Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Showing posts with label Magang Petani Muda Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Magang Petani Muda Indonesia. Show all posts

Tuesday, 21 July 2009

Kabar dari Pengurus IKAMAJA Jawa Timur

Tulisan di bawah ini surat dari Ikamaja Jawa Timur:

Assalamu'alaikum War. Wab.
Salam kangen pada Bapak, semoga Bapak dalam lindungan Allah SWT, kami atas nama pengurus Ikamaja Jawa Timur mengucapkan terima kasih yang tak terhingga pada Bapak, perlu Bapak ketahui bahwa anggota IKAMAJA di Jawa Timur telah melakukan aktivitas dibidang masing-masing apa yang telah dipelajari selama di Induk Semang, kami ingin selalu berkomunikasi dengan Bapak dengan e-mail apabila bapak berkenan agar bapak bisa mengetahui kegiatan teman-teman Ikamaja di Jawa Timur, dan tidak putus tali silaturahmi, kami nantinya juga ingin mengetahui alamat e-mail atau facebook dari Induk semang kami dan salam buat semuanya, terutama kepada Bapak. Dan ini program yang telah di laksanakan atas nama organisasi Ikamaja di Jawa Timur yaitu setiap 3 bulan sekali kita koordinasi semua anggota, untuk pendanaan kita telah melaksanakan penghijauan yang bekerja sama dengan Perhutani Kanwil Jawa Timur dengan program sejuta pohon, semoga ini bermanfaat untuk kita semua. dan banyak lagi program yang lain. Demikian, atas diterimanya dari kami semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum War. Wab.
Pengurus Ikamaja Jatim

Wednesday, 6 May 2009

Pemuda Petani Indonesia Siap Belajar di Jepang

Oleh
*Muhamad Nasrul Pradana

Pada hari Kamis (4/23), bertempat di National Olympics Memorial Youth Center (NYC), Shibuya Ward, Tokyo telah diadakan upacara penerimaan trainee yang berasal dari Indonesia, Thailand, Malaysia dan Filipina untuk mengikuti pelatihan kepemimpian di Jepang selama satu hingga tiga tahun ke depan. Program pelatihan ini terselenggara atas dukungan dari Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries (MAFF) sebagai bentuk realisasi atas bantuan dana yang diberikan Jepang untuk pembangunan sosial ekonomi di Indonesia yang berupa “Bantuan Pembangunan Pemerintah (Official Development Assistance, ODA)”. Adapun pelaksana program utama pelatihan ini adalah Japan Agricultural Exchange Council (JAEC), disamping JICA (Japan International Cooperation Agency) yang telah lama memberikan bantuan dalam proyek kerjasama teknik untuk pengembangan Sumber Daya Manusia di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia.

Para peserta trainee yang datang ke Jepang ini, sebelumnya telah mengikuti proses seleksi yang sangat ketat di negara mereka masing-masing selama kurang lebih satu tahun. Untuk trainee Indonesia dikoordinir oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Departemen Pertanian, RI. Kemudian, mereka juga telah belajar bahasa Jepang selama kurang lebih 1 (satu) sampai 2 (dua) bulan sebelum berangkat ke Jepang agar dapat berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mereka datang ke Jepang, mereka langsung diberikan pembekalan ilmu-ilmu dasar pertanian di Jepang yang sangat berguna selama kegiatan pelatihan berlangsung.

Mereka juga diikutsertakan kembali dalam pembelajaran khusus bahasa Jepang dengan para guru dan pelatih yang siap membantu mereka sebelum ditempatkan di berbagai daerah, antara lain: Prefektur Chiba, Aichi, Wakayama, Nara, Nagano, Niigata, Kumamoto, Gifu, Miyagi dan lain sebagainya . Namun karena singkatnya waktu belajar, hanya sekitar tiga minggu, mereka masih memiliki banyak kendala dalam berkomunikasi dengan orang Jepang. Disinilah, para trainee perlu berusaha keras untuk selalu belajar dan menggunakan bahasa Jepang dalam kehidupan sehari-hari sambil bekerja di lapangan nantinya, ungkap salah seorang staf JAEC, Mr. Sakamoto. Tidak ada jalan lain selain belajar keras untuk dapat menerima segala ilmu yang akan diajarkan oleh para induk semang (petani) selama di Jepang.

Peserta trainee ini sengaja dikirimkan dari Indonesia ke Jepang untuk menuntut ilmu pertanian, terutama mengenai teknik bercocok tanam, teknologi pertanian, manajemen pertanian sampai dengan pemasaran produk di sentra-sentra penjualan. Atase Pertanian, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo – Jepang, Bapak Pudjiatmoko, PhD melalui sambutan tertulis karena berhalangan hadir pada upacara pembukaan ini, menyampaikan bahwa tidak hanya ilmu bertani saja yang akan mereka pelajari, namun budaya kerja keras, disiplin dan kerjasama yang kuat perlu juga dipelajari untuk kemudian diterapkan dalam membangun pertanian negara Indonesia. Hasil pelatihan yang didapat oleh para peserta trainee diharapkan dapat berguna dalam melakukan perubahan untuk menjadi lebih baik “change for the better (kaizen)” dan membangun pertanian di daerah masing-masing setelah kembali ke Indonesia serta menjadi bekal dimasa depan untuk menjadi petani yang tangguh dan teladan.

Diharapkan melalui program pelatihan kepemimpinan petani ini, hubungan persahabatan Indonesia – Jepang dapat semakin meningkat terutama dalam hal pengembangan sumber daya manusia serta “transfer of technology” yang dimiliki oleh petani Jepang kepada para petani Indonesia.

Ketigabelas peserta trainee dari Indonesia ini akan berusaha keras dalam mempelajari teknik pertanian Jepang yang dimulai dari proses produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran. Beberapa trainee mengungkapkan permasalahan utama Pertanian Indonesia saat ini lebih terletak pada proses penentuan harga yang tidak seimbang (terkadang berat sebelah) antara para petani dan tengkulak. Selain itu, dari segi strategi pemasaran juga masih terdapat berbagai kendala bagi petani-petani kecil yang salah satunya disebabkan oleh daya beli masyarakat yang rendah sehingga para petani juga terpaksa menjual produknya dengan harga rendah agar masyarakat kecil dapat mengkonsumsi produk mereka.

Di sela-sela waktu diskusi, salah satu peserta trainee menceritakan pengalamannya dalam menjual produk beras. Para petani menginginkan harga beras tersebut dapat dijual cukup tinggi di pasaran. Namun, jika dijual dengan harga tinggi maka rata-rata karyawan pabrik tidak mampu untuk membeli karena upah yang terlalu minim, sehingga memungkinkan terjadinya masalah kelaparan di suatu daerah. Masalah lainnya, para petani harus siap bersaing dengan hasil produk pertanian murah yang diimpor dari negara-negara tetangga, seperti China dan Thailand. Akibat persaingan harga di pasar setempat, para petani harus menurunkan harga produknya untuk dapat bersaing dengan harga produk impor. Hal ini membuat para petani merasa dirugikan karena terkadang hasil penjualan produk pertanian mereka tidak mampu menutupi biaya produksinya. Permasalahan ini merupakan suatu dilema bagi para petani terutama dalam mencari jalan keluar yang terbaik.

Untuk memecahkan masalah-masalah pertanian Indonesia yang ada saat ini, para peserta trainee bertekad untuk berusaha menemukan jawabannya

Petani teladan selama mengikuti kegiatan program pelatihan ini yang akan memakan waktu sekitar 1 (satu) hingga 3 (tiga) tahun ke depan di Jepang ini. Para petani juga mengharapkan dukungan penuh dari pemerintah pusat dan daerah untuk dapat selalu mendukung usaha bisnis pertanian mereka sepulang dari Jepang nantinya. Tanpa dukungan dari pemerintah, para petani tidak dapat berbuat banyak karena terbentur dengan kebijakan perdagangan produk pertanian yang berbelit serta modal yang sangat terbatas. Ketigabelas petani juga mengajak seluruh penduduk Indonesia untuk dapat “mencintai produk dalam negeri” dan mereka akan selalu berusaha memproduksi produk pertanian yang berkulitas agar dapat bersaing dengan produk impor.

Mr. Sakamoto-san dari JAEC juga menambahkan, jika rekan-rekan ingin melakukan perubahan terhadap pertanian Indonesia, hal-hal yang harus dilakukan oleh para peserta trainee adalah selalu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dan selalu berpikir maju ke depan dibarengi dengan peningkatan sumber daya manusia. Sakamoto-san juga mengharapkan kepada para trainee agar memiliki keinginan dan keyakinan yang kuat dalam mengikuti program pelatihan ini dengan baik, sehingga para induk semang (petani Jepang) merasa sangat senang dan bangga atas jerih payah yang dilakukan oleh rekan-rekan trainee sekalian selama di lapangan nantinya. Satu hal penting yang harus ditanamkan adalah jagalah nama baik bangsa negara Indonesia selama tinggal di negeri Sakura ini. Ditambahkan pula bahwa para trainee diharapkan “banyak belajar, banyak bekerja dan banyak makan” selama program pelatihan ini berlangsung.

Akhir kata, hal sekecil apapun yang kita pelajari pasti mempunyai makna dan arti, sehingga kita tetap harus terus belajar dan berkarya secara positif untuk menjadi petani kebanggaan bangsa Indonesia.

Minasan, Ganbatte kudasai!!!

*Sekretaris Umum IASA (Indonesian Agricultural Sciences Association) /
Interpreter JAEC (Japan Agricultural Exchange Council)
Tokyo University of Agriculture, Graduate School of Agriculture, Department of International Bio-Business (MSc. Candidate)
3-9-37, Sakuragaoka, Setagaya-ku, Tokyo 156-0054

Sumber: IASA, 26 April 2009

Tuesday, 9 December 2008

Tekad Petani Magang RI di Jepang

Pada akhir November 2008, tujuh orang Pemuda Petani Indonesia telah selesai menuntut Ilmu Pertanian selama delapan bulan di Prefektur Niigata, Jepang. Gambar disebelah adalah tujuh pemuda petani yang telah sukses berjuang melakukan magang pertanian di Jepang. Adapun nama-namanya adalah sebagai berikut:

1. Mawardi Suhaimi asal Propinsi Bangka Belitung telah belajar bercocok tanam padi, sayuran dan memelihara ternak sapi di Pertanian milik Mr. Nobutoshi Ikezu dengan alamat 1783 Oubaden Machi, Nagaoka-shi, Niigata-ken.
2. Suriyanto dari Daerah Khusus Yogyakarta telah belajar bercocok tanam padi, sayuran dan beternak sapi ptong di pertanian milik Mr. Yoshio Watanabe di 3129 Nishinagara, Shibata-shi, Niigata-ken 957-0004
3. Dani Frimansyah asal Jember, Propinsi Jawa Timur telah belajar pertanian padi dan sayuran di pertanian milik Mr. Kiyonari Saito di 498-1 Koda, Shibata-shi, Niigata-ken 957-0202
4. Sofyan dari Propinsi Jambi telah belajar pertanian padi dan sayuran di pertanian milik Mr. Kentarou Miyazawa dengan alamat 1499-1 Kogurosawa, Tokamachi-shi, Nigata-ken 949-8527
5. Edi Ayeng asal Bangkayang, Propinsi Kalimantan Selatan telah belajar bertani padi dan sayuran serta beternak babi di pertanian milik Mr. Yoshinori Shimada dengan alamat 1499-1 Kamigoumiyanohara, Tsunan-machi, Nakanauma-gun, Niiggata-ken 494-8125
6. Sahid Badari dari Klaten, Propinsi Jawa Tengah telabh belajar bertani padi dan sayuran di pertanian milik Mr. Noboru Iguchi di 348 Myougasawa, Minamiuonuma-shi, Niigata-ken 949-7231
7. Eko Prasetyo Winarto asal Propinsi Bengkulu, sebagai ketua kelompok telah belajar pertanian padi, bunga potong dan Tembako di pertanian milik Mr. Jyouchi Kawakami di 1631 Kitanarita, Tanai-shi, Niigata-ken 959-2724

Pemuda Petani yang gagah-berani ini, mempunyai cita-cita mulia yaitu mengembangkan pertanian di daerahnya masing-masing. Dengan senyuman Pemuda Petani yang telah memperoleh sertifikat magang ini menyambut masa depan dengan semangat kerja tinggi seperti etos kerja petani Jepang yang telah memproduksi hasil pertanian berkwalitas baik. Pemuda Petani ini tidak hanya telah terlatih baik ketrampilan bertani maupun memiliki semangat juang yang tinggi, mereka juga telah semakin terbuka wawasannya dalam pengembangan agrobisnis. Mereka tinggal di rumah petani Jepang sehingga mereka telah dapat menjalin hubungan erat dengan keluarga petani Jepang, seperti tampak gambar sebelah Sdr. Eko diantar oleh seluruh anggota Mr. Kawakami dalam acara pesta perpisahan.

Kami dari Jepang menghimbau kepada para Kepala Pemerintahan Daerah beserta aparat yang terkait dalam peningkatan pertanian untuk memanfaatkan SDM bagaikan berlian ini. Ingin bukti ? Silahkan meneliti karya dan kerja para pendahulu mereka yang tergabung dalam IKAMAJA (Ikatan Alumni Magang Pertanian dari Jepang). Banyak Alumni magang pertanian dari Jepang yang berhasil menjadi petani teladan sebagai penggerak petani di daerahnya masing-masing, memproduksi hasil pertanian yang dapat menembus pasar swalayan dan bahkan ekspor ke manca Negara termasuk ke negeri guru mereka, Jepang.

Bapak-Ibu Gubernur, Bupati, Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan serta pihak terkait lainnya tolong ulurkan tangan untuk memperhatikan usaha Pemuda Petani ini, bimbing mereka dan ajak kerja sama mereka dalam memajukan pembangunan pertanian di wilayah mereka masing-masing. Dengan demikian Bapak-Ibu dapat ikut berpartisipasi mengukir prestasi Negara agraris tercinta ini menjadi Negara yang ikut andil dalam menangani krisis pangan dunia melalui peningkatan produksi pertanian.

Thursday, 28 August 2008

Perjalanan Mantan Kenshusei Menuju Pasca Sarjana Shinshu University

oleh HERI KURNIANTA
Mahasiswa Pascasarjana Program Ekonomi Pertanian Universitas Shinshu, Jepang

You are what you think you are. Kamu adalah apa yang kamu pikirkan.

Terlahir 29 tahun yang lalu di desa kecil di ujung bagian timur propinsi DIY, tepatnya di Dusun Karangwuni, Desa Karangwuni, Rongkop, Gunungkidul,Yogyakarta. Gunungkidul terkenal sebagai daerah kritis dan langganan kekeringan. Begitupun di desaku, tanpa ada sumber air selain hujan, air bagaikan berlian yang hanya bagian dari impian penduduknya sampai sekarang ini juga, walaupun pipa air telah merentang beberapa tahun lalu, tapi tetesan air tak kunjung ada.
Bapakku seorang pekerja magang di kecamatan Rongkop waktu itu, yang selanjutnya menjadi PNS sebagai Mantri Hewan ketika aku telah pertengahan SD. Ibuku seorang petani.

Belajar dalam gelap tanpa listrik, berjalan dalam lumpur ketika hujan dan panas berdebu ketika kemarau adalah keseharian yang menghiasi perjalananku menuju bangunan tempat aku mencari ilmu (SD Karangwuni II, 1 km, SMPN Semugih, 3 km). Alhamdullillah listrik telah bisa aku nikmati ketika kelas 2 SMP dan jalan itu sekarang telah berblockcor, walaupun aspal yang kami harapkan (yang juga pernah kami mengajukan proposal bersama dengan mahasiswa-mahasiswa sekampung ketika aku S1) belum terealisasi. Mungkin masih banyak hal yang lebih penting untuk dibiayai. Tetapi seperti apa yang terucap sebagai doa, semoga pemangku jabatan itu selalu bijaksana dalam keputusannya, amiien.

Setelah lulus SMP aku meneruskan ke SMU 2 Wonosari, di ibukota kabupaten Gunungkidul, yang berjarak 30 km dari rumahku. 3 km harus aku lalui dengan jalan kaki sampai di jalan besar, selanjutnya angkutan yang akan membawaku sampai di wonosari dengan Rp 300,-.Di dalam keterbatasan disitulah terdapat kekuatan yang luar biasa.

Keterbatasan biaya ternyata tidak menyurutkan semangat orangtuaku untuk tetap menyekolahkan aku di perguruan tinggi. Walau tidak diterima di perguruan tinggi negeri(karena memang bodoh?!!, dan sesuatu yang tidak memungkinkan saya diterima), aku meneruskan ke universitas swasta (Universitas Wangsa Manggala yang sekarang menjadi Universitas Mercu Buana Yogyakarta). Kalau kita menyadari, sesungguhnya keputusan Allah adalah keputusan terbaik dan terindah untuk kita, hanya kadang kita yang tidak bisa menerima kenyataan, tidak ridho, padahal kita belum mengetahui rahasia besar dibalik keputusan-Nya.

Aku selesaikan kuliahku pada tahun 2001, dan aku sebenarnya diterima bekerja di peternakan sapi di Bekasi (seleksi sebelum lulus kuliah). Tapi bapak ibuku tidak mengijinkannya.

Ada semangat yang besar untuk melanjutkan sekolah keluar negeri walaupun waktu itu tidak punya biaya sama sekali. Aku bercita-cita melanjutkan S2 di Australia atau Selandia Baru. Dengan penuh semangat aku mengikuti kursus TOEFL di laboratorium bahasa inggris di Universitas Wangsa Manggala sampai akhirnya aku menjadi asisten untuk English Conversation sekalian mencari informasi beasiswa keluar negeri. Tapi predikat pengangguran tanpa uang memaksaku berpikir mencari penghasilan.
Kuhubungi temen-temenku yang pengusaha peternakan ayam. Kutanya harga jagung untuk pakan ayamnya. Kumulai lobi untuk mensuplai jagung dengan harga bibawah harga pasar dengan cara memutus rantai pemasaran (kebetulan ditempatku sedang musim panen jagung). Pengiriman 1 rit truk (5 ton) untuk setiap pengiriman dengan uang dimuka. 5 ton adalah kebutuhan untuk 1 bulan, berarti pengiriman aku lakukan setiap bulan sampai musim jagung di tempatku habis. Bisnis awal ini berjalan lancar dan sukses karena biaya kirim dapat ditutupi dengan menjual pasir yang dibawa truk sekembalinya dari kirim jagung.

Selanjutnya aku juga mensuplai ayam-ayam siap telur ( umur 3 bulan) dengan model yang sama, uang muka sebagian untuk membeli DOC, dan selanjunya perminggu aku ambil lagi untuk membeli pakannya. Kandangpun aku memimjam kandang milik teman yang sedang kosong sekalian untuk memeliharanya dengan sistem bagi hasil. Ini adalah awal usahaku yang benar-benar tanpa modal uang. Untuk memulai menjadi entrepreneur(wiraswasta) tidak harus bermodal uang tetapi bermodal semangat yang kuat untuk maju, waktu yang tersedia gratis ini adalah modal utama untuk mencari banyak ilmu, pengalaman dan relasi.

Bisnisku masih berlanjut, dengan tambahan uang 5 juta hasil hutang ke BRI dengan jaminan tanah simbah(kakek), aku buat kandang ayam, kemudian kubuat lagi satu kandang untuk puyuh dengan system kemitraan, sampai akhirnya aku bisa membeli mobil pick-up. Tetapi aku lebih banyak di jogja,membantu mengelola bisnis temanku, sementara peternakan diurusi anak kandang. Untuk memberdayakan mobil pick-up, aku mengambil barang kebutuhan pokok dari toko grosir di yogyakarta, telur dari kulonprogro, kelapa dari purworejo dan kulonprogo untuk dijual ke toko-toko di wilayahku dengan mengambil tenaga sales dari tetangga, sementara aku bertugas belanja barang dan aku kirim pakai mobil teman dari jogja. Aku juga merambah bisnis penjualan kayu dan meubel. Dan dengan uang hasil hutangan dari BMT dengan jaminan BPKB mobil (hutang di BRI sudah lunas) aku juga membuat warung bakso dan mie ayam sampai 2 tempat, dan produksi bakpia (tapi sampai sekarang aku tidak bisa membuat bakso, mie ayam apalagi bakpia). Walaupun tidak semua bisnis yang aku jalankan menguntungkan secara finansial, tetapi banyak pengalaman dan pelajaran yang aku dapatkan. Kegagalan juga merupakan kesuksesan, yaitu sukses mengetahui penyabab kegagalan, disana kita bisa introspeksi memperbaiki kesalahan.

Di tahun 2004 dengan informasi dari paman saya yang anggota KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) Kabupaten Gunungkidul, aku ikut seleksi program magang Jepang mewakili pemuda tani Gunungkidul. Setelah tahapan seleksi kabupaten dan propinsi selesai, aku dinyatakan lulus sebagai calon peserta magang mewakili DIY. Aku tinggalkan semua bisnisku menunggu keberangkatanku ke Jepang. Aku yakin ini jalan
Allah menuju kehidupannku yang lebih baik.

Aku berangkat ke Jepang awal bulan april 2005, tanpa kemampuan bahasa jepang, bahkan belum hafal katakana hiragana. Kuinjakkan kakiku di Jepang dengan semangat “aku harus bisa bahasa Jepang, dan aku harus berubah”. Setelah pembekalan di Propinsi Ibaraki aku mendapat jatah magang di peternakan ayam di Propinsi Wakayama, sebuah propinsi di dekat Osaka. Disinilah aku menjalani kehidupan yang paling pahit yang pernah aku alami sebagai manusia, disinilah tetesan airmataku kering terkuras.
Banyak surat surat simpatik dari teman-teman kenshusei(peserta magang) yang aku terima sebagai penghibur lara. Satu yang paling mengesankan, yaitu nasehat dari temanku yang sedang magang di kebun mikan (jeruk): Jeruk yang paling kecut dimasa mudanya adalah jeruk yang akan menjadi paling manis dimasa tuanya..

Setelah bertahan 6 bulan di Wakayama, aku dijemput pihak penyelenggara (JAEC) untuk rencana dipulangkan ke Indonesia. Hati ini terasa tentram sekaligus gelisah karena belum mendapatkan apa yang saya harapkan di Jepang. Dengan berbagai argument aku berusaha untuk sementara bertahan di Jepang. Setelah 10 hari menunggu di Tokyo (3 hari di Saitama), dan atas kerja keras pihak penyelenggara (JAEC), aku mendapat induk semang yang baru di kebun bunga pot di Nagano.

Aku akan menyelesaikan sisa waktu magangku selama 4 bulan di tempat yang baru tersebut. Selama awal kedatanganku di rumah induk semangku yang baru, kurasakan banyak aura positif, tanggapan yang hangat luar biasa. Perkembangan bahasa jepangku meningkat cepat berkat bantuan dan bimbingan semua anggota keluarga. Mereka sibuk mencarikan buku, majalah dan lain lain untuk mendukungku belajar bahasa jepang. Bahkan aku disambungkan internet sampai dikamarku.

Berawal dari pertanyaan keluarga induk semang tentang keinginanku setelah selesai magang, kujawab dengan penuh pengharapan bahwa aku punya keinginan untuk melanjutkan S2 dan kalau bisa di Jepang. Ternyata pertanyaan yang aku anggap basa-basi dan jawaban apa adanya dengan keterbatasan bahasa jepangku, ditanggapi serius oleh semua anggota keluarga. Sisa waktu 2 bulan masa magangku waktu itu disibukkan dengan mencari berbagai informasi, karena kami semua masih buta tentang proses perekrutan mahasiswa asing untuk bisa kuliah di Jepang. Semua anggota keluarga saling bahu membahu mencari berbagai informasi dengan berbagai cara: menelepon ke berbagai instansi, mencari di internet sampai memanggil mahasiswa asing(1 orang Indonesia dan 1 orang Mongolia) untuk di”korek” informasinya.

Akhirnya perjuangan itu tidak sia-sia, 2 minggu sebelum kepulangannku ke Indonesia, aku dites oleh salah satu professor di Universitas Shinshu (Prof. Takasi sasaki) dan dinyatakan diterima di laboratoriumnya sebagai mahasiswa peneliti. Tetapi karena tidak mendapat izin dari pihak penyelenggara untuk mengubah visa sebelum terlebihdahulu pulang ke Indonesia, akhirnya aku hanya berjanji segera ke Jepang lagi secepatnya dengan visa wisata untuk mengurus administrasi di kampus.
Beberapa minggu setelah aku di Indonesia, datanglah dokumen-dokumen yang aku minta dari induk semangku di Jepang sebagai penjaminku untuk pembuatan visa. Tetapi mengurus visa ke Jepang waktu itu sangat sulit dan sangat melelahkan. Dengan pengorbanan yang luar biasa, akhirnya pengajuan visaku dinyatakan ditolak. Walau tidak tau lagi jalannya, dalam hati kecil ini yakin aku bisa ke Jepang lagi, hanya Allah sedang mencarikan waktu keberangkatanku yang paling tepat. Karena terlalu percaya dirinya aku akan keyakinanku itu. sampai-sampai aku tidak berpikir untuk mulai berbisnis lagi atau bekerja. There is always door on every wall (selalu ada pintu di setiap dinding :selalu ada jalan keluar dari setiap permasalahan)
Beberapa hari sebelum bulan puasa tahun 2006, dokumen untuk pembuatan visa dikirimkan lagi untuk yang kedua kalinya dari induk semangku di Jepang. Walau sampai 4 kali kedatanganku ke Kedubes Jepang di Indonesia akhirnya visa wisataku diterima dengan masa waktu 1 bulan. Setelah menghabiskan waktu selama 7 bulan di Indonesia, bakda lebaran 2006 aku berangkat lagi ke Jepang dengan uang hasil hutang ke teman sesama magang dulu.

Setelah kedatanganku di Jepang, segera aku selesaikan administrasi di kampus dan segera merubah status visa menjadi visa pelajar. Tetapi ternyata merubah visa membutuhkan waktu sampai 3 bulan, sedangkan waktu tinggalku hanya 1 bulan. Selain itu juga uang masuk sebesar 80.000 yen dan uang spp 1 semester sebesar 180.000 yen harus segera dibayar setelah aku masuk kuliah. Dan aku tidak punya uang waktu itu, aku hanya berharap untuk berhutang sebesar kebutuhan kuliah saja yaitu sebesar 260.000 yen kepada induk semangku. Tetapi (terima kasih ya Allah) ternyata induk semangku telah memasukkan 500.000 yen di rekeningku untuk keperluan awal kuliahku.
Tetapi karena masa berlaku visa wisataku telah habis, akhirnya saya pulang lagi ke Indonesia dan menunggu lagi di Indonesia selama 2 bulan. Ketika Letter of Eligibility telah dikirimkan oleh induk semangku dari jepang segera aku urus visa pelajar ke kedubes Jepang di Jakarta. Selanjutnya aku segera pergi ke Jepang lagi dengan uang hutang ke paman (Karna aku pulang hanya boleh menbawa uang cukup untuk transportasi sampai rumah saja, dan tiket keberangkatanku nanti akan dikirimkan dari Jepang. Tetapi karena saya anggap terlalu rumit, aku putuskan untuk berhutang lagi dulu)

Saya sampai di Jepang lagi awal februari 2007, tetapi aku tidak langsung kuliah, karena kampus di Jepang sedang libur, dan akhirnya aku mulai kuliahku sebagai mahasiswa peneliti dari tanggal 1 april 2007. Hari-hariku kuhabiskan dengan arubaito(kerja sambilan) di rumah induk semang dan kuliah. Hasil dari arubaito inilah yang aku gunakan untuk hidup sehari-hari karena aku telah menyewa apartemen (apato) sendiri di dekat kampus. Tetapi untuk membayar spp yang kedua aku masih meminta(hutang) lagi ke induk semang (kebetulan tidak ada beasiswa ataupun pengurangan spp untuk mahasiswa peneliti)

Pada waktu sebagai mahasiswa peneliti, aku mengikuti ujian masuk S2 dan alhamdullillah diterima (karema ada teman yang tidak diterima ). Setelah masuk sebagai mahasiswa S2 mulai 1 april 2008, aku berjanji untuk tidak merepotkan lagi keluarga induk (semangku terutama masalah uang. Padahal spp 1 semester 270.000 dan uang masuk 280.000 dan aku tidak punya simpanan uang. Tetapi Allah memang maha sempurna akan rencana-rencananya. Betapa tidak ternyata aku mendapat keringanan uang masuk 50% dan selanjutnya keringanan spp 100%, praktis aku cuma membayar 140.000 yen, dan cukup bermodalkan lebih gambatte (berusaha) dalam arubaito(kerja sambilan) uang segitu insya Allah bisa didapatkan. Tetapi baroqah Allah tidak sampai disitu, ketika aku sedang “gambatte” arubaito, ternyata ada pengumuman yang menyatakan aku lolos mendapatkan beasiswa sebesar 70.000 yen per bulan selama setahun dari JASSO. Dan akhirnya akan kuhabiskan waktuku di Universitas Shinshu Insya Allah sampai S3, dan dengan rezeki Allah saya ingin menyempatkan lebaran di Indonesia dan akan merupakan kepulangan saya yang kedua untuk tahun ini (2008).

Saudaraku, setiap kita adalah orang-orang yang luar biasa, tiada diantara kita yang terlahir bodoh, bukan kita yang bodoh tetapi kita hanya belum tahu. Kita semua terlahir cerdas, hanya kadang kita kurang memberdayakannya (your brain is just like a sleeping giant: pikiranmu bagai raksasa yang sedang tidur). Dan kunci sukses ternyata cukup dengan selalu berusaha berbuat baik, selalu berfikir posif, sabar dan syukur.

(Shinshu, 17 Agustus 2008)

Thursday, 21 August 2008

Pelatihan Pertanian di Koibuchi Gakuen Prefektur Ibaraki

Setelah praktek bertani di pertanian orang tua angkat masing-masing selama 4 bulan lebih, tanggal 18 -27 Agustus 2008, para trainee pertanian program JAEC kembali mengikuti pelajaran pertanian di kelas bertempat di Koibuchi Gakuen Prefektur Ibaraki. Gambar di sebelah kiri terlihat keceriaan sebelas pemuda petani Indonesia yang sedang menimba ilmu teknologi pertanian seusai kuliah di ruang kelas yaitu Sdr. Maulana Yusuf (asal DKI), Syaipul Rahman Bin Daim (Kalsel), Agus Ali Nurdin (Jabar), Dadan Ramdani Nugraha (Jabar), Muhamad Najib (Jambi), I Made Dedy Sudiantara (Bali), Yuki Aramdhani (Jabar), Erwin (Sumut), Aep Komarudin (Jabar), Husnul Muhlis (Kalsel) dan Saeroji (Jatim).

Apa cita-ciata mereka setelah kembali ke Indonesia? Cita-cita mereka mulia semua.

Maulana Yusuf: Mengembangkan pertanian dengan miniru atau mempraktekan gaya Jepang. Ingin mengembangkan padi, sayuran dan ternak baik sebagai produsen maupun penjual hasil pertanian tersebut.

Syaiful Rahman: Mengembangkan tehnik pertanian yang telah dipelajari di Jepang dengan mempraktekan di daerahnya untuk kemajuan bangsa dan negara.

Muhamad Najib : membeli tanah untuk mengembangkan ilmu yang didapat dan membangun kebun. Pada gilirannya akan membangun rumah.

Agus Ali Nurdin : Memproduksi sayuran dan padi organik. Juga membuat perusahaan atau distributor sayuran dan beras organik.

Aep Komarudin : Ingin menjadi pembudidaya sayuran dan membuat pengepakan sendiri.

Erwin : Membangun pengolahan hasil pertanian di daerah khususnya padi kemudian mengembangkan produk lain.

Dadan Ramdani Nugraha : Memajukan usaha yang sudah berjalan agar lebih maju dengan bekal pengalaman dari program training ini.

I Made Dedy Sudiantara : Ingin bergerak dibidang peternakan babi dan sapi sekaligus pemasarannya.

Gambar sebelah kiri suasana belajar ketika Ogawa Sensei sedang mengajar ilmu tanah dan pemupukan. Pelajaran disampaikan dalam bahasa Jepang yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Yuki Aramdhani : Bercita-cita meneruskan usaha yang sudah ada dan berusaha mengembangkan lagi. Dan juga mempraktekan ilmu yang dipelajari di Jepang.

Saeroji : Berusaha membantu membangun bangsa dalam memperbaiki pertanian, di desa, Kecamatan, Kabupaten dan Negara dengan cara memperbaiki usaha tani yang telah dilaksanakan. Menyampaikan ilmu yang diperoleh kepada kawan-kawan dan kelompok tani, Gapoktan, KTNA dan juga pemuda-pemuda tani.

Husnul Muchlis : Memajukan usaha tani sendiri dulu lalu membantu usaha tani masyarakat disekitar.


Kendala dari sebagian besar mereka hadapi dalam mengikuti pelatihan ini adalah bahasa Jepang. Kata mereka kalau bisa belajar bahasa Jepang yang cukup lama ketika sebelum berangkat ke Jepang.

Kami bersyukur kalau sekarang sudah bisa komunikasi cukup baik, hanya kadang-kadang salah paham. Kalau salah paham ini yang membuat kita malu, kata seorang trainee.

Budaya malu memang baek, tetapi jangan dipertahankan terus-menurus yang bikin kinerja belajar dan berlatih kita menurun.

Ja... Ganbarimashou.

Friday, 25 April 2008

Petani Muda Magang Setahun di Gunma Jepang

Pada tanggal 25 April 2008 telah dilakukan acara penerimaan 11 petani muda magang asal Indonesia melakukan pelatihan di Gunma Prefecture. Salah satu petani muda tersebut I Ketut Suartika yang berasal dari Sangeh, Bali akan menimba teknik peternakan sapi di Gunma sejak April 2008. Baru selesai mengikuti pembekalan selama 10 hari di Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Gunma Sdr. Ketut memperoleh kesempatan rileks sejenak di Taman Bunga Misato Shibazakura Koen yang letaknya tidak jauh dari SPMA Gunma (Gambar sebelah). Taman ini menyajikan pemandangan indah berupa hamparan aneka warna bunga Shibazakura yang dapat bertahan hidup selama sebulan. Taman dibuka untuk umum dari tanggal 5 April sampai dengan 6 Mei 2008.




Selama setahun Sdr. Ketut akan menimba teknik bertani ala Jepang, belajar beternak sapi di peternakan milik Mr. Morita. Sapi jenis ini setelah berumur 20 bulan berat-badannya bisa mencapai rata-rata 800 kg per ekor, harganya sekitar 450-500 yen per kg berat hidup. Sapi yang dipelihara sekarang tinggal separuhnya yaitu 150 ekor. Mr. Morita sengaja menurunkan jumlah sapi yang dipelihara karena harga makanan sekarang sangat tinggi, terutama jagung sebagai salah satu bahan makanan utamanya. Dia menduga harga jagung yang meningkat ini disebabkan jagung juga diserap pasar sebagai bahan pembuatan biofuel.








Fasilitas di kandang sapi
1.Tempat pemberian makanan sapi
2.Tempat minum sapi secara otomatis.
3.Terlihat Bahan makanan sapi dari jerami.
4.Tempat penyimpanan makanan.
5.Terlihat makanan dengan bahan pokok berasal dari jagung.
6.Tempat pengolahan kotoran menjadi kompos.
7.Bahan alas kandang sapi dari gergajian kayu.
8.Terlihat sapi berumur 8 bulan (gambar tengah)
9.Sapi berumur 20 bulan (gambar bawah) dengan berat 800 kg per ekor siap untuk dijual.

Thursday, 26 April 2007

Pertemuan Ikatan Alumni Magang Jepang

Program Magang bagi Pemudatani Indonesia di Jepang sampai dengan saat ini telah meluluskan 935 orang (XXIII angkatan) yang berasal dari berbagai propinsi/kabupaten di tanah air. Hasil dari kegiatan magang dipandang cukup berhasil dalam mengembangkan pembangunan pertanian di tanah air. Beberapa di antaranya bahkan sudah berhasil mengembangkan kemitraan usaha dengan pengusaha besar. Dasar pelaksanaan kegiatan Pertemuan Tahunan ini adalah Nota Kesepakatan Bersama (MOU) yang ditandatangani oleh pihak Departemen Pertanian cq. Badan Pengembangan SDM Pertanian (Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian) dengan Japan Agricultural Exchange Council/JAEC-Tokyo (Director The Japan Agricultural Exchange Council) pada tanggal 23 Januari 2003.

Dasar pelaksanaan kegiatan Pertemuan Tahunan ini adalah Nota Kesepakatan Bersama (MOU) yang ditandatangani oleh pihak Departemen Pertanian cq. Badan Pengembangan SDM Pertanian (Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian) dengan Japan Agricultural Exchange Council /JAEC-Tokyo (Director The Japan Agricultural Exchange Council) pada tanggal 23 Januari 2003. Hasil Pertemuan Tahunan 2006 yang dilaksanakan di Bangkok Thailand disepakati bahwa kegiatan Pertemuan Tahunan 2007 (The Joint Annual Meeting of ASEAN Country on 2007) dilaksanakan di Indonesia paling lambat minggu pertama Februari 2007. Pertemuan Tahunan (Annual Meeting) dilaksanakan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 6 s.d. 9 Februari 2007.

Pertemuan bertujuan untuk :

(1) Menyatukan pemahaman dan pandangan yang sama antara pihak Indonesia dalam hal ini Badan Pengembangan SDM Pertanian dengan pihak Japan Agricultural Exchange Council (JAEC) dalam pelaksanaan kegiatan program magang dalam jangka waktu tertentu sebagaimana yang tuangkan dalam Nota Kesepakatan (MOU);

(2) Mendapatkan informasi dari delegasi negara peserta untuk perkembangan permagangan dan pemecahan masalah yang dihadapi. Hasil dari pertemuan ini adalah tercapainya kesepakatan bersama antara Badan Pengembangan SDM Pertanian dan pihak Japan Agricultural Exchange Council (JAEC) mengenai Program Magang bagi Pemudatani Indonesia di Jepang dalam jangka waktu tertentu sebagaimana yang dituangkan dalam Memorandum of Understanding (MoU).

Peserta Joint Annual Meeting berasal dari Indonesia, Jepang, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Dari Indonesia dihadiri oleh Kepala Badan SDM Pertanian DR. Ato Suprapto, Kapusbanglatan, Ir. Heri Suliyanto MBA, Atase Pertanian RI di KBRI Tokyo, DR. Pudjiatmoko, para pejabat terkait dari Pusbanglatan, pejabat Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat, dan pengurus IKAMAJA.

Selain itu undangan yang hadir selama Joint Annual Meeting terdiri dari:
1. Kepala BBDAH Kayuambon Lembang;
2. Ketua KTNA Nasional;
3. Pengurus IKAMAJA Nasional;
4. Staf Biro Kerjasama Luar Negeri Departemen Pertanian;
5. Anggota IKAMAJA.

Kegiatan ini telah berhasil memfasilitasi Joint Annual Meeting 2007 untuk mencapai tujuannya yakni menyamakan persepsi tentang pelaksanaan magang Jepang tahun 2006 terhadap permasalahan yang terjadi dan memperoleh masukan dari pengalaman negara peserta lainnya dalam melaksanakan program magang yang sama. Kegiatan ini berhasil memulai tekad meningkatkan pelaksanaan program magang Jepang baik dari pihak Indonesia maupun dari pihak JAEC.

LAPORAN MASING-MASING NEGARA

1. INDONESIA

Masalah yang timbul dan pemecahan yang sedang dan akan diambil untuk memperbaiki kelancaran program magang. Problem-problem yang timbul dalam pelaksanaan magang Jepang adalah:

a. Proses seleksi calon peserta dinilai belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Syarat bahwa calon peserta magang haruslah seorang petani sering dilanggar. Monitoring evaluasi dari petugas pusat terhadap pelaksanaan seleksi di daerah tidak dapat dilakukan terhadap semua daerah. Hal ini disebabkan oleh jumlah petugas dan dana yang terbatas.

b. Pelatihan orientasi dan persiapan keberangkatan dinilai kurang berhasil menempa mental dan disiplin calon peserta magang. Iklim selama pelatihan dinilai terlalu lembek dan longgar jika dibandingkan dengan keadaan ril yang akan mereka hadapi di Jepang. Akibatnya, sesampai di Jepang peserta magang merasa kaget dan stress sehingga muncul pikiran bahwa mereka diperlakukan sebagai tenaga kerja paksa.

c. Kemampuan bahasa sering menjadi hambatan dalam kelancaran interaksi antara peserta magang dengan induk semang. Masalah seperti tidak tersedianya waktu untuk melaksanakan sholat dan sulitnya memperoleh makanan halal hanya terjadi di sebagian kecil induk semang. Jika kemampuan bahasa Jepang memadai, hal ini akan dapat dihindari.

d. Persepsi induk semang dan peserta magang tentang magang sangat berbeda. Induk semang menganggap bahwa magang itu kerja penuh. Sedangkan peserta menganggap magang itu belajar, diskusi, pendampingan, dan bekerja. Perbedaan persepsi ini menjadi penghalang semangat kerja.

e. Waktu kerja peserta magang sering melebihi waktu yang disepakati antara JAEC dengan AAHRD yaitu 50 jam per minggu. Kerja lembur tidak pernah diatur secara jelas.

f. Uang saku yang diperoleh peserta Magang Jepang relative lebih kecil dibanding dengan program magang yang dikelola oleh instansi lain dari Indonesia. Keadaan ini tidak jarang menimbulkan ketidaknyamanan bagi peserta magang.

g. Ketidaksesuaian antara usahatani yang dikelola di tanah air dengan yang ditemui di Jepang menjadi kendala pada awal kegiatan magang dan pada saat magang berakhir. Peserta magang tidak tahu harus mengembangkan usahatani apa di kampung halaman karena yang dialami selama magang sangat berbeda jauh dengan usahatani orangtuanya atau usahataninya.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, Indonesia mengajukan beberapa rekomendasi yaitu:

a. Sampai dengan berakhirnya MOU antara JAEC dan Badan Pengembangan SDM Pertanian tahun 2008, proses seleksi dan pelatihan akan melibatkan IKAMAJA. Dengan pengalamannya selama magang di Jepang, diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas seleksi dan materi pelatihan.

b. Memperbaiki sebagian isi MMU sehingga sesuai dengan harapan peserta magang. Hal-hal yang telah diatur dengan jelas akan disosialisasikan kepada peserta magang maupun induk semang. Sedangkan hal-hal yang dapat menimbulkan persepsi yang berbeda akan diusulkan untuk diperbaiki MMU nya.

c. Setelah MOU antara JAEC dan Badan Pengembangan SDM Pertanian berakhir tahun 2008, maka diusulkan MOU baru akan dibuat antara IKAMAJA dengan JAEC. Badan Pengembangan SDM Pertanian bertindak sebagai fasilitator dan evaluator.

2. FILIPINA

Filipina yang diwakili oleh Ms. Solidad B. Fernando menyajikan program kerja yang sedang dilaksanakan bagi para peserta magang. Para peserta magang yang telah kembali akan menerima bantuan untuk memulai atau memperluas usaha tani mereka. Proyek ini membantu peserta magang mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan yang mereka dapatkan selama di Jepang. JAECAAP (perkumpulan alumni magang Jepang Filipina) yang telah tersebar di 16 daerah memonitor pelaksanaan hal tersebut. Filipina juga menjelaskan beberapa persoalan yang sedang dihadapi oleh mereka.

Seperti minimnya pendanaan untuk orientasi calon peserta magang sehingga kadang-kadang peserta harus mencari sendiri sumber pembiayaan dari lembaga-lembaga non pemerintah. Juga karena topan yang melanda Filipina baru-baru ini, lemahnya sistem monitoring yang dilakukan pimpinan daerah dan JAECAAP, dan keharusan mempunyai kontrak penjualan dengan pembeli prospektif menyebabkan pembayaran kembali bantuan yang telah diterima para eks magang agak tersendat.

Kerja yang dilakukan pemerintah Filipina sekarang adalah mengadakan pertemuan rutin antara pengurus JAECAAP dan pemimpin daerah untuk pengumpulan pembayaran bantuan yang telah diterima, mendorong anggota JAECAAP menjadi anggota Dewan Pertanian dan Perikanan. Pada level nasional, JAECAAP diharapkan lebih memperkuat monitoring bantuan yang telah diberikan dan rencana bekerjasama dengan organisasi sosial dan nirlaba untuk mencari sumber pendanaan untuk kegiatan-kegiatan JAECAAP seperti Rotary Club, Lions, Kiwanis, Philippine Jaycees.

3. THAILAND

Ms. Ratana sebagai Kepala Perwakilan Delegasi Thailand menerangkan keadaan negerinya yang terkenal sebagai negara yang berbasis pertanian tetapi walau demikian sumbangan bagi Pendapatan Nasional Bruto hanya 8,6 % dari total keseluruhan dan jumlah petani mengalami penurunan karena harga yang tidak stabil dan kecilnya keuntungan. Maka dari itu para petani muda adalah target dari pembangunan ilmu dan kemampuan sebagai penerus masa depan pertanian. Banyak langkah yang telah dan sedang dilakukan untuk memfokuskan target itu.

Salah satu langkah yang telah lama dilakukan adalah kerjasama dengan JAEC sejak tahun 1983 untuk mendidik petani muda belajar di luar negeri khususnya Jepang. Kemampuan bahasa, adaptasi dengan lingkungan dan budaya baru, dan lemahnya peran asosiasi alumni magang adalah masalah yang kini dihadapi oleh Thailand. Walaupun demikian manfaat yang diperoleh sangat besar seperti pendidikan manajemen pertanian yang sama sekali baru, transfer ilmu dari alumni ke komunitas mereka, dan banyak alumni sukses membangun pertanian mereka.

4. MALAYSIA

Malaysia yang diwakili oleh Mohd. Hussin Bin Yunus dalam country report-nya menjelaskan latar belakang kerjasama antara Malaysia dan JAEC. Sejak awal mula diadakannya kerjasama, tujuan, orientasi peserta hingga seleksi kandidat petani yang akan dikirim. Mr. Hussin juga menjelaskan sistem pengawasan yang dilakukan berjenjang oleh pemerintah hingga kunjungan langsung ke tempat para pemuda magang melakukan aktivitasnya di Jepang. Malaysia tidak melepaskan begitu saja para pemuda magang yang baru kembali, tetapi menyediakan dan memberikan dukungan untuk para petani demi mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu yang telah mereka dapat.

Pemerintah Malaysia untuk tahun 2007 ini sebelum memberangkatkan para pemuda akan lebih meningkatkan lagi kualitas peserta seperti pemantapan di tempat para alumni selama sebulan, cara penggunaan mesin-mesin pertanian, lebih memperkenalkan budaya Jepang agar mereka lebih mudah beradaptasi. Pihak Malaysia juga mengharapkan pengertian yang mendalam dari host farmer tentang budaya dan agama yang dianut pemuda Malaysia. JAEC juga diharapkan agar memberitahukan host farmer agar tetap komit pada MOU. Penyediaan penerjemah yang tidak hanya pandai berbahasa Melayu, tetapi juga paham tentang budaya dan adat para peserta.

DISKUSI JAEC DENGAN DELEGASI PESERTA

Rapat antara JAEC dengan delegasi Indonesia berlangsung di Ruang Eksekutif Hotel Grand Aquila pada tanggal 7 Februari 2007. Rapat yang berlangsung dari pukul 09.00 s.d. 12.00 tersebut dihadiri oleh dari pihak Indonesia: Kepala Pusat Pengembangan Pelatihan Pertanian, Kepala Bidang Pelatihan Non-Aparatur, Kepala Subbidang Permagangan Petani, Kepala Subbidang Agribisnis, Ketua IKAMAJA Nasional, dan Atase Pertanian Jepang, dari JAEC dihadiri oleh Direktur Executif dan Chief International Cooperation Section.

Rapat difasilitasi seorang penerjemah Bahasa Jepang ke Bahasa Indonesia. Rapat membahas hal-hal yang disampaikan pada country report sewaktu sidang hari pertama tanggal 6 Februari 2007 yaitu mengenai proses seleksi calon peserta magang, pelatihan orientasi dan persiapan menjelang keberangkatan ke Jepang, kemampuan bahasa dan komunikasi Bahasa Jepang, persepsi induk semang, waktu kerja, uang saku, dan ketidak sesuaian antara usahatani peserta magang di tempat asalnya dengan kegiatan magang di Jepang.

Berdasarkan rapat yang sangat alot tersebut disepakati beberapa hal sebagai berikut:

1. Indonesia akan memperbaiki sistem seleksi dan meningkatkan kontrol terhadap pelaksanaan seleksi tersebut. Pusabanglatan diminta lebih aktif mensosialisasikan pedoman seleksi kepada pemerintah daerah (Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten).

2. Sesuai dengan latarbelakang diadakannya magang Jepang ini, bahwa peserta magang haruslah mereka yang telah menjadi petani dan mempunyai prospek menjadi pemimpin pertanian di lingkungannya. Pihak JAEC sangat menyayangkan jika peserta yang dikirim tersebut tidak banyak tahu tentang pertanian.

3. Demikian juga sistem pelatihan orientasi hendaknya mampu memberikan kondisi yang mirip dengan kondisi yang akan dihadapi oleh peserta magang di Jepang. Kondisi dimaksud antara lain disiplin, pekerjaan yang menuntut kerja pagi hingga malam hari untuk waktu-waktu panen dan tertentu.

4. Kedepan, pelatihan orientasi dan pemantapan akan mengikutsertakan IKAMAJA secara aktif, sehingga pengalaman alumni magang dapat disampaikan kepada calon magang. Berdasarkan pengalaman mereka selama di Jepang, akan membantu melihat siapa diantara calon tersebut yang tidak akan kuat menghadapi situasi magang di Jepang.

5. Magang tidak boleh disamakan dengan program kerja yang mempeoleh bayaran lebih tinggi. Allowance (uang saku) tidak diartikan sebagai bayaran. Peserta magang harus mengerti bahwa mereka pergi ke Jepang untuk mencari ilmu, pengetahuan, pengalaman, belajar pertanian, budaya dan kebiasaan orang Jepang.

6. Masalah keterbatasan bahasa Jepang hendaknya dilihat dari dua sisi. Dari sisi peserta mereka hendaknya terus meningkatkan keterampilan berbahasa Jepang dengan cara mencoba kalimat yang sangat sederhana, belajar melalui photo, bermain dengan anak-anak di Jepang dsb. Dari pihak induk semang diminta pengertiannya bahwa belajar bahasa Jepang bagi anak-anak peserta magang tidaklah mudah. Jangan diartikan bahwa mereka melawan atau membangkang tetapi semata-mata karena kurang mengerti saja.

7. Bekerja melebihi waktu 50 jam kerja seminggu juga dibahas. Pihak JAEC menjelaskan bahwa terkadang pada hari-hari tertentu jam kerja melebih 8 jam kerja, hal itu hanya karena sifat dari pekerjaan di pertanian yang tidak bisa dibuat seperti jam kantor. Ada juga saatnya para peserta magang bekerja kurang dari 8 jam per hari. JAEC tetap memperhatikan saran agar otosan tidak memberikan pekerjaan yang terlalu berat bagi peserta magang.

8. Kesesuaian antara komoditas yang diinginkan dengan yang dialami di Jepang disepakati bahwa pihak JAEC berusaha seoptimal mungkin menyesuaian antara pilihan pertama, kedua, dan ketiga. Dimohon agar peserta menyusun pilihannya secara benar dan tidak mengadakan perubahan setelah dokumen dikirim.

9. Secara umum kedua belah pihak (JAEC dan Indonesia) setuju tetap meneruskan program magang ini dengan terus mengadakan perbaikan dari masing-masing pihak.

10. Untuk program tahun 2007, JAEC dan Indonesia menyetujui pengiriman magang sebanyak 12 orang. Dokumen detail item, telah disepakati antara kedua belah pihak dengan sedikit perbaikan. Sebelumnya detail item ditandatangani oleh Kepala Badan PSDMP sekarang boleh ditandatangani oleh Kepala Pusat Pengembangan Pelatihan Pertanian.

Wednesday, 25 April 2007

Mitra Kerja Program Magang Petani di Jepang

1. The Japan Agricultural Exchange Council (JAEC) Tokyo

Profile organisasi
Fungsi organisasi ini adalah menyelenggarakan program The Asian Young Leaders Training Program sejak tahun 1983. Jumlah anggotanya 387 orang.

Nama Ketua : Shinichiro Asao
Nama Sekretaris : Hisaki Horiuchi
Alamat : Meiji-Seimei-Kamata-Ekimae Building 6F 39-2, Kamata 4-chome, Ota-ku, Tokyo 144-0052
Telpon : 03-5703-0251
Fax : 03-5703-0255
Email : -
Website : -

Analisa organisasi tersebut :
Organisasi cukup profesional dalam mengelola program petani magang. Setiap tahun dilakukan evaluasi memalui pertemuan annual meeting yang dilaksanakan di negara pengirim trainee secara bergiliran. Peserta pertemuan adalah Pengurus JAEC dan pejabat kementerian Pertanian negara pengirim trainee.

Anggaran tahun ini menurun sehingga diharapkan sejak tahun 2007 negara pengirim trainee dihimbau untuk menyiapkan dana tiket trainee pulang-pergi ke Jepang. Sementara yang ikut dalam program ini adalah Indonesia, Malaysia, Philipina dan Thailand. Ada negara lain yang berminat untuk mengikuti program ini adalah Vietnam, Myanmar dan Laos. Indonesia harus siap untuk berbenah diri.

Kepentingan Indonesia
Hubungannya dengan dengan kepentingan Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, sosial, lingkungan dan budaya adalah Petani muda Indonesia telah mengikuti program petani magang ini sejak tahun 1990 Yang jumlah pesertanya sekitar 15 orang per tahun.

2. The Japan Agricultural Exchange Council Fukui Prefecture

Profile organisasi
Fungsi organisasi ini adalah menyelenggarakan program petani magang sejak tahun 1990. Anggota organisasi ini terdapat 118 orang.

Nama Ketua : Hisaichi Shirasaki
Nama Sekretaris : Shingi Minami
Alamat : 14-22 Gojoho, Ono-shi, Fukui Pref. 912-0421
Telpon : 0779-64-1501
Fax : 0779-64-1219
Email : -
Website : -

Analisa organisasi tersebut
Pada tahun 2006 organisasi ini masih melakukan kerjasama dengan Badan SDM Departemen Pertanian dalam program petani magang di Propinsi Fukui. Orang tua angkat petani magang mengharapkan para trainee dapat berkomunikasi dengan semua anggota keluarga Host Familinya.

Kepentingan Indonesia
Hubungannya dengan dengan kepentingan Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, sosial, lingkungan dan budaya adalah telah terjalin kerjasama program petani magang Indonesia Jepang dimana jumlah pesertanya sekitar 2-7 orang per tahun..

3. The Niigata Agricultural Exchange Council (NAEC)

Profile organisasi
Organisasi ini telah menyelenggarakan program Petani magang sejak tahun 1995, dimana jumlah anggotanya terdapat 79 orang.

Nama Ketua : Toshiharu Morohashi
Nama Sekretaris : Joichi Kawakami, Nobutoshi Ikegu
Alamat : Kenshinren No.2 Bunshitsu, 1-86 Higashinakadori, Niigata-shi, Niigata Pref. 951-8116
Telpon : 025-223-2186
Fax : 025-223-2401
Email : -
Website : -

Analisa organisasi tersebut
Pada tahun 2006 organisasi ini masih melakukan kerjasama dengan Badan SDM Departemen Pertanian dalam program petani magang di Propinsi Niigata. Orang tua angkat petani magang mengharapkan para trainee mempunyai kemauan belajar dalam bidang pertanian.

Kepentingan Indonesia
Hubungannya dengan dengan kepentingan Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, sosial, lingkungan dan budaya adalah petani muda Indonesia telah mengikuti program petani dengan jumlah peserta sekitar 7 orang per tahun..

4. The Japan Agricultural Exchange Council (JAEC) of Gunma

Profile organisasi
Fungsi organisasi ini adalah menyelenggarakan program petani magang sejak tahun 1996, Jumlah anggota organisasi ini sebanyak 199 orang.

Nama Ketua : Takao Otake
Nama Sekretaris : Eiichi Noguchi
Alamat : Gardenhills 2-105,
674-1 Hisanaga, Fujimi-mura, Seta-gun, Gunma Pref. 371-0116
Telpon : 027-288-2902
Fax : 027-288-8524
Email : -
Website : -

Analisa organisasi tersebut
Pada tahun 2006 organisasi ini masih melakukan kerjasama dengan Badan SDM Departemen Pertanian dalam program petani magang di Propinsi Gunma. Orang tua angkat petani magang mengharapkan para trainee mempunyai kemauan belajar dalam bidang pertanian dan dapat berkomunikasi dengan baik.

Kepentingan Indonesia
Hubungannya dengan dengan kepentingan Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, sosial, lingkungan dan budaya adalah petani muda Indonesia telah mengikuti program petani magang sejak tahun 1999 dengan jumlah pesertanya sekitar 15 orang per tahun.

5. Kumamoto Agricultural Exchange Association (KIA)

Profile organisasi :
Fungsi organisasi ini adalah menyelenggarakan program Petani magang sejak tahun 1997. Jumlah anggotanya terdapat 90 orang.

Nama Ketua : Tsumoru Aoki
Nama Sekretaris : Daisaku Tojiri, Kenichi Takehara
Alamat : 17-15 Suigenji 3-chome, Kumamoto-shi, Kumamoto Pref. 862-0950
Telpon : 096-387-1122
Fax : 096-383-7630
Email : -
Website : -

Analisa organisasi tersebut
Pada tahun 2006 organisasi ini masih melakukan kerjasama dengan Badan SDM Departemen Pertanian dalam program petani magang di Propinsi Gunma. Orang tua angkat petani magang mengharapkan para trainee dapat berkomunikasi dengan baik dan mengikuti peraturan pemerintah Jepang.

Kepentingan Indonesia
Hubungannya dengan dengan kepentingan Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, sosial, lingkungan dan budaya adalah petani muda Indonesia telah mengikuti program petani magang dengan jumlah pesertanya sekitar 5-10 orang per tahun.

Thursday, 19 April 2007

Pertemuan Nasional IKAMAJA ke II 2006


Pertemuan Nasional IKAMAJA ke II di Bandung 8-11 November 2006

 

IKAMAJA adalah Ikatan Alumni Magang Petani Muda Indonesia di Jepang. Anggotanya adalah para petani yang pernah melakukan magang pada pertanian di Jepang sejak tahun 1984. Banyak diantara mereka yang telah penjadi petani yang berhasil dan ada yang menjadi Petani Teladan, Kepala Desa dan bahkan menjadi anggota DPRD.


Pertemuan Nasional IKAMAJA ke II dilaksanakan pada tanggal 8-11 November 2006 di Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Tani Mandiri desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Bandung. Tempat tersebut merupakan Pertanian milik Bapak Isak Ketua IKAMAJA yang akan menjadi tempat pelatihan para petani di Jawa Barat.


Tema Pertemuan Nasional II adalah Meningkatkan kesejahteraan IKAMAJA Melalui Kelembagaan dan Profesionalisme.


Pertemuan dihadiri oleh menteri Pertanian, Kepala Badan Pengembangan SDM, Komisi IV DPR RI Bapak Umul, Kepala Dinas Tanaman Pangan Jawa Barat Bapak Asep Abdi, Atase Pertanian Perwakilan KBRI Tokyo, Pudjiatmoko dan 42 anggota IKAMAJA yang berasal dari 18 propinsi Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Dilakukan penandatangan MOU antara IKAMAJA dan PT. Emaralindo Hijau Lestari kerjasama dalam agribisnis disaksikan oleh Menteri Pertanian dan Kepala Badan Pengembangan SDM.
Selesai penandatanganan MOU dilanjutkan penandatanganan Prasasti berdirinya P4S Tani Mandiri pada tanggal 9 November 2006.


Telah dilakukan temu wicara Mentan, Komisi IV DPR, Atase Pertanian KBRI Tokyo, Kepala Badan Pengembangan SDM, Wakil Gubernur Jabar dengan anggota IKAMAJA, yang diliput oleh stasiun TVRI.


Dalam temu wicara Menteri Pertanian menyampaikan bahwa petani muda IKAMAJA harus percaya diri dan bangga akan kemampuannya dalam memproduksi hasil pertanian, mengolah dan memasarkannya. Departemen Pertanian akan memberikan fasilitas sarana fisik dan computer untuk kelancaran berjalannya kegiatan pelatihan. Pada tahun 2009 ditargetkan terdapat 2 P4S di setiap kabupaten. Departemen Pertanian akan mengusahakan kredit tanpa agunan dengan bunga lebih rendah 2,5%.


Komisi IV DPR RI yang diwakili Bapak Umul menyampaikan bahwa Komisi IV akan memperjuangkan anggaran untuk memberikan fasilitas yang diperlukan P4S. Untuk mensosialisasi IKAMAJA beliau menawarkan agar beraudiensi dengan Komisi IV DPR RI.


Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia menyampaikan bahwa pihaknya akan mendorong dan memfasilitasi semua kegiatan yang berhubungan dengan pelatihan dan penyuluhan pertanian. Indonesia saat ini masih kekurangan 44.000 penyuluh pertanian.


Kepala Dinas Tanaman Pangan Jawa Barat menyampaikan bahwa Pemerintah daerah akan mendukung sepenuhnya kegiatan pelatihan pertanian di Jawa Barat.


Dalam temu wicara disampaikan oleh Atase Pertanian bahwa Jepang maju dalam bidang pertanian karena di dukung oleh R and D perguruan tinggi dan lembaga penelitian.


Dalam temu wicara disampaikan oleh Ketua IKAMAJA bahwa mengharapkan agar P4S memperoleh fasilitas dari Deptan agar dapat mengembangkan kemaqmpuannya.


Dalam dialog, para anggota IKAMAJA telah menyampaikan hal-hal sebagai berikut:


Mereka mengharapkan pemerintah tetap meneruskan program magang yang telah berjalan sejak tahun 1984.


Anggota IKAMAJA memohon fasilitas dari Departemen Pertanian dalam penyelenggaraan pertemuan nasional.


Untuk kelancaran kegiatan IKAMAJA mereka mengharapkan pemberian fasilitas-fasilitas dari Departemen Pertanian


Mereka memohon agar Balai pendidikan dan latihan Deptan terbuka untuk menerima pelatihan dari anggota IKAMAJA.


Mereka memohon bantuan untuk memperoleh modal kredit dengan mudah.


Meskipun di tempat mereka belum terbentuk P4S tetapi secara tidak langsung mereka telah menjadi penyuluh swakarsa karena mereka telah memberikan penerangan ke masyarakat disekitarnya.


Mereka mengucapkan terimakasih atas diberikannya bantuan kepada keluarga yang tertimpa musibah tsunami.


Lima hal penting yang perlu diperhatikan dalam program magang pemuda petani adalah sebagai berikut:


Metoda perekrutan calon petani muda magang dilaksanakan dengan professional.


Preorientasi yang dilaksanakan di Indonesia diberikan pembekalan yang cukup mengenai bahasa, budaya, adat-istiadat Jepang.


Orang tua angkat diusahakan paham tentang budaya Indonesia.


Masa orientasi dan pembekalan di Jepang harus cukup memadai agar siap ditempatkan di pertanian Jepang.


Untuk memperlancar persiapan mereka berusaha pertanian di Indonesia, sebaiknya dipersiapkan program pasca magang dengan baik. Mereka diberikan surat keterangan tentang keahlian bidang pertanian untuk disampaikan kepada para kepala pemerintah daerah.


Hasil diskusi dengan orang tua angkat dari Gunma Mr. Yamasaki, orang tua angkat petani muda di Jepang telah merintis program magang pertama kali dengan cara melakukan pengkajian di berbagai negara yang terlibat dalam IAEA (International Agricultural Exchange Association). Setelah itu mereka mendirikan IAEA Jepang. Hal ini dapat dijadikan bahan kajian untuk pengembangan kegiatan IKAMAJA di Indonesia.


Dalam pertemuan telah dibahas persiapan Kongres IKAMAJA II di PENAS-Palembang pada tahun 2007.


Pada Pertemuan Nasional kali ini dijelaskan juga tentang pengetahuan mengenai Skim usaha tani yang disampaikan oleh PT. Permodalan Nasional Madani (PNM) dan Bank Syariah Mandiri.


Dalam seminar telah disampaikan Sumber-sumber Pembiayaan untuk Pengembangan Sektor Pertanian oleh Dr. Endang S. Thohari.

Monday, 9 April 2007

Pelatihan Trainee Petani Muda di Gunma

 

 Pelatihan Trainee Petani Muda di Gunma Jepang 22-23 Maret 2007

 
Pelatihan Trainee Petani Muda di Jepang telah dilakukan dari tahun 1984 yang diprakarsai kerjasama antara departemen Pertanian dan Japan Agricultural Exchange Council (JAEC). Jumlah Petani Muda yang dikirimkan ke Jepang untuk menimba teknik pertanian setiap tahun sekitar 50 orang. Pada tahun ini terdapat 43 orang yang terdiri dari 41 orang laki-laki dan 2 orang perempuhan petani yang berusia sekitar 22 – 26 tahun. Mereka berpendidikan SMU sampai dengan sarjana dan telah berpengalaman bertani antar 3- 6 tahun.

Jumlah alumninya sampai sekarang 912 orang, mereka bergabung dalam suatu organisasi yang dinamakan Ikatan Alumni Magang Jepang (IKAMAJA). Dalam ikatan organisasi ini mereka telah berperan dalam memberikan kontribusi pembangun pertanian melalui penyuluhan petani swadaya yang dilakukannya kepada masyarakat petani di sekitarnya.

Sebelum berangkat ke Jepang mereka diberikan pembekalan selama satu tenengah bulan di Bogor dan Lembang Bandung meliputi pelajaran Bahasa Jepang, Adat istiadat dan Budaya Jepang dan Tekhnik Pertanian modern.

Sebanyak 10 orang petani muda asal Indonesia telah melakukan pelatihan selama sepuluh hari di Norindai (Universitas Pertanian dan kehutanan di Gunma). Mereka bergabung dengan 19 orang trainee yang berasal dari Philipina.

Selama seminggu dari tanggal 14 – 22 Maret 2007, mereka memperoleh pelajaran bahasa Jepang teknik bertanam dalam green house dan cara pengolahan tanah. Pelajaran disampaikan dengan bahasa Inggris dan bahasa Jepang. Selama pelatihan ini mereka bertempat tinggal dalam asrama Universitas Pertanian dan Kehutanan Gunma.

Dalam sambutan penutupan Atase Pertanian telah memberikan dorongan kepada mereka agar belajar, berlatih dan bekerja dengan giat, mengikuti peraturan yang berlaku di tempat pelatihan. Meskipun kita harus beradaptasi dengan lingkungan tempat berlatih tetapi kita tetap menjunjung tinggi budaya Indonesia dan agama yang kita peluk termasuk melaksanakan peribadahan sesuai dengan agamanya masing-masing. Bagi yang beragama Islam tetap mendirikan ibadah sholat wajib dan tidak mengikuti mereka meminum sake dsb.

Mereka dihimbau agar selalu melakukan pencatatan apa yang telah dipelajari dan apa yang telah mereka amati agar dapat menulis buku pegangan untuk dipakai ketika kembali ke Indonesia. Mereka diberikan target setelah kembali ke Indonesia, mereka bisa mengembangkan teknik pertanian di daerahnya. Untuk menyemangatinya diberikan contoh petani sukses di Lembang yang telah terbukti dapat menghasilkan produk sayur brokoli dan tomat bermutu baik yang dapat menembus pasar swalayan besar di Bandung dan Jakarta.

Dengan tercetaknya petani muda yang terampil dan kreatif dapat mengisi tenaga petani yang belakangan ini telah mengalami penurunan jumlah petani muda karena banyak pindah kekota untuk bekerja di sektor informal di kota-kota besar.

Program pelatihan petani magang ini dapat ditingkatkan lagi agar jumlah petani terampil dan inovatif dapat dikembangkan lagi untuk mendukung peningkatan tehnik pertanian Indonesia dan pada gilirannya akan meningkatkan produk pertanian baik untuk swasembada pangan maupun untuk peningkatan devisa negara dengan cara mengekspor produk pertanian yang bermutu ke manca negara.

Pada kesempatan mendatang pada bulan Juli 2007 para petani Jepang akan berkunjung ke Pertemuan Nasional Masyarakat Petani di Palembang.

Pertemuan Tahunan Pelatihan Pimpinan Petani Muda 2007


 

Pertemuan Tahunan Bersama 2007: Program Pelatihan Petani Muda ASEAN di Jepang

Bandung, 5–9 Februari 2007

 

Pertemuan dilaksanakan di Hotel Grand Aquila, Bandung pada tanggal 5 - 9 Pebruari 2007. Pertemuan ini dihadiri oleh 2 delegasi dari Malaysia, 4 orang dari Thailand, orang Philipina, dan 4 orang dari Indonesia termasuk Atase Pertanian Tokyo. Dalam pembukaan dihadiri oleh perwakilan dari Indonesia terdiri dari Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Departemen Pertanian Dr. Ato Suprapto, Kepala Pusat Pengembangan Pelatihan Pertanian Ir. Heri Suliyanto, MBA dan 2 orang stafnya, Atase Pertanian KBRI Tokyo Drh. Pudjiatmoko, Ph.D, Ketua KTNA dan Ketua IKAMAJA serta para anggota IKAMAJA.

 

Pertemuan dibuka oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Departemen Pertanian Dr. Ato Suprapto. Dalam sambutannya beliau menyebutkan pertemuan ini merupakan forum untuk bertukar pengalaman dan kerjasama dalam mengevaluasi program tahun 2006 yang lewat dan membuat rencana program yang akan dilaksanakan dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Beliau menegaskan bahwa program pelatihan petani magagang ini sangat membantu dalam program revitalisasi pertanian di Indonesia. Para petani muda yang kembali ketanah airnya setelah memperoleh ilmu bertani dan teknologi pertanian dari Jepang dapat meningkatkan produktivitas dan kwalitas hasil pertanian di negaranya.

 

Sambutan Executive Director Mr. Hisaki Horiuchi tentang Program implementation for Year 2007

 

Masalah penting yang perlu diperhatikan adalah banyak trainee lebih tertarik memperoleh upah yang banyak dari pada belajar dalam bidang pertanian yang merupakan tujuan utama kedatangan ke Jepang. Sehingga terdapat beberapa trainee melarikan diri untuk memperoleh pekerjaan di tempat lain. Apabila kejadian ini berkelamjutan JAEC akan mengakhiri program training pertanian ini. JAEC sangat mengharap pihak yang berwenang pada instansi di Departemen Pertanian untuk segera menangani masalah ini dengan baik.

 

JAEC bertugas membantu MAFF dalam melaksanakan program training pertanian ini. JAEC mengharap pemerintah negara peserta trainee memberikan masukan maupun permintaan yang berkaitan dengan program tahun ini sebelum Maret.

 

Karena bantuan MAFF Jepang makin tahun makin menurun maka kami mengharapkan pengertian setiap negara untuk mempersiapkan bantuan mandiri dalam pelaksanaan program ini.

 

JAEC mengharapkan para calon Trainee disiapkan dengan baik di negaranya dengan cara menseleksi dengan metoda yang baik sehingga mereka dapat belajar dan berlatih di Jepang sampai akhir program.

 

JAEC akan melanjutkan program ini dengan melakukan perbaikan pada program mendatang.

 

Presentasi Mr. Ryoji Sakamoto dari JAEC

 

Para calon trainee haris diseleksi dengan cara yang baik sehingga diperoleh trainee yang benar-benar ingin belajar pertanian di Jepang.

 

Mereka harus mempunyai pengalaman bertani yang cukup sehingga tidak canggung lagi untuk berlatih dan belajar di lingkungan pertanian di pelosok di Jepang.

 

Mereka harus mempunyai motivasi yang kuat berlatih bertani di Jepang dan juga mempunyai rasa tertarik kepada adat dan budaya internasional.

 

Mereka harus mempunyai keinginan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat Jepang.

 

Mereka harus berbadan sehat sehingga mampu melakukan proses pembelajaran dan berlatih bertani di pertanian di Jepang.

 

Setelah sampai di Jepang, sebelum berlatih mereka diberikan pelajaran bahasa Jepang selama seminggu.

 

Mereka diberikan pelatihan penggunaan peralatan mesin pertanian seperti mesin tanam, penyemprot, dan alat pemanen.

 

Mereka diberikan pelajaran teori bertani secara berkala di pusat pelatihan.

 

Mereka diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk belajar sambil bekerja di pertanian di Jepang (Learning by doing).

 

Country Report Indonesia

 

Program magang petani di Jepang telah memberikan sumbangan yang cukup besar dalam menyediakan tenaga terampil bidang pertanian terutama dalam mengisi bidang manajemen agribisnis. Meskipun persentasinya masih sedikit tetapi alumni magang petani ini telah mempunyai reputasi yang baik di kalangan masyarakat di Indonesia terutama dikalangan masyarakat petani. Beberpa diantara mereka telah terpilih menjadi pemimpin organisasi sosial maupun institusi ekonomi seperti koperasi dan usaha agribisnis. Dan diantara mereka ada yang menjadi Kepala Desa dan bahkan ada yang menduduki kursi anggota DPRD.

 

Untuk mempertahankan kwalitas calon petani magang Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Deptan telah melaksanakan seleksi dengan ketat secara berjenjang dari tingkat desa, Kabupaten dan sampai tingkat Pusat. Petani muda yang telah mempunyai pengalaman di bimbing oleh Pusat Pelatihan Pertanian di daerah. Diantara mereka diambil 1-3 orang untuk dikirim ke pusat. Calon petani magang yang berasal dari 32 propinsi dilatih di Pusat Pelatihan di Bogor dengan kurikulum sesuai dengan pertanian di Jepang meliputi Bahasa Jepang, Budaya Jepang, mekanisasi pertanian, praktek lapangan. Selain itu mereka dipantau kesehatannya dan dilakukan pengecekan kesehatannya menjelang keberangkatan.

 

Masalah yang dihadapi para trainee yang berasal dari Indonesia terutama adalah kemampuan berbahasa Jepang, perbedaan persepsi tentang program magang, seleksi trainee didaerah kurang bagus, motivasi berlatih yang kurang, maslah makanan dan shalat, waktu kerja yang panjang, uang saku yang kecil, kecocokan antara trainee dan orang tua angkat.

 

Sekembalinya mereka ke Indonesia, Badan Pengembangan SDM akan memfasilitasi agar mereka dapat berkarya di masyarakat pertanian di daerahnya dengan cara menjembatani mereka dengan pemerintah daerah.

 

Country Report Thailand

 

Program pengembangan pemuda telah dilaksanakan sejak tahun 1982. Kementerian Pertanian dan Koperasi telah memprioritaskan pengembangan sumber daya manusia petani muda sebagai strategi pengembangan pertanian nasional. Lima strategi yang dipergunakan dalam Rencana Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional ke 10 adalah sebagai berikut: Strategi I, membentuk kelompok petani muda dalam sekolah dengan dukungan Jaringan IT untuk informasi pertanian; Strategi II, mengembangkan petani muda di luar sekolah dengan cara membentuk kelompok petani muda dan membekali mereka dengan pengetahuan dasar bertani; Strategi III, Mengembangkan kelompok petani muda dalam sekolah dan luar sekolah dengan cara memberikan pengetahuan perencanaan dan manajemen pertanian, pemasaran dan agribisnis; Startegi IV, mengembangkan petani muda menjadi enterpreneur dengan cara membekali mereka tehnik berdagang dan bantuan dana; Strategi V, memperkuat jaringan petani muda dengan cara mendorong kerjasama dengan kelompok pemuda lain dan membantu pertemuan petani muda dibeberapa kesempatan.

 

Thailand pertamakali melaksanakan Program ASEAN Young Farmers Leaders Training Program in Japan pada tahun 1983. Jumlah trainee yang telah melakukan pelatihan di Jepang sampai tahun 2007 sebanyak 365 orang.

 

Sebanyak 60% dari ex-trainee bekerja sebagai petani part time, 38% sebagai petani full time dan sisanya bekerja di sektor lain.

 

Masalah yang dihadapi para trainee angkatan tahun 2006-2007 terutama masalah kemampuan berbahasa Jepang, kemudian masalah penyesuaian dengan masyarakat dan lingkungan baru.

 

Perkumpulan alumni magang petani di Thailand belum begitu kuat. Tetapi mereka telah mengakui mendapat banyak manfaat dari pelatihan magang petani di Jepang. Para alumni magang telah mendapatkan pengalaman teknologi pertanian Jepang, dan mengenal kehidupan pertanian di Jepang; mereka memperoleh budaya kerja disiplin, manajemen pertanian dan jadwal kerja yang baik; selain dapat mengaplikasi teknologi pertanian maju mereka juga telah menjadi penyuluh yang menyebarkan pengetahuan bidang pertania kepada masyarakat sekitarnya; diantara mereka telah banyak yang sukses mengembangkan agribisnes.

 

Pelajaran yang dapat diambil dalam program training tahun 2006 adalah pentingnya prosedur seleksi para calon trainee. Telah disebarluaskan pengumuman penerimaan calon trainee ini lewat media massa sehingga dapat diperoleh calon trainee yang berkwalitas. Motivasi dan kemampuan antara para trainee dengan staf departemen Pertanian dan JAEC sangat penting dalam mengurangi masalah di lapangan.

 

Program training ini sangat penting dan berharharga dalam pengembangan sumber daya manusia bidang pertanian. Program training ini telah mempererat hubungan negara peserta dengan Jepang.

 

Country Report Philipina

 

Training petani muda Philipina disponsori oleh JAEC dan National Fishery Council (NAFC) di Philipina yang bekerja sama dengan JAEC Alumni Association of the Philippines (JAECAAP).

 

Program tahun 2006-2007 terdapat 17 trainee yang akan segera pulang pada tanggal 25 Pebruari 2007. Setiba di Philipina , mereka akan memperoleh pelatihan enterpreneur selama dua minggu untuk mempersiapkan rencana mereka dalam project re-entry yang akan dilaksanakan di daerahnya masing-masing.

 

Program tahun 2007-2008 terdapat 18 trainee yang terpilih dari 39 calon, dan akan segera dilakukan Pre-Deaprture Orientation Course (PDOC) selama 75 hari sebelum diberangkatkan ke Jepang.

 

Perjanjian baru yang telah disepakati yang akan segera dilaksanakan untuk program 2007-2008 adalah NAFC akan menanggung biaya tiket pesawat terbang; biaya pemeriksaan kesehatan trainee 2 bulan sebelum pergi ke Jepang dibiayai oleh orang tua angkat petani Jepang; JAEC mempersiapkan Profil keluarga orang tua angkat petani Jepang.

 

JAECAAP BOD telah melakukan pertemuan sepuluh kali pada tahun 2006 untuk membuat pedoman seleksi pelatihan petani muda di Jepang. Pedoman tersebut telah disebar luaskan ke Ketua JAECAAP Propinsi , dan kordinator program training di daerah. JAECAAP BOD memperketat seleksi calon trainee di tingkat propinsi. Program homestay dipersingkat dari 60 hari menjadi 50 hari untuk mengurangi biaya pelatihan.

 

Pada bulan September 2006 JAEC memilih JAECAAP melaksanakan proyek yang dibiayai JICA yang bernama ”Pilot project for Better income by Organic-based Vegetable production” dari tahun 2007 sampai dengan 2009.

 

Terdapat 4 kali seleksi calon trainee. Seleksi pertama dilakukan di tingkat daerah oleh MAFC daerah. Seleksi kedua dilakukan ujian di tingkat propinsi untuk memilih sepuluh orang teratas, Seleksi ketiga ditingkat regional mengikuti program homestay dilakukan oleh JAECAAP BOD. Seleksi ke empat mereka harus lulus evaluasi lapangan yang dilakukan oleh NAFC, yang lulus akan masuk ke program Pre-departure orientation Course (PDOC).

 

Perbaikan pelaksanaan proyek ini melalui beberapa hal : a. Ujian saringan masuk babak kwalifikasi di tingkat propinsi dan regional; b. Jumlah program hime stay di philipina turun dari 60 hari menjadi 50 hari untuk penghematan biaya; c. JAECAAP dilibatkan lebih banyak dalam membuat soal ujian, d. distribusi dan pengecekan kertas ujian; e. Orang tua angkat anggota JAECAAP mengirimkan jadwal aktifitas calon trainee; d. Kertas evaluasi berisi hal yang berkaitan dengan kelakuan dan tabiat Trainee, keinginan berlatih pertanian, hubungan masyarakat, ketrampilan dan kepemimpinan, Kemampuan berbahasa Jepang.

 

Sejak 2004 biaya homestay dan latihan sebelum pergi ke Jepang ditanggung oleh calon peserta training dan ada juga yang ditanggung oleh Dinas pertanian daerah dan propinsi.

 

NAFC bekerja sama dengan JAECAAP dan Da RFUs/LGUs mendorong terbentuknya forum kunsultasi Luzon, Visayas, dan Mindanau.

 

Country Report Malaysia

 

Program training petani muda pertama kali dilakukan pada tahun 1985-1986 disponsori oleh Association for International Cooperation for Agriculture and Forestry (AICAF) bekerjasama dengan Ministry of Agriculture Malaysia. Pada tahun 1988 AICAF digantikan oleh JAEC. Dan mulai tahun 1991 dilakukan MOU yang diperpanjang setiap 5 tahun.

 

Tujuan program magang petani muda ini adalah untuk memberikan kesempatan pemimpin petani muda malaysia untuk belajar teknik bertani, ketrampilan manejemen, dan kemampuan hidup, bekerja dan belajar dalam masyarakat petani di Jepang.

 

Sejak tahun 1985 sampai dengan tahun 2006 petani magang malaysia terdapat 245 orang.

Seleksi calon trainee dilaksanakan kementerian Pertanian. Setiap dinas pertanian negara bagian menirimkan calonnya untuk diseleksi. Panitia yang berasal dari Kantor dinas pertanian yang menangani Pelatihan Petani. Sebelum seleksi final beberpa orang panitia dari Dinas Pertanian melakukan datang ke pertanian untuk memverifikasi keabsahan informasim yang diberikan. Sebelum masuk ke proyek Pertanian mereka harus melewati wawancara. Setelah lulus seleksi akhir mereka akan diberikan pembekalan oleh Panitia dari Kementerian Pertanian dan pemeriksaan kesehatan. Para peserta yang dinyatakan lulus beserta cadangannya dikirimkan ke Kementerian pertanian untuk dilanjutkan ke JAEC. Nama calon yang telah lulus akan dikirimkan ke JAEC.

 

Mereka yang telah lulus diberikan pembekalan pada Pre-departure Orientation Course (PDOC) . Tujuan PDOC ini ada 6 yaitu: a. Untuk memberikan pemahaman maksud tujuan program pelatihan petani muda; b. Untuk memberikan pengetahuan dasar bahasa Jepang dan percakapan’ c. Memberikan kemampuan calon trainee dapat berinteraksi dan beradaptasi ketika melakukan pelatihan di Jepang; d. Membekali calon peserta trainee dengan pengetahuan program pengembangan pertanian Malaysia; e. Menyiapkan pengetahuan dasar dan ketrampilan mengendarai traktor agar dapat melaksanakan tugas training di Jepang; f. Membekali ajaran agama Islam, nilai dan budaya Islam.

 

Untuk tahun 2006 terseleksi 10 orang dari 18 orang pendaftar dan diberikan Pre-departure Orientation program di Farm Mechanization Training Center (FMTC) di Serdang dari 3 Januari – 30 Maret 2006. Belajar bahasa Jepang dilaksanakan selama 284 jam dengan guru seorang Jepang dan 2 orang Malaysia. Mereka diajarkan juga tentang adat-istiadat dan budaya jepang. Diundang 10 orang alumni training untuk memberikan pengalamannya selama di Jepang. Biaya yang diperlukan untuk PDOC tersebut sebanyak RM. 55,000,- ( 1,980,000 yen )

 

Pada tahun 2006 terdapat 8 peserta trainee yang dikirim ke Jepang. Terdapat satu peserta yang pulang 3 hari setelah kedatangannya karena tidak mampu beradaptasi dengan orang tua angkatnya.

 

Setelah menyelesaikan training di Jepang mereka dimonitor perkembangannya oleh SDOA dan Devisi Pengembangan, Investasi dan Konsultasi DOA. Termasuk didalamnya melakukan kunjungan, pertemuan dan diskusi di negeri Sembilan, Johor, Kelantan, dan Kedah.

 

Mereka akan diberikan arahan, pelatihan, dan bantuan sarana pertanian, pestisida, pupuk, dan pompa air. DOA juga memberikan supervisi peternakan sapi, ayam, dan budidaya ikan. Penyeluhan akan diberikan oleh instasi yang terkait.

 

Untuk mengevaluasi perkembangan kegiatan mereka selain dilakukan kunjungan juga dilakukan pertemuan tahuanan, workshop dan seminar yang dilakukan oleh Divisi Pengembangan, Investasi dan Konsultasi DOA.

 

Dari 245 alumni training dari tahun 1985-2004, 146 orang masih aktif bekerja di pertanian dan pekerjaan yang berhubungan dengan bidang pertanian. Sisanya sebagai pekerja Kerajaan Malaysia dan perusahaan swasta atau bekerja di bidang selain bidang pertanian.

 

Untuk perbaikan program training akan dilakukan beberapa perbaikan dalam PDOC yaitu: a. Sebelum ke PDOC mereka akan melakukan magang di pertanian milik alumni Training selama 1 bulan; b. Penambahan 4 jam waktu belajar bahasa Jepang; c. Perbaikan pelatihan dasar pengoperasian dan pemeliharaan traktor; d. Mengundang semua para alimni training pada saat PDOC untuk memberikan pengalamannya selama training di Jepang; e. Melatih mereka mencoba makanan Jepang dan mengetahui budaya Jepang untuk mempermudah adaptasi ketika di Jepang; f. Melakukan kunjungan ke Pertanian Komersial sayur-sayuran, padi, bunga untuk mengenalkan teknologi baru kepada mereka.

 

Dalam Pertemuan bilateral Indonesia dengan JAEC Indonesia dihasilkan suatu kesepakatan bahwa program magang petani muda yang berakhir pada tahun 2008 akan dilanjutkan lagi.