Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Showing posts with label stunting dan obesitas. Show all posts
Showing posts with label stunting dan obesitas. Show all posts

Friday, 19 September 2025

Dunia Krisis! Ketahanan Pangan Terancam Perubahan Iklim



Ketahanan Pangan Dunia Terancam: 820 Juta Orang Kelaparan di Tengah Krisis Iklim


Bagaimana mungkin dunia yang semakin maju justru kembali menghadapi kelaparan massal? Laporan FAO tahun 2018 tentang Kondisi Ketahanan Pangan dan Gizi di Dunia mengungkap kenyataan pahit: lebih dari 820 juta orang kini hidup dalam kekurangan pangan kronis, jumlah yang sama seperti satu dekade lalu. Ironisnya, tantangan ini datang di tengah agenda global yang bercita-cita menghapus kelaparan pada 2030 melalui Sustainable Development Goals (SDGs). Namun, perubahan iklim, konflik, serta gizi ganda – kekurangan dan kelebihan gizi yang hadir bersamaan – membuat perjuangan menciptakan dunia bebas kelaparan semakin berat.

 

Laporan tahunan Kondisi Ketahanan Pangan dan Gizi di Dunia menandai lahirnya cara baru dalam memantau kemajuan menuju dunia tanpa kelaparan dan malnutrisi, sesuai dengan target Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan. Agenda ini menempatkan isu pangan dan gizi sebagai inti dari pembangunan global, khususnya melalui Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) ke-2: memastikan akses pangan yang aman, bergizi, dan cukup bagi semua orang (Target 2.1), serta menghapuskan segala bentuk malnutrisi (Target 2.2). Namun, keberhasilan SDG2 sejatinya saling terkait dengan tujuan lain, seperti pengentasan kemiskinan, peningkatan kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, akses air bersih dan sanitasi, hingga terciptanya keadilan sosial dan perdamaian. Dengan kata lain, pangan bukan hanya soal perut kenyang, tetapi juga fondasi bagi keberlangsungan hidup dan pembangunan manusia.

 

Sayangnya, bukti menunjukkan bahwa kelaparan global justru meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Lebih dari 820 juta orang kini hidup dalam kondisi kekurangan pangan kronis, angka yang kembali menyerupai situasi satu dekade lalu. Tren ini terlihat jelas di Afrika dan Amerika Selatan, bahkan di Asia yang sebelumnya menunjukkan perbaikan, penurunan angka kekurangan gizi kini melambat signifikan. Jika kondisi ini dibiarkan, dunia terancam gagal mencapai target menghapus kelaparan pada tahun 2030.

 

Di sisi lain, meski kasus stunting pada anak terus menurun dan praktik pemberian ASI eksklusif meningkat, masalah gizi masih jauh dari kata tuntas. Obesitas pada orang dewasa terus merangkak naik, sementara satu dari tiga perempuan usia reproduksi mengalami anemia. Kondisi gizi ganda ini – kekurangan dan kelebihan gizi yang terjadi bersamaan – menciptakan risiko serius bagi kesehatan generasi mendatang. Anak yang mengalami wasting (berat badan rendah dibanding tinggi badan) berisiko lebih tinggi mengalami kematian, sementara kekurangan gizi pada ibu dan bayi dapat meninggalkan “jejak metabolisme” yang meningkatkan risiko obesitas dan penyakit tidak menular di kemudian hari. Ironisnya, keterbatasan akses pada makanan sehat justru membuat keluarga rawan pangan lebih rentan terhadap obesitas, karena mereka bergantung pada makanan murah yang tinggi kalori namun miskin gizi.

 

Lebih jauh lagi, perubahan iklim kini menjadi salah satu ancaman terbesar bagi ketahanan pangan global. Variabilitas iklim dan kejadian ekstrem – seperti kekeringan panjang, banjir, dan badai – terbukti menggerus pencapaian yang selama ini diperoleh dalam memerangi kelaparan. Dampaknya dirasakan di semua aspek ketahanan pangan: ketersediaan, akses, pemanfaatan, hingga stabilitas pangan. Bagi masyarakat miskin yang menggantungkan hidup pada sumber daya alam, guncangan iklim ini semakin memperbesar kerentanan mereka.

 

Untuk menjawab tantangan tersebut, laporan global menyerukan tindakan nyata: memperkuat ketahanan iklim sebagai bagian dari kebijakan pangan, kesehatan, dan pembangunan. Upaya ini tidak bisa berdiri sendiri, melainkan harus terintegrasi dengan platform kebijakan global seperti Perjanjian Paris 2015 tentang perubahan iklim, Kerangka Kerja Sendai tentang pengurangan risiko bencana, hingga Decade of Action on Nutrition 2016–2025. Hanya dengan kolaborasi lintas sektor – lingkungan, pertanian, kesehatan, dan pembangunan – dunia dapat membangun sistem pangan yang tangguh, adil, dan berkelanjutan.

 

Kesimpulannya, ketahanan pangan dan gizi bukan hanya soal memberi makan orang lapar, tetapi juga menciptakan sistem pangan yang sehat dan berkeadilan di tengah tantangan global. Dengan memperkuat pemantauan, mempercepat aksi, dan mengintegrasikan kebijakan, kita masih memiliki peluang untuk memastikan tidak ada seorang pun yang tertinggal dari hak paling dasar: memperoleh pangan bergizi dan kehidupan yang sehat.

 

SUMBER

Building climate resilience for food security and nutrition. https://www.climate-chance.org/en/library/climate-resilience-food-security-nutrition/