Wow! Menu Gratisan Anak Sekolah Zaman
Prabowo Ternyata Seenak Ini!
Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
yang baru saja diluncurkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil
Presiden Gibran Rakabuming Raka, langsung mendapat sorotan luas dari
masyarakat. Resmi dimulai pada 6 Januari 2025, program ini tak hanya menyasar
siswa sekolah, tetapi juga kelompok rentan seperti ibu hamil, ibu menyusui, dan
balita. Dalam waktu singkat, MBG sudah beroperasi di 190 Satuan Pelayanan
Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar di 26 provinsi dari Aceh hingga Papua
Selatan.
Dulunya dikenal sebagai program
“Makan Siang Gratis”, MBG kini hadir dengan misi yang lebih besar: memenuhi
minimal sepertiga kebutuhan gizi harian kelompok sasaran. Kepala Komunikasi
Kepresidenan, Hasan Nasbi, menegaskan bahwa program ini merupakan tonggak
penting dalam sejarah pemenuhan gizi nasional, karena dimulai dalam 100 hari
pertama masa pemerintahan.
Setiap menu dalam program ini disusun
berdasarkan panduan Badan Gizi Nasional (BGN), dengan fokus pada keseimbangan
nutrisi: karbohidrat, protein, serat, vitamin, mineral, dan kalsium. Tim ahli
gizi di setiap SPPG merancang menu harian yang sesuai dengan kebutuhan lokal,
mempertimbangkan selera anak-anak serta ketersediaan bahan makanan di daerah.
Targetnya, dari Januari hingga Maret 2025, program ini menjangkau 3 juta
penerima manfaat dan terus meningkat hingga mencapai 15 juta orang di akhir
tahun.
Di hari pertama
pelaksanaan, menu MBG mulai ramai dibagikan di media sosial. Banyak warganet
penasaran seperti apa isi piring anak-anak sekolah di berbagai daerah. Di
Semarang misalnya, menu yang disajikan berupa nasi putih, ayam asam manis,
tumis kacang panjang dan wortel, tahu goreng, serta buah semangka. Sementara di
Bandung, anak-anak menikmati ayam goreng, tumis tahu sawi, nasi putih, dan
pisang.
Setiap daerah memiliki ciri khas
sendiri. Di Tasikmalaya, menu MBG hadir dengan ayam goreng, tumis wortel
buncis, tempe, nasi putih, dan jeruk. Di Indramayu, nasi putih disandingkan
dengan ayam goreng, orek tempe, kacang panjang, pepaya, dan susu. Sedangkan di
Kupang, anak-anak menikmati ayam goreng, tumis buncis, tahu, nasi putih, dan
buah pisang. Ragam menu ini tak hanya mencerminkan kekayaan kuliner nusantara,
tetapi juga upaya nyata menyajikan makanan bergizi dan menyenangkan bagi
anak-anak.
Namun, di tengah
antusiasme masyarakat, muncul pula kritik. Beberapa warganet menyoroti porsi
protein yang dianggap minim dan ketidakhadiran sayuran dalam beberapa menu.
Merespons hal ini, Kepala BGN, Dadan Hindayana, menjelaskan bahwa semua menu
telah disusun sesuai standar gizi nasional, namun pihaknya terbuka terhadap
masukan masyarakat untuk perbaikan ke depan. Evaluasi dilakukan setiap hari
guna memastikan kualitas dan kelengkapan makanan.
Dokter Spesialis Gizi Klinik dari
Universitas Indonesia, Inge Permadhi, juga turut memberi pandangan. Menurutnya,
menu yang ideal harus mengacu pada pedoman “Isi Piringku” dari Kementerian
Kesehatan yang meliputi karbohidrat, protein, sayur, dan buah. Ia menyarankan
agar sayur lebih banyak ditambahkan dan diolah secara menarik, misalnya
dicampur dalam lauk agar anak-anak lebih menyukainya. Ia juga mengingatkan agar
tidak terlalu sering menggoreng makanan, guna menjaga kadar lemak tetap sehat.
Soal protein, Dr. Inge menjelaskan
bahwa kombinasi ayam, tahu, atau tempe sebenarnya sudah cukup baik sebagai
sumber protein hewani dan nabati. Apalagi bila ditambah susu, kebutuhan
protein harian anak-anak akan semakin tercukupi. Mengenai kekhawatiran terhadap
susu kemasan, ia menyarankan untuk memperhatikan total asupan gula harian.
Selama konsumsi makanan manis lainnya dibatasi, susu kemasan masih bisa
ditoleransi dalam program gizi ini.
Agar program MBG
semakin optimal, Dr. Inge merekomendasikan beberapa hal penting: variasi
pengolahan makanan, inovasi menu yang tidak membosankan, penampilan makanan
yang menarik, serta menjaga kebersihan dan memperhatikan kearifan lokal. Semua
ini demi memastikan anak-anak tidak hanya kenyang, tapi juga terpenuhi
kebutuhan gizinya dengan baik.
Terlepas dari
kekurangan yang ada, program Makan Bergizi Gratis adalah langkah besar dan
berani dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan generasi muda Indonesia.
Yang kini dibutuhkan adalah konsistensi dalam pelaksanaan, keterbukaan terhadap
masukan, dan komitmen untuk terus memperbaiki. Kita sebagai masyarakat bisa
ikut berperan dengan memberikan dukungan dan masukan yang membangun.
Mari kita kawal bersama program ini
demi masa depan anak-anak Indonesia yang lebih sehat dan cerdas. Program Makan
Bergizi Gratis bukan sekadar membagikan makanan, tetapi merupakan investasi
jangka panjang untuk membentuk generasi yang kuat, produktif, dan berdaya
saing. Keterlibatan aktif dari masyarakat, mulai dari orang tua, guru, tenaga
kesehatan, hingga pemangku kepentingan daerah, sangat dibutuhkan agar
pelaksanaan program ini berjalan optimal. Dengan konsistensi, transparansi, dan
perbaikan berkelanjutan berdasarkan masukan yang konstruktif, program ini
berpotensi menjadi tonggak penting dalam sejarah pemenuhan gizi anak bangsa.
Jangan ragu untuk terus memberikan dukungan dan saran demi menyempurnakan
program ini. Bersama, kita bisa mewujudkan Indonesia yang lebih sehat, lebih
kuat, dan lebih sejahtera.
