Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Showing posts with label Kepemimpinan. Show all posts
Showing posts with label Kepemimpinan. Show all posts

Friday, 3 January 2025

Pengacuan Standar Kompetensi Jabatan ASN

 

Pengacuan Standar Kompetensi Jabatan ASN: Teknis, Manajerial, dan Sosial Kultural


Dalam rangka meningkatkan kualitas Aparatur Sipil Negara (ASN), pengacuan terhadap standar kompetensi jabatan menjadi salah satu elemen krusial. Standar ini mencakup tiga aspek utama, yaitu teknis, manajerial, dan sosial kultural, yang harus diterapkan secara terintegrasi dalam berbagai proses manajemen ASN. Dengan pengacuan tersebut, setiap tahap dalam siklus manajemen ASN dirancang untuk memastikan kinerja dan profesionalisme ASN sesuai dengan kebutuhan organisasi dan pelayanan publik.

 

1. Perencanaan

Perencanaan dalam manajemen ASN melibatkan identifikasi kebutuhan kompetensi untuk setiap jabatan. Proses ini dimulai dengan analisis beban kerja dan kebutuhan organisasi, yang kemudian diterjemahkan ke dalam standar kompetensi jabatan. Dalam perencanaan, aspek teknis memastikan ASN memiliki keterampilan spesifik untuk tugasnya, aspek manajerial menekankan kemampuan kepemimpinan, dan aspek sosial kultural mendorong adaptasi budaya kerja yang inklusif.

 

2. Pengadaan

Pengadaan ASN mengacu pada proses rekrutmen dan seleksi berbasis kompetensi. Proses ini dirancang untuk memastikan hanya kandidat yang memenuhi standar teknis, manajerial, dan sosial kultural yang diterima. Pengadaan berbasis kompetensi ini tidak hanya melibatkan seleksi administratif dan tes teknis, tetapi juga asesmen psikologi dan wawancara berbasis perilaku untuk mengukur kemampuan adaptasi budaya kerja.

 

3. Pengembangan Karier

Pengembangan karier bertujuan untuk memastikan setiap ASN memiliki jalur karier yang jelas dan sesuai dengan potensi serta kompetensinya. Hal ini mencakup promosi, rotasi, dan pengayaan tugas yang berlandaskan pada standar kompetensi. Proses ini juga mendorong peningkatan kemampuan manajerial untuk jabatan-jabatan strategis dan pemahaman sosial kultural untuk mendukung sinergi lintas sektor.

 

4. Pengembangan Kompetensi

Pengembangan kompetensi ASN dilakukan melalui pelatihan, pendidikan, dan kegiatan peningkatan lainnya. Program ini bertujuan untuk memastikan ASN selalu relevan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat. Pengembangan teknis difokuskan pada keterampilan khusus, manajerial pada kepemimpinan strategis, dan sosial kultural pada pemahaman keberagaman dan sensitivitas sosial.

 

5. Penempatan

Penempatan ASN pada jabatan tertentu harus mempertimbangkan kecocokan antara kompetensi individu dan kebutuhan jabatan. Pendekatan berbasis kompetensi ini memastikan bahwa ASN yang ditempatkan tidak hanya memenuhi kriteria teknis, tetapi juga mampu menjalankan tugas dengan efektif secara manajerial dan beradaptasi dengan lingkungan kerja yang beragam.

 

6. Promosi dan/atau Mutasi

Promosi dan mutasi menjadi alat penting untuk memaksimalkan potensi ASN. Proses ini dilakukan berdasarkan evaluasi kinerja dan kompetensi yang terukur. Promosi berfokus pada pengembangan karier ASN, sementara mutasi mendukung pemerataan kompetensi di seluruh unit kerja, dengan tetap mengacu pada standar teknis, manajerial, dan sosial kultural.

 

7. Uji Kompetensi

Uji kompetensi merupakan mekanisme evaluasi untuk memastikan ASN memiliki kemampuan sesuai dengan standar jabatan. Uji ini melibatkan penilaian terhadap aspek teknis, manajerial, dan sosial kultural, menggunakan metode seperti simulasi, wawancara kompetensi, dan penilaian berbasis kasus untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang kapabilitas ASN.

 

8. Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi manajemen (SIM) menjadi tulang punggung dalam implementasi standar kompetensi jabatan ASN. SIM digunakan untuk mendokumentasikan data kompetensi, rekam jejak kinerja, serta rencana pengembangan setiap ASN. Dengan SIM yang andal, pengambilan keputusan terkait perencanaan, pengadaan, dan pengembangan ASN menjadi lebih efisien dan transparan.

 

9. Kelompok Rencana Suksesi (KRS/Talent Pool)

KRS atau talent pool adalah mekanisme untuk menyiapkan calon pemimpin di masa depan. Dengan standar kompetensi yang jelas, ASN potensial diidentifikasi, dikembangkan, dan disiapkan untuk mengisi posisi strategis. KRS menekankan pada penguatan kompetensi teknis di bidang spesifik, kepemimpinan manajerial, dan kemampuan sosial kultural untuk memimpin organisasi dalam berbagai situasi.

Friday, 31 May 2024

Mengenali Ayat Kauniyah dalam Al-Quran

Al-Quran yang terdiri atas 6.236 ayat menguraikan berbagai persoalan hidup dan kehidupan, antara lain menyangkut alam raya dan fenomenanya. Uraian-uraian sekitar persoalan tersebut sering disebut ayat-ayat kauniyah.  Disini disarikan tulisan Miftah H. Yusufpati yang berjudul “Ayat-Ayat Kauniyah dalam Al-Quran Menurut Quraish Shihab”.

 

AL-QURAN DAN ALAM RAYA

 

Paling sedikit ada tiga hal yang dapat dikemukakan menyangkut alam raya dan fenomenanya:

 

1. Al-Quran memerintahkan atau menganjurkan kepada manusia untuk memperhatikan dan mempelajari alam raya dalam rangka memperoleh manfaat dan kemudahan-kemudahan bagi kehidupannya, serta untuk mengantarkannya kepada kesadaran akan Keesaan dan Kemahakuasaan Allah Swt.

 

Dari perintah ini tersirat pengertian bahwa manusia memiliki potensi untuk mengetahui dan memanfaatkan hukum-hukum yang mengatur fenomena alam tersebut. Namun, pengetahuan dan pemanfaatan ini bukan merupakan tujuan puncak (ultimate goal).

 

2. Alam dan segala isinya beserta hukum-hukum yang mengaturnya, diciptakan, dimiliki, dan di bawah kekuasaan Allah Swt serta diatur dengan sangat teliti.

 

Alam raya tidak dapat melepaskan diri dari ketetapan-ketetapan tersebut --kecuali jika dikehendaki oleh Tuhan. Dari sini tersirat bahwa:

 

(a) Alam raya atau elemen-elemennya tidak boleh disembah, dipertuhankan atau dikultuskan.

(b) Manusia dapat menarik kesimpulan-kesimpulan tentang adanya ketetapan-ketetapan yang bersifat umum dan mengikat bagi alam raya dan fenomenanya (hukum-hukum alam).

 

3. Redaksi ayat-ayat kauniyah bersifat ringkas, teliti lagi padat, sehingga pemahaman atau penafsiran terhadap ayat-ayat tersebut dapat menjadi sangat bervariasi, sesuai dengan tingkat kecerdasan dan pengetahuan masing-masing penafsir.

 

Dalam kaitan dengan butir ketiga di atas, Quraish Shihab mengatakan, perlu digarisbawahi beberapa prinsip dasar yang dapat, atau bahkan seharusnya, diperhatikan dalam usaha memahami atau menafsirkan ayat-ayat Al-Quran yang mengambil corak ilmiah. Prinsip-prinsip dasar tersebut adalah:

 

(1) Setiap Muslim, bahkan setiap orang, berkewajiban untuk mempelajari dan memahami Kitab Suci yang dipercayainya, walaupun hal ini bukan berarti bahwa setiap orang bebas untuk menafsirkan atau menyebarluaskan pendapat-pendapatnya tanpa memenuhi seperangkat syarat-syarat tertentu.

 

(2) Al-Quran diturunkan untuk seluruh manusia hingga akhir zaman, jadi bukan hanya khusus ditujukan untuk orang-orang Arab ummiyyin yang hidup pada masa Rasul saw. dan tidak pula hanya untuk masyarakat abad ke-20.

 

Mereka semua diajak berdialog oleh Al-Quran serta dituntut menggunakan akalnya dalam rangka memahami petunjuk-petunjuk-Nya. Dan kalau disadari bahwa akal manusia dan hasil penalarannya dapat berbeda-beda akibat latar belakang pendidikan, kebudayaan, pengalaman, dan kondisi sosial mereka serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di masanya. Maka wajarlah apabila pemahaman atau penafsiran seseorang dengan orang lain, baik dalam satu generasi atau tidak, berbeda-beda pula.

 

(3) Menafsirkan Al-Quran harus mengikuti kaidah-kaidah penafsiran yang telah disepakati oleh para ahli yang memiliki otoritas dalam bidang ini. Namun manusia dapat menggunakan akalnya untuk berpikir secara kontemporer sesuai dengan perkembangan zaman dan iptek dalam kaitannya dengan pemahaman Al-Quran.

 

(4) Salah satu sebab pokok kekeliruan dalam memahami dan menafsirkan Al-Quran adalah keterbatasan pengetahuan seseorang menyangkut subjek bahasan ayat-ayat Al-Quran. Seorang mufasir mungkin sekali terjerumus kedalam kesalahan apabila ia menafsirkan ayat-ayat kauniyah tanpa memiliki pengetahuan yang memadai tentang astronomi, demikian pula dengan pokok-pokok bahasan ayat yang lain.

 

Dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip pokok di atas, ulama-ulama tafsir memperingatkan perlunya para mufasir - khususnya dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dengan penafsiran ilmiah - untuk menyadari sepenuhnya sifat penemuan-penemuan ilmiah, serta memperhatikan secara khusus bahasa dan konteks ayat-ayat Al-Quran.

 

PENAFSIRAN ILMIAH

 

Quraish Shihab menjelaskan bahwa disepakati oleh semua pihak bahwa penemuan-penemuan ilmiah, di samping ada yang telah menjadi hakikat-hakikat ilmiah yang dapat dinilai telah memiliki kemapanan, ada pula yang masih sangat relatif atau diperselisihkan sehingga tidak dapat dijamin kebenarannya.

 

Atas dasar larangan menafsirkan Al-Quran secara spekulatif, maka sementara ulama Al-Quran tidak membenarkan penafsiran ayat-ayat berdasarkan penemuan-penemuan ilmiah yang sifatnya belum mapan.

 

Seorang ulama berpendapat bahwa "Kita tidak ingin terulang apa yang terjadi atas Perjanjian Lama ketika gereja menafsirkannya dengan penafsiran yang kemudian ternyata bertentangan dengan penemuan para ilmuwan."

 

Ada Pula yang berpendapat bahwa "Kita berkewajiban menjelaskan Al-Quran secara ilmiah dan biarlah generasi berikut membuka tabir kesalahan kita dan mengumumkannya."

 

Abbas Mahmud Al-Aqqad (penulis yang memiliki peran penting dalam perkembangan dunia intelektual Mesir yang karya-karyanya menjadi referensi-referensi bagi wacana beragam keilmuan pada masanya) memberikan jalan tengah. Seseorang hendaknya jangan mengatasnamakan Al-Quran dalam pendapat-pendapatnya, apalagi dalam perincian penemuan-penemuan ilmiah yang tidak dikandung oleh redaksi ayat-ayat Al-Quran.

 

Dalam hal ini, Abbas Mahmud Al-Aqqad (penulis yang memiliki peran penting dalam perkembangan dunia intelektual Mesir yang karya-karyanya menjadi referensi-referensi bagi wacana beragam keilmuan pada masanya) memberikan contoh menyangkut ayat 30 Surah Al-Anbiya' yang oleh sementara ilmuwan Muslim dipahami sebagai berbicara tentang kejadian alam raya, yang pada satu ketika merupakan satu gumpalan kemudian dipisahkan Tuhan.

 

Setiap orang bebas memahami kapan dan bagaimana terjadinya pemisahan itu, tetapi ia tidak dibenarkan mengatasnamakan Al-Quran menyangkut pendapatnya, karena Al-Quran tidak menguraikannya.

 

Setiap Muslim berkewajiban mempercayai segala sesuatu yang dikandung oleh Al-Quran, sehingga bila seseorang mengatasnamakan Al-Quran untuk membenarkan satu penemuan atau hakikat ilmiah yang tidak dicakup oleh kandungan redaksi ayat-ayat Al-Quran, maka hal ini dapat berarti bahwa ia mewajibkan setiap Muslim untuk mempercayai apa yang dibenarkannya itu, sedangkan hal tersebut belum tentu demikian.

 

Pendapat yang disimpulkan dari uraian Al-Aqqad di atas, bukan berarti bahwa ulama dan cendekiawan Mesir terkemuka ini menghalangi pemahaman suatu ayat berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan.

 

Tidak! Sebab, menurut Al-Aqqad lebih lanjut, "Dahulu ada ulama yang memahami arti 'tujuh langit' sebagai tujuh planet yang mengitari tata surya --sesuai dengan perkembangan pengetahuan ketika itu. Pemahaman semacam ini merupakan ijtihad yang baik sebagai pemahamannya (selama) ia tidak mewajibkan atas dirinya untuk mempercayainya sebagai akidah dan atau mewajibkan yang demikian itu terhadap orang lain."

 

Bint Al-Syathi' dalam bukunya, Al-Qur'an wa Al-Qadhaya Al-Washirah, secara tegas membedakan antara pemahaman dan penafsiran. Sedangkan Al-Thabathaba'i, mufasir besar Syi'ah kontemporer, lebih senang menamai penjelasan makna ayat-ayat Al-Quran secara ilmiah dengan nama tathbiq (penerapan).

 

Pendapat-pendapat di atas agaknya semata-mata bertujuan untuk menghindari jangan sampai Al-Quran dipersalahkan bila di kemudian hari terbukti teori atau penemuan ilmiah tersebut keliru.

 

Segi Bahasa Al-Quran

 

Seperti yang telah dikemukakan di atas, para mufasir mengingatkan agar dalam memahami atau menafsirkan ayat-ayat Al-Quran --khususnya yang berkaitan dengan penafsiran ilmiah-- seseorang dituntut untuk memperhatikan segi-segi bahasa Al-Quran serta korelasi antar ayat.

 

Sebelum menetapkan bahwa ayat 88 Surah Al-Naml (yang berbunyi, Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka ia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan), ini menginformasikan pergerakan gunung-gunung, atau peredaran bumi, terlebih dahulu harus dipahami kaitan ayat ini dengan ayat-ayat sebelumnya.

 

Apakah ia berbicara tentang keadaan gunung dalam kehidupan duniawi kita dewasa ini atau keadaannya kelak di hari kemudian. Karena, seperti diketahui, penyusunan ayat-ayat Al-Quran tidak didasarkan pada kronologis masa turunnya, tetapi pada korelasi makna ayat-ayatnya, sehingga kandungan ayat terdahulu selalu berkaitan dengan kandungan ayat kemudian.

 

Demikian pula halnya dengan segi kebahasaan. Ada sementara orang yang berusaha memberikan legitimasi dari ayat-ayat Al-Quran terhadap penemuan-penemuan ilmiah dengan mengabaikan kaidah kebahasaan.

 

Ayat 22 Surah Al-Hijr, diterjemahkan oleh Tim Departemen Agama dengan, "Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit ..."

 

Terjemahan ini, di samping mengabaikan arti huruf fa; juga menambahkan kata tumbuh-tumbuhan sebagai penjelasan sehingga terjemahan tersebut menginformasikan bahwa angin berfungsi mengawinkan tumbuh-tumbuhan.

 

Menurut Quraish Shihab, terjemahan dan pandangan di atas tidak didukung oleh fa anzalna min al-sama' ma'a yang seharusnya diterjemahkan dengan maka kami turunkan hujan. Huruf fa' yang berarti "maka" menunjukkan adanya kaitan sebab dan akibat antara fungsi angin dan turunnya hujan, atau perurutan logis antara keduanya sehingga tidak tepat huruf tersebut diterjemahkan dengan dan sebagaimana tidak tepat penyisipan kata tumbuh-tumbuhan dalam terjemahan tersebut. Bahkan tidak keliru jika dikatakan bahwa menterjemahkan lawaqiha dengan meniupkan juga kurang tepat.

 

Quraish Shihab menjelaskan kamus-kamus bahasa mengisyaratkan bahwa kata tersebut digunakan antara lain untuk menggambarkan inseminasi. Sehingga, atas dasar ini, Hanafi Ahmad menjadikan ayat tersebut sebagai informasi tentang fungsi angin dalam menghasilkan atau mengantarkan turunnya hujan, semakna dengan Firman Allah dalam surah Al-Nur ayat 43: "Tidakkah kamu lihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)-nya, kemudian dijadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya ..."

 

Quraish Shihab mengatakan memang sebab-sebab kekeliruan dalam memahami atau menafsirkan ayat-ayat Al-Quran antara lain adalah kelemahan dalam bidang bahasa Al-Quran, serta kedangkalan pengetahuan menyangkut objek bahasan ayat.

 

"Karena itu, walaupun sudah terlambat, kita masih tetap menganjurkan kerja sama antardisiplin ilmu demi mencapai pemahaman atau penafsiran yang tepat dari ayat-ayat Al-Quran dan demi membuktikan bahwa Kitab Suci tersebut benar-benar bersumber dari Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Esa," demikian Quraish Shihab.

 

SUMBER

Miftah H. Yusufpati. Ayat-Ayat Kauniyah dalam Al-Quran Menurut Quraish Shihab. Sindonews 20 Maret 2023. https://kalam.sindonews.com/newsread/1050929/69/ayat-ayat-kauniyah-dalam-al-quran-menurut-quraish-shihab-1679223794

Saturday, 22 April 2023

Pembentukan Karakter Anak Manusia


Karakter adalah keseluruhan proses mental dan aspek perilaku seseorang yang membedakan dirinya dari orang lain dan khususnya prospek dan aspek yang  konsisten dari waktu ke waktu.

 

Secara umum, pengertian karakter seorang anak manusia adalah seperangkat sifat yang selalu dikagumi sebagai suatu tanda dari kebajikan, kebaikan serta kematangan moral yang dimiliki oleh seseorang.

 

Secara etimologi, istilah dari karakter berasal dari bahasa latin yaitu character yang artinya adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, kepribadian, budi pekerti serta akhlak.

 

Pengertian karakter lainnya adalah akumulasi dari kepribadian, watak serta sifat yang dimiliki oleh seorang individu dan mengarahkan pada kebiasaan maupun keyakinan individu tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.

 

Pembentukan karakter dalam diri seseorang akan terjadi melalui proses pembelajaran sepanjang hidupnya. Maka dengan kata lain, karakter seorang bukanlah bawaan sejak ia lahir, akan tetapi terbentuk karena suatu proses pembelajaran gari lingkungan keluarga dan orang-orang sekitarnya.


Pengertian Karakter Menurut Para Ahli

Agar lebih memahami pengertian karakter, berikut pendapat dari para ahli mengenai pengertian karakter.

 

Pengertian Karakter Menurut Para Ahli

Agar lebih memahami pengertian karakter, berikut pendapat dari para ahli mengenai pengertian karakter.

 

PENGERTIAN KARAKTER MENURUT PARA AHLI

Agar lebih memahami pengertian karakter, berikut pendapat dari para ahli mengenai pengertian karakter.

 

 

1. W.B Saunders

Pengertian karakter menurut W.B Saunders merupakan suatu sifat nyata serta berbeda yang ditunjukan oleh seorang individu. Karakter dari seorang individu dapat terlihat dari berbagai macam atribut dalam tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari.

 

2. Alwisol

Alwisol berpendapat bahwa karakter merupakan suatu penggambaran dari tingkah laku yang dilakukan dengan cara memperlihatkan serta menonjolkan nilai benar-salah, baik atau buruk secara implisit atau eksplisit.

 

3. John Maxwell

Karakter menurut John Maxwell lebih baik dibandingkan sekedar dari perkataan. Lebih lanjut Maxwell kemudian menerangkan bahwa karakter merupakan suatu pilihan yang akan menentukan tingkat kesuksesan dari seorang individu.

 

4. Kamisa

Definisi karakter menurut Kamisa adalah suatu sifat kejiwaan, budi pekerti dan akhlak yang dimiliki oleh seseorang, sehingga membuatnya berbeda dengan orang lainnya.

 

5. Soemarno Soedarsono

Menurut Soemarno Soedarsono, karakter merupakan suatu nilai yang terpatri pada diri seseorang yang diperoleh dari pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh dari lingkungan yang kemudian dipadu-padankan dengan nilai yang ada pada diri seorang individu dan kemudian menjadi suatu nilai intrinsik yang terwujud dalam sistem daya juang dan kemudian melandai sikap, pemikiran seseorang dan perilakunya.

 

6. Poerwadarminta

Poerwadarminta mengemukakan pendapat bahwa karakter adalah watak, sifat kejiwaan, akhlak dan tabiat atau budi pekerti seseorang yang membedakan orang tersebut dengan orang lainnya.

 

7. Simon Philips

Pengertian karakter menurut Simon Philips adalah suatu kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem dan melandasi sikap, pemikiran serta perilaku yang ditampilkan oleh seorang individu.

 

8. Coon

Coon menjelaskan bahwa pengertian dari karakter adalah suatu penilaian subjektif pada kepribadian seorang individu dan berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat ataupun tidak dapat diterima oleh masyarakat luas.

 

9. Mansur Muslich

Muslich mengemukakan pendapat bahwa karakter adalah suatu cara berpikir serta cara berperilaku seorang individu yang menjadi ciri khas dari setiap individu untuk dapat hidup dan bekerjasama, baik di dalam keluarga, masyarakat maupun negara.

 

10. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karakter merupakan sifat kejiwaan, tabiat, akhlak atau budi pekerti seseorang yang membedakan seorang individu dengan individu lainnya.

 

11. Wyne

Karakter menurut Wyne adalah penanda dari cara seseorang dalam memfokuskan bagaimana cara mengaplikasikan suatu nilai kebaikan dalam bentuk tindakan maupun tingkah laku.

 

Oleh sebab itulah, seorang individu yang memiliki perilaku tidak jujur, kejam ataupun rakus dapat dikatakan sebagai seseorang yang memiliki karakter jelek, sedangkan seseorang yang memiliki perilaku jujur, gemar menolong sesama dapat dikatakan sebagai seseorang yang memiliki karakter mulia. Jadi, istilah dari karakter erat kaitannya dengan kepribadian seseorang.

 

 

Dari pengertian karakter yang telah dijelaskan oleh para ahli tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa beberapa ahli berpendapat karakter seseorang ditentukan oleh sikap seorang individu. Apakah itu baik atau jelek, maka akan ikut berpengaruh pula pada karakternya.

 

Menurut para ahli, karakter seseorang bukanlah suatu bawan dari lahir, akan tetapi dibentuk secara pelan-pelan dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, orang sekitar ataupun keluarga.

 

Selain keluarga dan lingkungan sekitar, ada beberapa unsur yang saling mempengaruhi sehingga membentuk karakter seseorang. Berikut penjelasannya.

 

1. Emosi

Pada umumnya, definisi dari emosi merupakan suatu perasaan atau suatu gejolak jiwa yang muncul dari dalam diri seseorang sebagai akibat dari adanya rangsangan, baik itu dari dalam diri seseorang ataupun dari luar.

 

Emosi juga dapat diartikan sebagai suatu gejala yang bergerak secara dinamis dalam situasi yang dirasakan oleh seorang individu dan gejala tersebut disertai pun dengan efeknya pada perilaku, kesadaran dan menjadi suatu proses fisiologis.

 

Tanpa adanya emosi, maka kehidupan seorang individu akan terasa hambar, dikarenakan manusia selalu hidup dengan cara berfikir serta merasa. Emosi juga identik dengan suatu perasaan yang kuat.

 

2. Sikap

Sikap seorang individu adalah bagian dari karakter dirinya, bahkan sikap seseorang dapat dianggap sebagai cerminan karakter orang tersebut. Dalam hal ini, sikap seorang individu pada suatu yang ada di hadapannya, akan menunjukan bagaimana bentuk atau wujud karakter yang dimiliki oleh orang tersebut.

 

Jadi, apabila ada seorang yang memiliki sikap baik pada orang lain, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut juga memiliki karakter yang baik pula. Begitu pula sebaliknya, ketika seseorang memiliki sikap buruk, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut memiliki karakter yang buruk pula.

 

3. Kepercayaan

Kepercayaan adalah suatu komponen kognitif yang dimiliki oleh seorang individu dari faktor sosiologis psikologisnya. Kepercayaan bahwa ada suatu hal yang benar ataupun salah atas dasar sugesti otoritas, bukti, pengalaman serta intuisi sangat penting dalam pembangunan karakter atau waktu seorang individu.

 

Sehingga, kepercayaan yang dimiliki oleh seorang individu akan memperkukuh individu tersebut dalam hal eksistensi diri serta memperkukuh hubungan dirinya dengan orang lain.

 

4. Kebiasaan dan Kemauan

Kebiasaan adalah suatu aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung dengan otomatis untuk waktu yang lama. Kebiasaan seorang individu tidak terencana dan diulangi terus menerus, berkali-kali.

 

Sementara itu, kemauan adalah suatu kondisi yang sangat mencerminkan karakter seseorang dikarenakan kemauan tersebut berkaitan erat dengan tindakan yang dapat mencerminkan perilaku dari orang tersebut.

 

5. Konsepsi Diri atau Self Conception

Unsur kelima dari karakter adalah konsepsi diri atau self conception. Konsepsi diri adalah suatu proses totalitas yang dilakukan baik secara sadar atau tidak sadar mengenai bagaimana karakter serta diri seorang individu dibentuk.

 

Sehingga, konsepsi diri merupakan bagaimana cara seorang individu membangun diri serta apa yang diinginkan oleh individu tersebut dan bagaimana individu tersebut menempatkan dirinya dalam kehidupan.

 

Secara sederhananya, konsepsi diri atau konsep diri adalah cara pandang atau sikap seorang individu pada dirinya sendiri. Konsep diri ini memiliki hubungan erat dengan dimensi fisik, motivasi diri serta karakter individu.

 

Proses Terbentuk dan Pembentukan Karakter

Telah dijelaskan pada awal artikel, bahwa karakter seseorang tidak lahir dengan orang tersebut, melainkan terbentuk oleh beberapa faktor. Pembentukan karakter seorang individu perlu melalui suatu proses pembelajaran yang panjang di dalam hidup orang tersebut.

 

Karakter seseorang akan mulai terbentuk melalui lingkungannya, keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar. Beberapa pihak memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter seorang individu, pihak-pihak tersebut di antaranya adalah orang tua, saudara, teman sebaya, guru dan orang lainnya yang berada di sekitar individu tersebut.

 

Menurut Lickona, dijelaskan bahwa pembentukan karakter seseorang terbentuk karena suatu kebiasaan-kebiasaan yang terus bertahan dari kecil hingga masa remaja. Orang tua memiliki pengaruh baik serta buruk yang akhirnya akan membentuk kebiasaan dari anak-anaknya.

 

Setiap individu tentunya memiliki pengalaman hidup yang bersumber dari lingkungan sekitar, keluarga, sekolah. Pengalaman hidup seseorang juga bisa diperoleh melalui buku, televisi, internet dan sumber lainnya yang memiliki potensi untuk dapat menambah pengetahuan seseorang.

 

Dalam proses mendapatkan pengalaman hidup tersebut, peran dari pikiran sadar seseorang sangatlah dominan. Sehingga pikiran akan melakukan proses penyaringan pada informasi yang masuk dalam diri melalui panca indera manusia.

 

Pola pikir serta sistem kepercayaan yang ada di dalam diri seseorang yang semakin matang, maka akan membentuk tindakan-tindakan, kebiasaan serta karakter unik yang dimiliki oleh setiap individu. Hal ini artinya, setiap individu memiliki suatu sistem kepercayaan atau belief system, citra diri atau self image serta kebiasaan atau habit unik.

 

Mengapa karakter seseorang harus dibentuk?

Tujuan dari pembentukan karakter pada dasarnya adalah untuk mendorong kembali lahirnya anak-anak dengan sifat atau karakter yang baik. Dengan tumbuh kembang karakter baik, maka akan mendorong anak-anak untuk tumbuh dengan kapasitas komitmen agar mampu melakukan berbagai macam hal yang terbaik bagi dirinya serta dapat melakukan segala sesuai dengan benar.

 

Anak-anak dengan karakter baik juga akan memiliki tujuan hidup. Masyarakat memiliki peran penting dalam pembentukan karakter seorang anak, melalui orang tua dan lingkungannya.

 

Nilai-Nilai Karakter

Berdasarkan pada kajian nilai agama, norma sosial, peraturan atau hukum, etika dan akademik, prinsip HAM, telah teridentifikasi butir dari nilai yang kemudian dikelompokan menjadi lima nilai utama karakter.

Kelima nilai utama tersebut adalah nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuha, diri sendiri, sesama manusia dan lingkungan kebangsaannya. Berikut penjelasan lebih detailnya.

 

Nilai Karakter Berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa

Nilai karakter pertama adalah nilai karakter yang memiliki hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. nilai-nilai tersebut adalah religius, perkataan serta tindakan dari seorang individu yang diupayakan berdasarkan pada nilai ketuhanan maupun ajaran agamanya.

 

Nilai Karakter Berhubungan dengan Diri Sendiri (Personal)

Ada beberapa bentuk nilai karakter yang memiliki hubungan dengan personal seseorang, di antaranya adalah berikut ini:

 

Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada suatu upaya yang menjadikan diri seseorang sebagai individu yang dapat dipercaya dalam tindakan, perkataan, pekerjaan pada diri sendiri atau pihak lain.

 

Bertanggung jawab adalah sikap seorang individu untuk melaksanakan suatu tugas serta kewajiban seperti yang seharusnya ia lakukan pada diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan.

 

Disiplin merupakan suatu tindakan yang dapat menunjukan perilaku tertib serta patuh pada berbagai macam ketentuan dan peraturan.

 

Kerja keras adalah suatu perilaku yang menunjukan suatu upaya bersungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai macam hambatan untuk dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

 

Percaya diri merupakan suatu sikap keyakinan diri akan kemampuan pada pemenuhan untuk tercapainya setiap keinginan dan harapan.

 

Berpikir secara logis, kritis dan inovatif

Karakter ini adalah berpikir serta melakukan suatu tindakan secara nyata ataupun dengan menggunakan logika untuk dapat menghasilkan cara maupun hasil baru maupun hasil paling mutakhir dari apa yang telah dimiliki.

 

Mandiri merupakan suatu perilaku atau sikap yang tidak mudah bergantung pada orang lain untuk dapat menyelesaikan tugas.

 

Memiliki rasa ingin tahu, sehingga seorang individu selalu berupaya untuk mengetahui lebih dalam serta luas dari apa-apa saja yang telah ia pelajari, ia lihat serta dengar.

 

Mencintai ilmu merupakan cara berpikir, bersikap serta cara berbuat dari seorang individu yang menunjukan suatu sikap kesetiaan, kepedulian serta penghargaan yang paling tinggi pada pengetahuan.

 

Nilai Karakter Berhubungan dengan Sesama

 

Berikut beberapa nilai karakter yang berhubungan dengan sesama.

Sadar akan hak maupun kewajiban yang dimiliki oleh diri sendiri dan orang lain.

 

Patuh pada setiap peraturan sosial.

 

Menghargai karya serta prestasi yang berhasil diraih oleh orang lain. Terutama sikap dan prestasi seseorang yang bermanfaat bagi orang lainnya.

Bersikap santun yaitu perbuatan halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa atau tata perilaku kepada semua orang.

Demokratis merupakan sikap ataupun tindakan seseorang yang menilai sama hak maupun kewajiban dirinya serta orang lain.

 

Nilai Karakter Berhubungan dengan Lingkungan

 

Berikut beberapa nilai karakter yang memiliki hubungan dengan lingkungan:

 

Peduli pada sosial dan lingkungan

Maksud dari nilai ini adalah sikap serta tindakan seseorang yang selalu berusaha untuk mencegah kerusakan yang terjadi pada lingkungan alam maupun lingkungan sekitarnya serta mengembangkan beberapa upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang telah terjadi serta selalu memberikan bantuan bagi orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.

 

Memiliki Nilai kebangsaan

Nilai kebangsaan merupakan cara berpikir, bertindak serta suatu wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa maupun negara di atas kepentingan diri sendiri atau kelompoknya.

 

Memiliki jiwa nasionalis

Jiwa nasionalis berupa cara berpikir seseorang, bersikap serta berbuat suatu hal yang dapat menunjukan kesetiaan, kepedulian maupun penghargaan yang tinggi pada bahasa, lingkungan, sosial, fisik, budaya, ekonomi maupun kondisi politik dari bangsanya.

 

Menghargai adanya keberagaman

Indonesia merupakan negara besar dengan budaya dan bahasa yang berbeda-beda. Oleh karena nilai karakter ini penting, sebab menghargai adanya keberagaman dapat memberikan perasaan hormat pada berbagai macam hal baik itu yang memiliki bentuk fisik, sifat, adat, budaya, agama maupun suku seseorang.

 

Demikianlah penjelasan mengenai pengertian karakter yaitu seperangkat sifat yang selalu dikagumi sebagai suatu tanda dari kebajikan, kebaikan serta kematangan moral yang dimiliki oleh seseorang.

 

Sumber:

1.      https://www.dosenpendidikan.co.id/karakter-adalah/

2.      https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-karakter.html

3.      https://kalpata.co.id/2019/04/28/pengertian-unsur-dan-pembentukan-karakter/