Keindahan dan Keseimbangan Semesta dari Surat
Yasin Ayat 36
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan
pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi, dari diri
mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS. Yasin: 36)
Pembuka
“Tidak ada yang berdiri sendiri
di alam ini, kecuali Allah Yang Maha Esa. Semua makhluk hidup berpasangan, saling melengkapi, dan menjadi tanda
kebesaran-Nya.”
Tadabbur tentang Kesempurnaan
Ciptaan
Setiap waktu subuh adalah waktu terbaik
untuk berzikir dan merenungi tanda-tanda kebesaran Allah Swt di sekitar
kita. Salah satu ayat yang penuh makna adalah Surat Yasin ayat 36, yang
menyingkap rahasia besar di balik sistem ciptaan Allah: semuanya diciptakan
berpasang-pasangan.
Dari bumi yang menumbuhkan
tumbuhan, dari diri manusia, hingga dari apa yang belum diketahui oleh ilmu
manusia — semuanya menunjukkan bahwa kehidupan berjalan dengan keseimbangan
yang indah dan sempurna.
Pasangan sebagai Tanda Kebesaran Allah
Allah SWT berfirman dalam Surat
Adz-Dzariyat ayat 49:
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan
berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”
Ayat ini mengingatkan kita bahwa keberpasangan bukan sekadar fenomena
biologis, melainkan tanda kekuasaan dan keagungan Sang Pencipta. Siang
melengkapi malam, panas disandingkan dengan dingin, laut berpasangan dengan
daratan. Semuanya berjalan dalam harmoni yang teratur agar kehidupan terus
berlanjut.
Keteraturan inilah yang menjadi
bukti bahwa alam semesta tidak terjadi secara kebetulan. Ada hikmah dan
keseimbangan yang dirancang oleh Allah SWT untuk menjadi bahan renungan
bagi manusia yang berakal.
Tumbuh-tumbuhan: Saksi Kehidupan yang Berpasangan
Perhatikanlah bagaimana tumbuhan hidup di sekitar kita. Setiap bunga
memiliki sistem jantan dan betina yang berperan dalam proses penyerbukan. Dari
pertemuan dua unsur itulah muncul buah, biji, dan kehidupan baru.
Allah berfirman: “Dan dari
tiap-tiap buah-buahan Allah menjadikan berpasang-pasangan.” (QS. Ar-Ra‘d:
3)
Fenomena ini bukan hanya
pelajaran biologi, melainkan tanda spiritual — bahwa tidak ada kehidupan
tanpa keseimbangan, dan keseimbangan itu merupakan rahmat dari Allah SWT.
Dari Diri Manusia dan dari Apa yang Tak Diketahui
Manusia sendiri adalah bukti nyata sistem berpasangan. Dari Adam diciptakan
Hawa, lalu dari keduanya lahirlah umat manusia. Rasulullah SAW bersabda dalam
hadits riwayat Bukhari dan Muslim tentang penciptaan Adam dari tanah, yang
kemudian menjadi asal kehidupan dan keturunan manusia.
Namun, ayat ini juga menyebut “dari apa yang tidak mereka ketahui.”
Artinya, masih banyak rahasia ciptaan Allah yang belum dijangkau oleh
pengetahuan manusia. Ayat ini seolah membuka pintu bagi kemajuan ilmu
pengetahuan — bahwa setiap temuan baru sesungguhnya hanyalah memperkuat
kebenaran wahyu Allah.
Sains Modern: Menemukan
Kebenaran yang Allah wahyukan
Ilmu pengetahuan modern justru
memperkuat makna ayat ini. Dalam dunia fisika, setiap partikel memiliki
pasangan — elektron dengan positron, proton dengan antiproton. Dalam biologi,
DNA manusia tersusun dari pasangan basa nitrogen yang saling melengkapi untuk
membentuk kehidupan. Bahkan dalam teori kuantum, dikenal konsep dualisme
gelombang-partikel, di mana setiap entitas memiliki sifat ganda.
Semua ini membuktikan bahwa Al-Qur’an
lebih dahulu mengisyaratkan hukum pasangan dalam alam semesta, jauh sebelum
sains modern memahaminya.
Renungan: Hanya Allah yang
Tunggal
Ibnu Katsir menafsirkan bahwa
segala sesuatu di alam ini memiliki pasangan, sementara hanya Allah SWT yang
Maha Tunggal, tiada sekutu dan tiada tandingan bagi-Nya. Keberpasangan makhluk
justru menjadi bukti keesaan Sang Pencipta yaitu Allah Swt. Ketika manusia menyadari
bahwa semua selain Allah saling membutuhkan dan saling melengkapi, maka ia akan
memahami betapa sempurnanya Allah Yang Maha Berdiri Sendiri.
“Subhānallāh! Maha Suci Allah
atas segala ciptaan-Nya yang sempurna.”
Keseimbangan Hidup sebagai
Cerminan Iman
Surat Yasin ayat 36 tidak hanya
mengajarkan ilmu tentang ciptaan, tetapi juga hikmah kehidupan. Kita diajak untuk hidup seimbang — antara
dunia dan akhirat, jasmani dan rohani, kerja dan ibadah. Sebab keseimbangan
adalah sunnatullah yang tertanam di setiap ciptaan-Nya.
Maka, mari kita jadikan ayat ini sebagai bahan tadabbur: bahwa alam semesta, diri kita, dan bahkan ilmu pengetahuan modern, semuanya mengajak kita untuk mengenal dan mengagungkan Allah Swt. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman)







