Dai, L.; Gao, G.F. Viral targets for vaccines
against COVID-19. Nat. Rev. Immunol. 2021, 21, 73–82.
23. Gagnière, H.; Di Martino, P. Protein and peptide
research applied to Covid-19 and SARS-CoV-2. Open Access Res. J. Biol. Pharm.
2021, 2, 27–28.
24. Kozakov, D.; Beglov, D.; Bohnuud, T.;
Mottarella, S.E.; Xia, B.; Hall, D.R.; Vajda, S. How good is automated protein
docking? Proteins Struct. Funct. Bioinform. 2013, 81, 2159–2166.
25. Schrödinger, L.; De Lano, W. Incentive PyMOL
Software Package. 2020. Available online: https://pymol.org/2/ (accessed on 8
August 2021).
26. Hiremath, S.; Kumar, H.; Nandan, M.; Mantesh,
M.; Shankarappa, K.S.; Venkataravanappa, V.; Basha, C.; Reddy, C. In silico
docking analysis revealed the potential of phytochemicals present in
Phyllanthus amarus and Andrographis paniculata, used in Ayurveda medicine in
inhibiting SARS-CoV-2. 3 Biotech 2021, 11, 44.
27. Shityakov, S.; Sohajda, T.; Puskás, I.; Roewer,
N.; Förster, C.; Broscheit, J.A. Ionization states, cellular toxicity and
molecular modeling studies of midazolam complexed with
trimethyl-β-cyclodextrin. Molecules 2014, 19, 16861–16876.
28. Kozakov, D.; Hall, D.R.; Xia, B.; Porter, K.A.;
Padhorny, D.; Yueh, C.; Beglov, D.; Vajda, S. The ClusPro web server for
proteinprotein docking. Nat. Protoc. 2017, 12, 255–278.
29. Vallianou, N.G.; Tsilingiris, D.;
Christodoulatos, G.S.; Karampela, I.; Dalamaga, M. Anti-viral treatment for
SARS-CoV-2 infection: A race against time amidst the ongoing pandemic. Metab. Open
2021, 10, 100096.
30. Longet, S.; Mellors, J.; Carroll, M.W.; Tipton,
T. Ebolavirus: Comparison of Survivor Immunology and Animal Models in the
Search for a Correlate of Protection. Front. Immunol. 2021, 11, 599568.
31. Hickman, M.R.; Saunders, D.L.; Bigger, C.A.;
Kane, C.D.; Iversen, P.L. The development of broad-spectrum antiviral medical
countermeasures to treat viral hemorrhagic fevers caused by natural or
weaponized virus infections. PLoS Negl. Trop. Dis. 2022, 16, e0010220.
32. Sheahan, T.P.; Sims, A.C.; Graham, R.L.;
Menachery, V.D.; Gralinski, L.E.; Case, J.B.; Leist, S.R.; Pyrc, K.; Feng,
J.Y.; Trantcheva, I.; et al. Broad-spectrum antiviral GS-5734 inhibits both
epidemic and zoonotic coronaviruses. Sci. Transl. Med. 2017, 9, eaal3653.
33. Dhama, K.; Khan, S.; Tiwari, R.; Sircar, S.;
Bhat, S.; Malik, Y.S.; Singh, K.P.; Chaicumpa, W.; Bonilla-Aldana, D.K.;
RodriguezMorales, A.J. Coronavirus Disease 2019–COVID-19. Clin. Microbiol. Rev.
2020, 33, e00028-20.
34. Zhu, J.D.; Meng, W.; Wang, X.J.; Wang, H.C.
Broad-spectrum antiviral agents. Front. Microbiol. 2015, 6, 517.
35. Gil, C.; Ginex, T.; Maestro, I.; Nozal, V.;
Barrado-Gil, L.; Cuesta-Geijo, M.Á.; Urquiza, J.; Ramírez, D.; Alonso, C.;
Campillo, N.E.; et al. COVID-19: Drug Targets and Potential Treatments. J. Med.
Chem. 2020, 63, 12359–12386.
36. ElongNgono, A.; Shresta, S. Immune Response to
Dengue and Zika. Annu. Rev. Immunol. 2018, 36, 279–308.
37. Musarra-Pizzo, M.; Pennisi, R.; Ben-Amor, I.;
Mandalari, G.; Sciortino, M.T. Antiviral Activity Exerted by Natural Products
against Human Viruses. Viruses 2021, 13, 828.
38. Biedenkopf, N.; Lange-Grünweller, K.; Schulte,
F.W.; Weißer, A.; Müller, C.; Becker, D.; Becker, S.; Hartmann, R.K.;
Grünweller, A. The natural compound silvestrol is a potent inhibitor of Ebola
virus replication. Antivir. Res. 2017, 137, 76–81.
39. Elgner, F.; Sabino, C.; Basic, M.; Ploen, D.;
Grünweller, A.; Hildt, E. Inhibition of Zika Virus Replication by Silvestrol.
Viruses 2018, 10, 149.
40. Todt, D.; Moeller, N.; Praditya, D.; Kinast, V.;
Friesland, M.; Engelmann, M.; Verhoye, L.; Sayed, I.M.; Behrendt, P.; Dao Thi,
V.L. The natural compound silvestrol inhibits hepatitis E virus (HEV)
replication in vitro and in vivo. Antivir. Res. 2018, 157, 151–158.
41. Müller, C.; Schulte, F.W.; Lange-Grünweller, K.;
Obermann, W.; Madhugiri, R.; Pleschka, S.; Ziebuhr, J.; Hartmann, R.K.;
Grünweller, A. Broad-spectrum antiviral activity of the eIF4A inhibitor
silvestrol against corona- and picornaviruses. Antivir. Res. 2018, 150,
123–129.
42. Singh, R.; Singh, P.K.; Kumar, R.; Kabir, M.T.;
Kamal, M.A.; Rauf, A.; Albadrani, G.M.; Sayed, A.A.; Mousa, S.A.; Abdel-Daim,
M.M.; et al. Multi-Omics Approach in the Identification of Potential
Therapeutic Biomolecule for COVID-19. Front. Pharmacol. 2021, 12, 652335.
43. Harwansh, R.; Bahadur, S. Herbal Medicines to
Fight Against COVID-19: New Battle with an Old Weapon. Curr. Pharm. Biotechnol.
2022, 23, 235–260.
44. Henss, L.; Scholz, T.; Grünweller, A.;
Schnierle, B.S. Silvestrol Inhibits Chikungunya Virus Replication. Viruses
2018, 10, 592.
45. Müller, C.; Obermann, W.; Karl, N.; Wendel,
H.G.; Taroncher-Oldenburg, G.; Pleschka, S.; Hartmann, R.K.; Grünweller, A.;
Ziebuhr, J. The rocaglate CR-31-B (−) inhibits SARS-CoV-2 replication at
non-cytotoxic, low nanomolar concentrations in vitro and ex vivo. Antivir. Res.
2021, 186, 105012.
46. Lim, X.Y.; Chan, J.S.W.; Tan, T.Y.C.; Teh, B.P.;
Mohd, A.R.; Mohd, R.; Mohamad, S.; Mohamed, A.F.S. Andrographispaniculata
(Burm. F.) Wall. Ex Nees, Andrographolide, and Andrographolide Analogues as
SARS-CoV-2 Antivirals? A Rapid Review. Nat. Prod. Commun. 2021, 16,
1934578X2110166.
47. Panraksa, P.; Ramphan, S.; Khongwichit, S.;
Smith, D.R. Activity of andrographolide against dengue virus. Antivir. Res.
2017, 139, 69–78.
48. Adiguna, S.P.; Panggabean, J.A.; Atikana, A.;
Untari, F.; Izzati, F.; Bayu, A.; Rosyidah, A.; Rahmawati, S.I.; Putra, M.Y.
Antiviral and Immunostimulant Activities of Andrographis paniculata. HAYATI J.
Biosci. 2015, 22, 67–72.
49. Wintachai, P.; Kaur, P.; Lee, R.; Ramphan, S.;
Kuadkitkan, A.; Wikan, N.; Ubol, S.; Roytrakul, S.; Chu, J.J.; Smith, D.R.
Activity of andrographolide against chikungunya virus infection. Sci. Rep.
2015, 5, 14179.
50. Seubsasana, S.; Pientong, C.; Ekalaksananan, T.;
Thongchai, S.; Aromdee, C. A Potential Andrographolide Analogue against the
Replication of Herpes Simplex Virus Type 1 in Vero Cells. Med. Chem. 2011, 7,
237–244.
51. Li, F.; Khanom, W.; Sun, X.; Paemanee, A.;
Roytrakul, S.; Wang, D.; Smith, D.R. Andrographolide and Its 14-Aryloxy
Analogues Inhibit Zika and Dengue Virus Infection. Molecules 2020, 25, 5037.
52. Sa-ngiamsuntorn, K.; Suksatu, A.; Pewkliang, Y.;
Thongsri, P.; Kanjanasirirat, P.; Manopwisedjaroen, S.; Charoensutthivarakul,
S.; Wongtrakoongate, P.; Pitiporn, S. Anti-SARS-CoV-2 Activity of Andrographis
paniculata Extract and Its Major Component Andrographolide in Human Lung
Epithelial Cells and Cytotoxicity Evaluation in Major Organ Cell
Representatives. J. Nat. Prod. 2021, 84, 1261–1270.
53. Enmozhi, S.K.; Raja, K.; Sebastine, I.; Joseph,
J. Andrographolide as a potential inhibitor of SARS-CoV-2 main protease: An in
silico approach. J. Biomol. Struct. Dyn. 2021, 39, 3092–3098.
54. Chen, H.; Hoover, D.G. Bacteriocins and their
Food Applications. Compr. Rev. Food Sci. Food Saf. 2003, 2, 82–100.
55. Małaczewska, J.; Kaczorek-Łukowska, E.; Wójcik,
R.; Siwicki, A.K. Antiviral effects of nisin, lysozyme, lactoferrin and their
mixtures against bovine viral diarrhoea virus. BMC Vet Res. 2019, 15, 318.
56. El-Baz, F.K.; El-Senousy, W.M.; El-Sayed, A.B.;
Kamel, M. In vitro antiviral and antimicrobial activities of Spirulina
platensis extract. J. Appl. Pharm. Sci. 2013, 3, 052–056.
57. Aminu, S.; Ibrahim, M.A.; Sallau, A.B.
Interaction of SARS-CoV-2 spike protein with angiotensin converting enzyme
inhibitors and selected compounds from the chemical entities of biological
interest. Beni-Suef Univ. J. Basic Appl. Sci. 2021, 10, 48.
58. Tang, Y.; Zhu, W.; Chen, K.; Jiang, H. New
technologies in computer-aided drug design: Toward target identification and
new chemical entity discovery. Drug Discov. Today Technol. 2006, 3, 307–313.
59. Sliwoski, G.; Kothiwale, S.; Meiler, J.; Lowe,
E.W. Computational methods in drug discovery. Pharmacol. Rev. 2013, 66,
334–395.
60. Wang, H.; Wang, Y.; Lu, C.; Qiu, L.; Song, X.;
Jia, H.; Cui, D.; Zhang, G. The efficacy of probiotics in patients with severe
COVID-19. Ann. Palliat. Med. 2021, 10, 12374–12380.
61. Mirashrafi, S.; Moravejolahkami, A.R.; Balouch,
Z.Z.; Hojjati, K.M.A.; Bahreini-Esfahani, N.; Haratian, M.; Ganjali, D.M.;
Pourhossein, M. The efficacy of probiotics on virus titres and antibody
production in virus diseases: A systematic review on recent evidence for
COVID-19 treatment. Clin. Nutr. ESPEN 2021, 46, 1–8.
62. Yuan, L.; Zhang, S.; Wang, Y.; Li, Y.; Wang, X.;
Yang, Q. Surfactin Inhibits Membrane Fusion during Invasion of Epithelial Cells
by Enveloped Viruses. J. Virol. 2018, 92, e00809-18.
63. Singh, R.K.; Tiwari, S.P.; Rai, A.K.; Mohapatra,
T.M. Cyanobacteria: An emerging source for drug discovery. J. Antibiot. 2011,
64, 401–412.
64. Pagarete, A.; Ramos, A.S.; Puntervoll, P.;
Allen, M.J.; Verdelho, V. Antiviral Potential of Algal Metabolites—A
Comprehensive Review. Mar. Drugs 2021, 19, 94.
65. Trott, O.; Olson, A.J. AutoDock Vina: Improving
the speed and accuracy of docking with a new scoring function, efficient
optimization, and multithreading. J. Comput. Chem. 2010, 31, 455–461.
66. Desta, I.T.; Porter, K.A.; Xia, B.; Kozakov, D.;
Vajda, S. Performance and Its Limits in Rigid Body Protein-Protein Docking.
Structure 2020, 28, 1071–1081.
67. Vajda, S.; Yueh, C.; Beglov, D.; Bohnuud, T.;
Mottarella, S.E.; Xia, B.; Hall, D.R.; Kozakov, D. New additions to the ClusPro
server motivated by CAPRI. Proteins Struct. Funct. Bioinform. 2017, 85,
435–444.
68. Bansal, R.; Mohagaonkar, S.; Sen, A.; Khanam,
U.; Rathi, B. In-silico study of peptide-protein interaction of antimicrobial
peptides potentially targeting SARS and SARS-CoV-2 nucleocapsid protein. In
Silico Pharmacol. 2021, 9, 46.
69. Comeau, S.R.; Gatchell, D.W.; Vajda, S.;
Camacho, C.J. ClusPro: A fully automated algorithm for protein-protein docking.
Nucleic Acids Res. 2004, 32, W96–W99.
70.
Zarbafian, S.;
Moghadasi, M.; Roshandelpoor, A.; Nan, F.; Li, K.; Vakli, P.; Vajda, S.;
Kozakov, D. Protein docking refinement by convex underestimation in the
low-dimensional subspace of encounter complexes. Sci. Rep. 2018, 8, 5896.
SUMBER:
Mackingsley
Kushan Dassanayake, Teng-Jin Khoo, Chien Hwa Chong and Patrick Di Martino .
2022. Molecular Docking and In-Silico Analysis of Natural Biomolecules against
Dengue, Ebola, Zika, SARS-CoV-2 Variants of Concern and Monkeypox Virus. Int. J. Mol. Sci. 2022, 23, 11131.