Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Showing posts with label Bluetongue. Show all posts
Showing posts with label Bluetongue. Show all posts

Wednesday, 22 January 2025

Penyebaran Penyakit Bluetongue di Eropa

 


Dampak Perubahan Iklim terhadap Pola Penyebaran Penyakit Bluetongue di Eropa

 

Perubahan iklim bukan hanya memengaruhi cuaca dan lingkungan, tetapi juga berdampak pada kesehatan hewan. Salah satu contoh terbaru adalah penyebaran virus bluetongue, yang kini semakin mengkhawatirkan di Eropa. Terutama serotipe 3 virus bluetongue yang baru-baru ini muncul dan mulai menyebar di berbagai negara Eropa, menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan peternak dan ahli kedokteran hewan. Lalu, bagaimana suhu yang semakin meningkat dapat memengaruhi pola penyebaran penyakit ini, dan apa yang dapat dilakukan untuk melindungi ternak?

 

Apa Itu Bluetongue?

Bluetongue adalah penyakit virus yang ditularkan oleh vektor, yaitu lalat penghisap darah yang menyerang hewan pemamah biak seperti domba, sapi, dan kambing. Penyakit ini sebelumnya hanya ditemukan di daerah tropis dan subtropis, di mana suhu dan kelembaban ideal untuk kelangsungan hidup vektor lalat penghisap darah. Namun, sejak akhir 1990-an, penyakit ini mulai menyebar ke daerah Mediterania dan Eropa Selatan.

 

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Kesehatan Hewan Dunia (WAHIS), virus bluetongue terus bergerak ke utara menuju Eropa Tengah dan Utara. Di wilayah ini, suhu yang lebih rendah sebelumnya dianggap tidak cocok untuk kelangsungan hidup vektor penyebar penyakit. Namun, perubahan iklim yang meningkatkan suhu global membuat virus ini bisa bertahan lebih lama, bahkan di wilayah yang sebelumnya tidak terjangkau. Hal ini menyebabkan terjadinya wabah tak terduga di 28 negara Eropa antara tahun 2007 hingga 2010. Pada 2023, serotipe 3 virus bluetongue ditemukan di negara-negara Eropa dengan dampak yang serupa.

 

Penyebaran Serotipe 3 yang Mengkhawatirkan

Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) sedang memantau penyebaran serotipe 3 virus bluetongue dengan cermat. Serotipe ini sangat berbahaya, terutama bagi domba, karena dapat menyebabkan tingkat kematian yang sangat tinggi. Meskipun bluetongue tidak menular pada manusia, dampaknya terhadap hewan ternak sangat merugikan, seperti penurunan produksi susu, kematian, dan kerugian ekonomi yang besar. Peternak pun sangat rentan terhadap konsekuensi ekonomi yang ditimbulkan oleh penyakit ini.

 

Tantangan Pengendalian dengan Banyaknya Serotipe

Virus bluetongue memiliki lebih dari 27 serotipe, masing-masing dengan cara perkembangan yang berbeda di dalam inangnya. Akibatnya, vaksin atau kekebalan terhadap satu serotipe tidak dapat memberikan perlindungan terhadap serotipe lainnya. Misalnya, serotipe 8 yang menyebabkan wabah besar antara tahun 2007-2010 di Eropa memiliki dinamika penyebaran yang berbeda dengan serotipe 3 yang baru ditemukan pada 2023. Ini membuat pengendalian penyakit ini semakin kompleks.

 

Perubahan Pola Penyakit Ditularkan oleh Vektor

Penyebaran virus bluetongue ke wilayah Eropa Selatan, Tengah, dan Utara menunjukkan bagaimana perubahan iklim dapat mengubah pola penyakit yang ditularkan oleh vektor. Dengan meningkatnya suhu global, banyak penyakit yang sebelumnya hanya ditemukan di daerah tropis dan subtropis, seperti demam Krimea-Kongo, demam West Nile, dan ensefalitis yang ditularkan oleh serangga, kini mulai menyebar ke wilayah beriklim sedang. Hal ini tentu saja menambah tantangan besar bagi peternak dan para ahli kesehatan hewan di seluruh dunia.

 

Panjang Musim Penularan yang Berubah

Perubahan iklim juga mempengaruhi panjang musim penularan penyakit. Virus bluetongue, misalnya, dapat bertahan hidup lebih lama berkat perubahan suhu yang memungkinkan virus ini untuk bertahan selama musim dingin dan muncul kembali pada musim semi. Dr. Christopher Sanders, seorang ahli di The Pirbright Institute di Inggris, menjelaskan bahwa perubahan iklim telah memperpanjang periode penularan virus bluetongue. " Midge (lalat penghisap darah) aktif lebih awal dan terus aktif hingga lebih lama di tahun ini, yang berarti celah antara musim penularan berkurang, memudahkan virus untuk bertahan hidup lebih lama," jelasnya.

 

Langkah Pengendalian Penyebaran Bluetongue

Untuk mencegah penyebaran bluetongue, penting untuk memastikan bahwa pergerakan hewan ternak, seperti sapi, domba, dan kambing, tidak menyebabkan penyebaran penyakit ini ke wilayah yang lebih luas. WOAH telah mengembangkan standar internasional yang mengatur perdagangan hewan untuk memastikan agar tidak terjadi penyebaran penyakit antar negara.

 

Kampanye vaksinasi tetap menjadi langkah pengendalian yang paling efektif. Namun, sangat penting bahwa vaksin yang digunakan memenuhi standar WOAH dan memberikan perlindungan terhadap serotipe yang beredar di daerah tersebut. Meskipun vaksin terhadap beberapa serotipe bluetongue sudah ada, vaksin ini belum selalu tersedia dengan mudah di semua wilayah. Oleh karena itu, kolaborasi antara sektor publik dan swasta sangat dibutuhkan untuk memahami risiko yang muncul dan memastikan vaksin tersedia untuk peternak.

 

Pentingnya Pendekatan Kolaboratif dan Inovatif

Para profesional kedokteran hewan, seperti yang dijelaskan oleh Paolo Tizzani dari WOAH, berperan penting dalam memantau dan mengendalikan penyakit ini. “Penentuan risiko di mana vektor dan patogen dapat berkembang biak sangat penting,” katanya. Selain itu, Alexandre Fediaevsky dari WOAH menekankan pentingnya pendekatan kreatif dan kolaboratif dalam menghadapi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan hewan. Pemahaman tentang ekologi vektor sangat penting untuk mempersiapkan diri menghadapi risiko dan mengidentifikasi langkah pengendalian alternatif.

 

Masa Depan Kesehatan Hewan dan Manusia

Perubahan iklim mempengaruhi seluruh ekosistem, termasuk manusia, hewan, dan lingkungan. Dengan semakin meluasnya penyakit yang ditularkan oleh vektor ke wilayah beriklim sedang, pemantauan yang intensif dan pengendalian yang efektif menjadi sangat penting. Oleh karena itu, pendekatan One Health, yang mengutamakan kerjasama antara sektor kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan, menjadi sangat relevan. Investasi dalam pemantauan dan pengendalian penyakit, serta inovasi dalam penelitian dan vaksinasi, adalah kunci untuk melindungi kesehatan hewan dan manusia di masa depan.

 

Sebagai contoh nyata

Penyebaran virus bluetongue di Eropa menjadi contoh nyata bagaimana perubahan iklim memengaruhi pola penyakit yang ditularkan oleh vektor. Dengan meningkatnya suhu global, penyakit yang sebelumnya hanya ada di daerah tropis kini mulai menyebar ke wilayah yang lebih luas, mengancam kesehatan hewan ternak dan perekonomian peternak. Penting bagi sektor publik dan swasta untuk bekerja sama dalam memahami risiko ini dan mencari solusi yang inovatif untuk melindungi ternak dan memastikan kesejahteraan peternak di masa depan.

 

Tindakan yang harus dilakukan Indonesia mencegah masuknya Bluetongue dari Eropa

Indonesia perlu meningkatkan beberapa langkah penting dalam mengantisipasi masuknya penyakit Bluetongue dari Eropa, mengingat pentingnya melindungi kesehatan hewan ternak dan mencegah dampak negatif terhadap perekonomian peternakan. Beberapa langkah utama yang perlu diambil Indonesia antara lain:

 

1. Peningkatan Pemantauan dan Pengawasan Kesehatan Hewan

Indonesia melalui Kementerian Pertanian dan Badan Karantina Indonesia terus memperkuat sistem pemantauan dan pengawasan kesehatan hewan di seluruh wilayah. Hal ini mencakup deteksi dini terhadap penyakit yang dapat masuk dari luar negeri, termasuk Bluetongue, dengan memantau perkembangan wabah yang terjadi di negara-negara lain, khususnya di Eropa.

 

2. Peningkatan Keamanan Karantina Hewan

Untuk mencegah masuknya penyakit ini, Indonesia memperketat prosedur karantina hewan di pintu-pintu masuk negara, seperti pelabuhan dan bandara. Karantina hewan yang masuk ke Indonesia akan menjalani pemeriksaan kesehatan yang ketat, termasuk pengecekan kemungkinan membawa vektor atau penyakit yang dapat menular ke hewan domestik.

 

3. Edukasi dan Sosialisasi kepada Peternak

Pemerintah juga melakukan edukasi kepada peternak mengenai penyakit Bluetongue, termasuk cara-cara pencegahan, tanda-tanda gejala pada ternak, dan pentingnya menjaga kebersihan serta biosekuriti di peternakan. Hal ini bertujuan agar peternak dapat segera melaporkan jika ada gejala yang mencurigakan pada ternak mereka.

 

4. Vaksinasi Ternak

Meskipun belum ada vaksinasi rutin yang khusus untuk Bluetongue di Indonesia, pemerintah terus memantau perkembangan vaksin dan obat-obatan terkait. Jika penyakit Bluetongue terdeteksi di negara tetangga atau ada kemungkinan penyebaran melalui vektor yang dibawa oleh angin, vaksinasi dapat dipertimbangkan sebagai langkah pencegahan.

 

5. Kolaborasi Internasional

Indonesia juga berpartisipasi dalam berbagai forum internasional yang membahas penyakit hewan, termasuk di bawah organisasi seperti Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH). Kerja sama ini penting untuk mendapatkan informasi terkini tentang penyebaran penyakit dan langkah-langkah pengendalian yang diterapkan di negara lain, khususnya Eropa.

 

6. Penelitian dan Pengembangan

Penelitian tentang Bluetongue dan penyakit hewan lainnya terus dilakukan oleh lembaga penelitian di Indonesia, seperti BRIN yang membidangi Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Hewan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi risiko masuknya penyakit ke Indonesia, serta mencari solusi yang lebih efektif dalam mengendalikan penyakit tersebut.

 

7. Penguatan Sistem Informasi

Indonesia juga mengembangkan dan memperkuat sistem pelaporan penyakit hewan, seperti Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional yaitu ISIKHNAS, yang memungkinkan pelaporan dan pemantauan penyakit secara lebih efektif dan cepat. Melalui sistem ini, pemerintah dapat mengambil tindakan cepat jika ada kasus penyakit yang terdeteksi.

 

Dengan tujuh langkah strategis yang diambil, Indonesia harus terus memperkuat upaya antisipasi dan pencegahan terhadap masuknya penyakit Bluetongue. Langkah-langkah ini sangat penting untuk melindungi kesehatan hewan ternak, mengurangi risiko wabah yang dapat merugikan subsektor peternakan, serta menjaga stabilitas perekonomian peternakan nasional. Pemerintah perlu memastikan bahwa kebijakan ini dijalankan secara konsisten dan efektif agar Indonesia tetap aman dari ancaman penyakit yang dapat menghancurkan mata pencaharian peternak dan merusak industri pertanian secara keseluruhan.

 

SUMBER:

Pudjiatmoko. Dampak Perubahan Iklim terhadap Pola Penyebaran Penyakit Bluetongue di Eropa. PanganNews.13 Desember 2024.