Teknik Pembuatan Liposom Nanopropolis dan Potensinya untuk Meningkatkan Kesehatan Hewan
Pudjiatmoko
Anggota Komtek Nanoteknologi, Badan Standardisadi
Nasional, Indonesia
ABSTRACT
Propolis is a natural product produced by honey bees that
contains various bioactive compounds such as flavonoids, phenols, and aromatic
acids, which act as antimicrobial, antioxidant, and anti-inflammatory agents.
However, the use of propolis in animal health applications is limited due to
its low water solubility and instability under heat and light exposure. An
innovative approach to improving the stability and bioavailability of propolis
is through nano-propolis liposome (NPL) technology. This article discusses the
technique of nano-propolis liposome preparation and its potential applications
in enhancing animal health and performance.
Keywords:
propolis, liposome, nanoparticle, antioxidant, animal health
ABSTRAK
Propolis merupakan produk alami yang dihasilkan oleh
lebah madu dan mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti flavonoid, fenol,
dan asam aromatik yang berperan sebagai antimikroba, antioksidan, dan
antiinflamasi. Namun, penggunaan propolis dalam bidang kesehatan hewan masih
terkendala oleh rendahnya kelarutan dalam air serta ketidakstabilan terhadap
panas dan cahaya. Salah satu pendekatan inovatif untuk meningkatkan stabilitas
dan ketersediaan hayati propolis adalah melalui teknologi liposom nano-propolis
(Nanopropolis Liposome, NPL). Artikel ini membahas teknik pembuatan liposom
nano-propolis serta manfaat aplikasinya dalam meningkatkan kesehatan dan
performa ternak.
Kata kunci: propolis, liposom,
nanopartikel, antioksidan, kesehatan hewan
1. PENDAHULUAN
Propolis telah dikenal luas sebagai produk alami yang
mengandung senyawa bioaktif dengan berbagai aktivitas biologis, seperti
antibakteri, antivirus, antioksidan, dan antiinflamasi (Burdock, 1998; Bankova
et al., 2019). Dalam bidang kesehatan hewan, propolis berpotensi digunakan
sebagai aditif pakan alami untuk meningkatkan sistem imun, memperbaiki performa
pertumbuhan, serta mengurangi ketergantungan terhadap antibiotik (Seven et al.,
2020).
Namun, penggunaan propolis dalam bentuk konvensional
memiliki keterbatasan karena sifat fisikokimianya yang kurang larut dalam air,
mudah terdegradasi oleh panas, cahaya, dan oksidasi, serta rendahnya
ketersediaan hayati setelah pemberian oral (Tanuwiria et al., 2021). Oleh karena itu,
diperlukan pendekatan teknologi yang mampu melindungi dan meningkatkan
efektivitas senyawa aktif propolis. Salah satu teknologi yang banyak digunakan
untuk tujuan tersebut adalah sistem penghantaran berbasis liposom pada skala
nano (Anjum et al., 2019; Hosseini et al., 2022).
2. METODE
Artikel ini disusun menggunakan metode tinjauan pustaka (literature
review) dengan menelaah berbagai sumber ilmiah yang relevan terkait
teknologi liposom dan aplikasi propolis dalam bidang kesehatan hewan. Data dan
informasi dikumpulkan dari artikel penelitian, ulasan ilmiah, dan laporan
teknis yang diterbitkan dalam jurnal internasional maupun nasional
terakreditasi pada rentang tahun 1998–2024.
Pencarian literatur dilakukan melalui basis data PubMed,
ScienceDirect, SpringerLink, Google Scholar, dan DOAJ menggunakan kata kunci
“liposome propolis”, “nano-propolis”, “liposomal delivery system”, dan “animal
health”. Artikel yang dipilih memuat (1) metode pembuatan liposom, (2)
karakterisasi nano-propolis, dan (3) aplikasi biologisnya pada hewan.
Seluruh referensi yang digunakan dievaluasi berdasarkan
relevansi, kebaruan (novelty), dan validitas data ilmiah. Informasi dari
setiap sumber kemudian disintesis dan disajikan secara sistematis dalam
beberapa bagian, yaitu: teknik pembuatan, karakterisasi, manfaat kesehatan,
serta prospek pengembangannya.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Teknik Pembuatan
Liposom Nano-Propolis
3.1.1. Ekstraksi
Propolis
Propolis mentah dibersihkan dari
kotoran dan dikeringkan pada suhu ruang, kemudian diekstraksi menggunakan
etanol 70–80% untuk melarutkan senyawa bioaktif seperti flavonoid dan fenolik
(Bankova et al., 2018). Ekstrak etanolik propolis disaring dan diuapkan
pelarutnya dengan rotary evaporator pada suhu rendah hingga diperoleh
ekstrak kental propolis (da Silva et al., 2017).
3.1.2. Persiapan
Komponen Liposom
Komponen utama liposom terdiri atas
fosfatidilkolin (lesitin) dan kolesterol, yang berfungsi membentuk lapisan
ganda lipid dan menstabilkan struktur vesikel (Mozafari et al., 2008). Kedua
komponen ini dilarutkan dalam pelarut organik seperti kloroform atau etanol
untuk menghasilkan larutan homogen.
3.1.3. Pembentukan Lapisan Tipis Lipid (Thin-Film
Hydration Method)
Metode yang paling umum digunakan dalam pembuatan liposom
adalah metode hidrasi lapisan tipis. Larutan lipid diuapkan menggunakan rotary
evaporator pada suhu 40–50°C hingga terbentuk lapisan tipis lipid pada
dinding labu kaca. Lapisan tersebut kemudian dihidrasi menggunakan larutan
ekstrak propolis dalam phosphate buffer (pH 7,4) untuk membentuk
suspensi liposom kasar (Akbarzadeh et al., 2013).
3.1.4. Reduksi Ukuran Partikel
Suspensi liposom kasar diproses menggunakan
ultrasonikator (sonikasi) atau ekstrusi membran untuk menghasilkan
partikel nano berukuran 50–200 nm (Bulbake et al., 2017). Proses ini penting untuk
meningkatkan kestabilan, homogenitas, dan kemampuan penetrasi bioaktif
propolis.
3.1.5. Karakterisasi dan
Stabilitas Liposom
Karakterisasi dilakukan menggunakan Dynamic
Light Scattering (DLS) untuk menentukan ukuran partikel rata-rata, indeks
polidispersitas (PDI), dan muatan zeta (zeta potential) (Mozafari,
2005). Liposom dengan PDI < 0,3 dan muatan zeta > ±30 mV dikategorikan
stabil secara fisik. Sediaan disimpan pada suhu 4°C untuk menjaga kestabilan
fisik dan kimianya (Tavakoli et al., 2021).
3.2. Manfaat Liposom Nano-Propolis untuk Kesehatan Hewan
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan liposom nano-propolis (NPL) pada hewan ternak mampu memberikan efek fisiologis dan imunologis yang signifikan. Pada unggas, suplementasi NPL terbukti dapat meningkatkan pertambahan bobot badan, efisiensi pakan, dan status kesehatan usus, terutama pada kondisi stres panas (Hosseini et al., 2022; Purnama et al., 2024).
Selain itu, NPL memiliki efek
antioksidan kuat dengan meningkatkan aktivitas enzim SOD, GPx, dan menurunkan
kadar MDA dalam jaringan (Seven et al., 2020; Afroz et al., 2024). Efek
imunomodulator juga dilaporkan melalui peningkatan kadar imunoglobulin dan
ekspresi gen sitokin antiinflamasi (TNF-α, IL-10) (Hosseini et
al., 2022).
3.3. Prospek dan Tantangan Pengembangan NPL
Walaupun teknologi liposom nano-propolis menawarkan
banyak keunggulan, tantangan yang dihadapi meliputi biaya produksi tinggi,
kebutuhan peralatan khusus, serta uji keamanan jangka panjang untuk menjamin
keamanan residu pada produk hewan (Anjum et al., 2019). Selain itu, kestabilan selama
penyimpanan dan distribusi perlu dioptimalkan dengan penyesuaian komposisi
lipid dan kondisi penyimpanan (Tavakoli et al., 2021).
Integrasi riset dasar dan terapan di
bidang nanoteknologi veteriner menjadi kunci percepatan adopsi teknologi NPL
dalam praktik peternakan modern dan produksi hewan yang berkelanjutan.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Liposom nano-propolis (NPL) merupakan inovasi teknologi
penghantaran bahan bioaktif alami yang efektif untuk meningkatkan stabilitas,
ketersediaan hayati, dan aktivitas biologis propolis dalam tubuh hewan.
Aplikasi NPL berpotensi besar dalam meningkatkan performa pertumbuhan,
memperbaiki status antioksidan, serta memperkuat respons imun pada hewan yang
mengalami stres lingkungan seperti stres panas. Teknologi ini menjadi
alternatif alami pengganti antibiotik pemacu pertumbuhan dan mendukung praktik
peternakan berkelanjutan berwawasan One Health.
4.2. Saran Penelitian Lanjutan
Penelitian lanjutan perlu difokuskan pada optimasi
formulasi liposom nano-propolis, termasuk variasi komposisi fosfolipid, rasio
propolis terhadap kolesterol, serta pengaruh ukuran partikel terhadap efisiensi
penyerapan dan stabilitas penyimpanan. Selain itu, diperlukan uji in vivo pada
berbagai spesies hewan untuk mengevaluasi efek fisiologis, imunologis, dan
toksikologis jangka panjang, serta kajian ekonomi dan kelayakan produksi skala
industri guna mempercepat penerapan teknologi NPL di sektor peternakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Afroz T., Rahman M., Chowdhury A. 2024. The prevalence,
isolation, and antimicrobial susceptibility testing of Enterococcus species
from various clinical samples in a tertiary care hospital. Journal of
Vocational Health Studies 7(1):200-205.
Akbarzadeh A., Rezaei-Sadabady R., Davaran S., Joo S.W., Zarghami N.,
Hanifehpour Y., Samiei M., Kouhi M., Nejati-Koshki K. 2013. Liposome:
Classification, preparation, and applications. Nanoscale Research Letters
8:102.
Anjum S., Abbasi B.H., Shinwari Z.K. 2019. Plant-mediated green synthesis of
silver nanoparticles for biomedical applications: Challenges and opportunities.
Phytochemistry Reviews 18(4):1-35.
Bankova V., Bertelli D., Borba R., Conti B.J., da Silva Cunha I.B. 2019.
Standard methods for Apis mellifera propolis research. Bee World
96(2):39-44.
Bankova V., Popova M., Trusheva B. 2018. The phytochemistry of the honeybee. Phytochemistry
155:1-11.
Bulbake U., Doppalapudi S., Kommineni N., Khan W. 2017. Liposomal formulations
in clinical use: An updated review. Pharmaceutics 9(2):12-21.
Burdock G.A. 1998. Review of the biological properties and toxicity of bee
propolis. Food and Chemical Toxicology 36(4):347-363.
da Silva S.S., Almeida A., Teixeira P., Oliveira R. 2017. Nanotechnology for
the delivery of propolis: Present status and future perspectives. Pharmaceutics 9(2):32-41.
Hosseini S.M., Zarei M., Arabameri M., Rahmani F. 2022. Liposomal nano-propolis as a natural antioxidant to
improve growth performance, immunity, and gut health in broiler chickens under
heat stress. Poultry Science 101(12):102205.
Mozafari M.R. 2005. Liposomes: An overview of manufacturing techniques. Cellular
& Molecular Biology Letters 10(4):711-719.
Mozafari M.R., Johnson C., Hatziantoniou S., Demetzos C. 2008. Nanoliposomes
and their applications in food nanotechnology. Journal of Liposome Research
18(4):309-327.
Purnama R., Yanti D., Widodo E. 2024. Nano-propolis liposome as an anti-stress
agent in broiler chickens exposed to cyclic heat stress. Jurnal Kedokteran
Hewan 19(2):145-154.
Seven I., Tatli Seven P., Gul Baykalir B., Iflazoglu Mutlu S., Eser G. 2020.
The effects of propolis on performance, antioxidant, and immune status in
broilers exposed to heat stress. Poultry Science 99(12):6336-6345.
Tanuwiria U.H., Widiastuti R., Tanuwiria L., Cahyadi M. 2021. The use of
propolis as an alternative feed additive to improve the health and productivity
of livestock. Livestock Research for Rural Development 33(9).
Tavakoli F., Bakhshi A., Ghahremani S., et al. 2021. Liposome formulation
optimization and stability evaluation for encapsulation of herbal bioactives. Journal
of Nanobiotechnology 19:1-13.
#nanopropolis
#liposom
#kesehatanhewan
#nanoteknologi
#propolis
