Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Showing posts with label Teknologi Peternakan. Show all posts
Showing posts with label Teknologi Peternakan. Show all posts

Thursday, 7 August 2025

Kenapa Brazil Bisa Ekspor Daging Sapi ?

 



Belajar dari Brazil: Rahasia Sukses Negara Penghasil Sapi Terbesar di Dunia

 

Ketika mendengar kata "Brazil", kebanyakan orang langsung terbayang dengan kehebatan tim sepak bolanya atau irama tarian samba yang mendunia. Namun, tahukah Anda bahwa Brazil juga merupakan salah satu negara penghasil sapi terbesar di dunia? Dengan populasi sapi mencapai lebih dari 280 juta ekor dan produksi daging sapi sekitar 10 juta ton per tahun, Brazil tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan domestiknya, tetapi juga menjadi eksportir utama ke berbagai negara di Eropa, Amerika, Timur Tengah, dan Asia.

 

Keunggulan Brazil dalam dunia peternakan tentu menjadi hal yang menarik untuk dikaji, terutama jika dibandingkan dengan Indonesia. Saat ini, populasi sapi di Indonesia hanya sekitar 17 juta ekor, jauh tertinggal dari Brazil, padahal kedua negara sama-sama berada di wilayah tropis. Di sisi lain, jumlah penduduk Indonesia mencapai 270 juta jiwa, yang artinya kebutuhan akan daging sapi jauh lebih besar dibandingkan ketersediaannya. Inilah yang membuat kita bertanya: apa yang membuat sistem peternakan sapi di Brazil begitu unggul?

 

Salah satu faktor keberhasilan Brazil adalah pemilihan jenis sapi. Di sana, sapi-sapi yang dipelihara mayoritas merupakan hasil persilangan dari bangsa Zebu, terutama jenis Brahman yang berasal dari India. Sekitar 50% populasi sapi di Brazil adalah Brahman murni maupun hasil persilangan dengan sapi Limosin, Simental, dan Korthort. Sapi-sapi ini dikenal tangguh di iklim tropis dan mampu tumbuh dengan baik di sistem penggembalaan terbuka.

 

Sistem peternakan di Brazil juga sangat berbeda dengan di Indonesia. Mereka menerapkan sistem pastural, di mana sapi-sapi dilepas di padang penggembalaan dan dibiarkan makan rumput alami (full grazing). Untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan, mereka menambahkan suplemen vitamin dan mineral yang disediakan di titik-titik tertentu. Suplemen ini penting terutama bagi indukan sapi yang sedang menyusui, agar terhindar dari gangguan metabolisme seperti hipokalsemia.

 

Setelah anak sapi lahir, mereka disapih dan dipisahkan berdasarkan jenis kelamin. Anak sapi betina berkualitas tinggi akan diseleksi sebagai calon indukan, sedangkan sisanya, termasuk anak sapi jantan, akan digemukkan untuk dipotong. Brazil juga memiliki industri penggemukan sapi atau feedlot, yang mampu meningkatkan bobot sapi secara signifikan dalam waktu tiga bulan melalui pemberian pakan berkualitas tinggi.

 

Yang menarik, konversi lahan di Brazil lebih banyak diarahkan untuk mendukung peternakan. Hutan-hutan tropis, termasuk sebagian kawasan Amazon, dialihfungsikan menjadi padang penggembalaan. Ini berbeda dengan Indonesia, di mana banyak hutan tropis beralih menjadi perkebunan kelapa sawit. Tak heran jika Brazil unggul dalam produksi sapi, sementara Indonesia menonjol di sektor industri sawit.

 

Perbedaan pendekatan inilah yang menjadikan Brazil sukses besar dalam dunia peternakan. Dengan strategi pemeliharaan yang tepat, pemanfaatan lahan yang optimal, dan fokus pada kualitas pakan serta genetika ternak, Brazil mampu menjawab tantangan kebutuhan daging secara global.

 

Mempelajari sistem peternakan di Brazil bukan hanya soal meniru, tapi juga memahami bahwa keberhasilan sebuah negara dalam memajukan peternakannya sangat dipengaruhi oleh kebijakan, inovasi, dan komitmen untuk membangun industri berbasis sumber daya yang dimiliki. Mungkin sudah saatnya Indonesia mengevaluasi ulang arah pengembangan peternakan nasional agar lebih mandiri dan berdaya saing tinggi di kancah global.