Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Showing posts with label pertanian kering. Show all posts
Showing posts with label pertanian kering. Show all posts

Monday, 10 November 2025

Rahasia Sukses Budidaya Jambu Mete: Tanaman Kering yang Hasilkan Emas Hijau dari Lahan Tandus!


Tahukah Anda bahwa tanaman yang tampak sederhana ini mampu mengubah lahan tandus menjadi ladang emas hijau?

Jambu mete, atau sering disebut jambu monyet, bukan hanya menghasilkan kacang mete yang gurih, tetapi juga membuka peluang agribisnis besar bagi petani di daerah kering. Dengan perawatan yang mudah dan daya adaptasi tinggi terhadap iklim tropis Indonesia, jambu mete menjadi komoditas ekspor andalan yang menjanjikan keuntungan berlipat. Panduan berikut akan membawa Anda mengenal lebih dalam tentang sejarah, teknik budidaya, hingga potensi ekonominya yang luar biasa.

 

1. SEJARAH SINGKAT

Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut Portugis ke India 425 tahun yang lalu, kemudian menyebar ke daerah tropis dan subtropis lainnya seperti Bahama, Senegal, Kenya, Madagaskar, Mozambik, Sri Lanka, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia.

Di antara sekian banyak negara produsen, Brasil, Kenya, dan India merupakan negara pemasok utama jambu mete dunia. Jambu mete tersebar di seluruh Nusantara dengan nama berbeda-beda:

  • Di Sumatera Barat disebut jambu erang atau jambu monye,
  • Di Lampung disebut gayu,
  • Di Jawa Barat disebut jambu mede,
  • Di Jawa Tengah dan Jawa Timur disebut jambu monyet,
  • Di Bali disebut jambu jipang atau jambu dwipa,
  • Di Sulawesi Utara disebut buah yaki.

 

2. JENIS TANAMAN

Jambu mete memiliki banyak varietas dengan variasi warna kulit buah, antara lain putih, merah, merah muda, kuning, hijau kekuningan, dan hijau.

 

3. MANFAAT TANAMAN

Tanaman jambu mete merupakan komoditas ekspor yang hampir seluruh bagiannya bermanfaat, mulai dari akar, batang, daun, hingga buah.

Biji mete (kacang mete) dapat digoreng menjadi makanan bergizi tinggi. Buah semu jambu mete dapat diolah menjadi berbagai produk seperti sari buah mete, anggur mete, manisan kering, selai mete, buah kalengan, dan jam jambu mete.

Kulit kayu jambu mete mengandung cairan berwarna cokelat yang berubah menjadi hitam setelah terkena udara. Cairan ini digunakan sebagai bahan tinta, pewarna, atau bahan pencelup. Selain itu, kulit batang pohon jambu mete berkhasiat sebagai obat kumur atau obat sariawan.

Batang pohon mete menghasilkan gum (blendok) yang digunakan sebagai bahan perekat buku dan berfungsi sebagai anti gengat. Akar jambu mete berkhasiat sebagai pencuci perut.

Daun muda jambu mete biasa dimanfaatkan sebagai lalap, terutama di daerah Jawa Barat, sedangkan daun tua dapat digunakan sebagai obat luka bakar.

 

4. SENTRA PENANAMAN

Tanaman jambu mete banyak tumbuh di:

  • Jawa Tengah: Jepara, Wonogiri.
  • Jawa Timur: Bangkalan, Sampang, Sumenep, Pasuruan, Ponorogo.
  • Yogyakarta: Gunung Kidul, Bantul, Sleman.
  • Bali: Karangasem.
  • Sulawesi Selatan: Kepulauan Pangkajene, Sidenreng, Soppeng, Wajo, Maros, Sinjai, Bone, Barru.
  • Sulawesi Tenggara: Muna.
  • Nusa Tenggara Barat: Sumbawa Besar, Dompu, Bima.

 

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

  1. Tanaman jambu mete menyukai sinar matahari penuh. Kekurangan cahaya menyebabkan penurunan produktivitas atau kegagalan berbuah.
  2. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah rata-rata 27°C, dengan kisaran 15–35°C.
  3. Kelembaban ideal antara 70–80%, namun masih toleran hingga 60%.
  4. Penyerbukan jambu mete lebih banyak dibantu oleh serangga dibanding angin.
  5. Curah hujan ideal adalah 1.000–2.000 mm/tahun dengan 4–6 bulan kering.

 

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

Perbanyakan jambu mete dapat dilakukan secara generatif (biji) atau vegetatif (cangkok, okulasi, sambung).
Biji harus berasal dari pohon induk unggul.

Langkah penanganan benih:
a. Panen buah pada pertengahan musim panen.
b. Pastikan buah matang dan tidak cacat.
c. Keluarkan biji dari buah semu, cuci bersih, dan sortir.
d. Jemur hingga kadar air 8–10%.
e. Simpan di ruang bersirkulasi udara baik (25–30°C, kelembaban 70–80%).
f. Lama penyimpanan ±6 bulan, maksimum 8 bulan.
g. Benih disemai terlebih dahulu sebelum ditanam.

 

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Lahan dibersihkan, pH tanah 4–6, dan sebaiknya diolah pada musim kemarau menjelang hujan. Tanaman jambu mete toleran terhadap kondisi tanah kering maupun lembab, serta dapat tumbuh di tanah liat.

2) Pembukaan Lahan

Tanah dibajak atau dicangkul sebelum musim hujan. Jika drainase buruk, buat parit pembuangan air.

3) Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan pupuk kandang dua kali setahun, terutama pada fase awal pertumbuhan, dengan cara menggali lubang melingkar di sekitar batang.

 

6.3. Teknik Penanaman

1) Pola dan Jarak Tanam

  • Monokultur: 12 × 12 m (69 pohon/ha) atau 6 × 6 m (276 pohon/ha).
  • Polikultur: dapat disela tanaman palawija atau rumput.
  • Di lahan miring, jarak disesuaikan dengan kontur.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Ukuran standar 30 × 30 × 30 cm (atau 50 × 50 × 50 cm bila tanah liat).
Lubang dibiarkan terbuka 4 minggu, lalu diisi kembali dengan tanah atas yang dicampur pupuk kandang.

3) Cara Penanaman

Bibit ditanam sedalam leher akar, tanah di sekitar batang dipadatkan, dan tanaman diberi ajir penyangga.

 

6.4. Pemeliharaan Tanaman

  1. Penyiraman: dilakukan pagi dan sore hari tanpa menggenangi tanah.
  2. Penyulaman: dilakukan sebelum umur 3 tahun.
  3. Penyiangan & Penggemburan: dilakukan setiap 45 hari.
  4. Pemupukan: menggunakan pupuk kandang atau pupuk buatan secara bergilir.
  5. Pemangkasan: membentuk tajuk dan menjaga kesehatan tanaman.
  6. Penjarangan: dilakukan bila tajuk antar tanaman saling menutupi (umur 6–10 tahun).

 

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

Hama utama jambu mete: ulat kipat (Cricula trisfenestrata), Helopeltis sp., ulat penggerek batang (Plocaederus feeeugineus), dan penggerek buah (Nephoteryx sp.).
Pengendalian dilakukan dengan insektisida seperti Tamaron, Folidol, Lamnate, Basudin, dan Dimecron sesuai dosis anjuran.

7.2. Penyakit

Penyakit umum meliputi busuk batang, layu (Phytophthora, Fusarium), serta busuk bunga dan buah (Colletotrichum sp., Botryodiplodia sp.).
Pengendalian dilakukan secara terpadu dengan fungisida (Dithane M-45, Captacol, Theophanate, dll) dan sanitasi kebun.

 

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Buah matang ditandai dengan warna kulit kuning–merah, daging lunak, aroma harum, dan biji berwarna keabu-abuan mengilat.
Tanaman mulai berbuah umur 3–4 tahun, panen berlangsung November–Februari.

8.2. Cara Panen

a. Cara lelesan: buah dibiarkan jatuh sendiri.
b. Cara selektif: buah dipetik langsung atau menggunakan galah/tangga.

8.3. Prakiraan Produksi

Hasil panen meningkat sesuai umur tanaman:

  • 3–4 tahun: 2–3 kg/pohon
  • 20–30 tahun: 15–20 kg/pohon

 

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Mutu kacang mete bervariasi tergantung varietas, pengolahan, dan pengawasan selama proses pascapanen.

9.2. Pengolahan Gelondong Mete

Tahapan:
a) Pemisahan buah semu
b) Pencucian
c) Sortasi dan klasifikasi mutu
d) Pengeringan
e) Penyimpanan

9.3. Pengolahan Kacang Mete

Urutan: pelembaban, penyangraian, pengupasan kulit, pelepasan kulit ari, sortasi mutu, dan pengemasan.

 

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1. Analisis Usaha

Produksi mulai pada umur 5 tahun dan terus meningkat hingga umur 20 tahun.

10.2. Peluang Agribisnis

Selain menjaga kelestarian tanah, penanaman jambu mete juga menguntungkan secara ekonomi. Sebagai contoh:
100 pohon × 5 kg/pohon × Rp500 = Rp250.000 per hektar (tahun 1988).

 

11. STANDAR PRODUKSI

11.1. Ruang Lingkup

Mutu kacang mete ditentukan oleh ukuran, bobot, warna, rasa, bau, dan tekstur.

11.2. Deskripsi

Biji mete kupas (Cashew Kernels) adalah biji jambu mete yang telah dikupas dan dikeringkan. Standar mutu mengacu pada SNI 01-2906-1992.

11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu

Kelas mutu: I, II, III, dan IV, dinilai dari kondisi biji, kadar air, warna, serta kebersihan.

11.4. Pengambilan Contoh

Contoh diambil acak dari setiap partai barang dengan metode pembagian bertahap hingga diperoleh 1.000 gram contoh uji.

11.5. Pengemasan

Kacang mete dikemas dalam kaleng hampa udara berisi karbondioksida, kedap udara, dan bebas karat. Label kemasan harus mencantumkan:
a) Produksi Indonesia
b) Nama barang
c) Nama perusahaan/eksportir
d) Jenis mutu
e) Nomor kemasan
f) Berat kotor dan bersih
g) Negara tujuan

 

12. DAFTAR PUSTAKA

  1. Liptan. (1988). Jambu Mete Sebagai Tanaman Penghijauan. Balai Informasi Pertanian Banjarbaru.
  2. Liptan. (1990). Budidaya Jambu Mete. Proyek Informasi Pertanian Kalimantan Tengah.
  3. Saragih, Y.P. & Haryadi, Y. (1994). Mete: Budidaya Jambu Mete dan Pengupasan Gelondong. Bogor: Penebar Swadaya.

 

Sumber: 

Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS