Bovine Spongiform Encephalopathy
(BSE): Epidemiologi, Penularan, dan Implikasi Kesehatan Masyarakat
Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) merupakan penyakit degeneratif pada sistem saraf
pusat sapi yang ditandai dengan masa inkubasi panjang, berkisar antara dua
hingga delapan tahun atau lebih. Hingga kini, belum tersedia pengobatan maupun vaksin
untuk mencegah penyakit ini. BSE termasuk dalam kelompok Transmissible
Spongiform Encephalopathies (TSE) atau penyakit prion, yaitu kelompok
penyakit neurodegeneratif yang disebabkan oleh akumulasi protein abnormal
(prion) dalam jaringan saraf.
Kelompok TSE
mencakup berbagai penyakit, seperti scrapie pada domba dan kambing, chronic
wasting disease (CWD) pada famili Cervidae, serta variant
Creutzfeldt–Jakob disease (vCJD) pada manusia. Dalam beberapa kasus,
penyakit neurologis pada kucing dan satwa kebun binatang juga telah dikaitkan
dengan paparan prion penyebab BSE. Sejumlah studi epidemiologi dan
klinikopatologi secara kuat mendukung hipotesis bahwa prion BSE dapat
ditularkan kepada manusia dan memicu terjadinya vCJD.
BSE Klasik dan BSE Atipikal
Secara ilmiah, penting membedakan
dua bentuk utama BSE: BSE klasik dan BSE atipikal.
BSE klasik terutama dikaitkan dengan konsumsi
pakan yang terkontaminasi prion, khususnya meat-and-bone meal (MBM) yang
berasal dari ruminansia. Pada dekade 1990-an, bentuk ini menjadi ancaman besar
bagi kesehatan hewan dan manusia, terutama di Eropa. Namun, penerapan
pengawasan ketat, penghilangan bahan berisiko tertentu (SRM), dan pelarangan
penggunaan MBM dalam pakan ruminansia telah secara drastis menurunkan kejadian
BSE klasik hingga mendekati nol pada banyak negara.
Sebaliknya, BSE atipikal
merupakan bentuk yang muncul secara alami dan sporadis, diyakini dapat terjadi
pada populasi sapi mana pun pada tingkat yang sangat rendah. Kasus
atipikal umumnya terdeteksi pada sapi yang berusia lanjut melalui pengawasan
intensif terhadap TSE. Pada awal 2000-an, keberadaan prion atipikal berhasil
diidentifikasi berkat peningkatan kegiatan surveilans. Jumlah kasus BSE
atipikal tetap sangat sedikit dan secara praktis dapat diabaikan. Walaupun
belum ada bukti bahwa BSE atipikal bersifat menular, potensi daur ulang agennya
dalam rantai pakan belum sepenuhnya dikesampingkan sehingga upaya mitigasi
tetap direkomendasikan.
BSE merupakan
penyakit yang wajib dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH/OIE).
Kejadian BSE atipikal sendiri tidak memengaruhi penetapan status resmi risiko
BSE karena sifatnya yang sporadis dan dapat muncul secara spontan.
Penularan dan Penyebaran BSE
Meskipun penelitian mengenai asal
usul dan patogenesis penyakit ini terus berkembang, telah diketahui bahwa
jaringan tertentu pada hewan terinfeksi mengandung konsentrasi tinggi prion
infektif. Jaringan tersebut, yang disebut specified risk materials (SRM),
meliputi otak, mata, sumsum tulang belakang, tengkorak, tulang belakang,
amandel, dan ileum distal.
Mayoritas sapi
diduga terinfeksi melalui konsumsi pakan mengandung prion selama tahun pertama
kehidupannya. Prion
bersifat sangat resisten terhadap prosedur inaktivasi konvensional, termasuk
panas dalam proses rendering, sehingga dapat bertahan dalam MBM yang
terkontaminasi. Tingginya insiden BSE pada ternak perah dibandingkan sapi
potong umumnya dikaitkan dengan penggunaan pakan konsentrat yang dahulu
mengandung MBM sebelum pemberlakuan regulasi ketat.
Tidak ada bukti adanya penularan
langsung antarhewan atau penularan horizontal. Bukti mengenai penularan dari
induk ke anak pun sangat terbatas. BSE klasik pertama kali
diidentifikasi di Inggris pada tahun 1986, meskipun kemungkinan besar telah
beredar sejak 1970-an. Setelah itu, penyakit ini dilaporkan di lebih dari 25
negara di Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Amerika Utara. Berkat langkah pengendalian
yang komprehensif, prevalensi BSE klasik kini sangat rendah secara global.
Risiko bagi Kesehatan Masyarakat
Kemungkinan transmisibilitas BSE ke
manusia, yang berpotensi menyebabkan vCJD, memicu krisis kesehatan masyarakat
global pada 1990-an. Meski demikian, hingga kini jumlah kasus vCJD yang
terkonfirmasi tetap sangat rendah. Jalur penularan utama diyakini melalui
konsumsi produk daging yang mengandung SRM atau melalui peralatan medis yang
terkontaminasi prion BSE. Perlu ditekankan bahwa daging merah tanpa tulang
serta susu dan produk susu dianggap aman untuk dikonsumsi.
Untuk
melindungi manusia dan hewan, banyak negara menerapkan kebijakan penghapusan
SRM dari rantai makanan, pelarangan penggunaan protein hewani dalam pakan
ruminansia, serta sistem pengawasan ketat. Kebijakan ini telah terbukti sangat
efektif dalam menurunkan risiko paparan prion BSE.
Tanda-Tanda
Klinis BSE
Masa inkubasi
yang panjang menjadikan BSE terdeteksi terutama pada sapi dewasa. Gejala klinis
dapat mencakup perubahan perilaku, agresivitas, depresi, hipersensitivitas
terhadap suara atau sentuhan, tremor, gangguan koordinasi, postur abnormal,
kesulitan berdiri, penurunan produksi susu, serta penurunan berat badan. Penyakit ini bersifat progresif dan
berakhir dengan kematian. Sampai sekarang, tidak tersedia metode pengobatan
yang efektif.
Diagnosis
Diagnosis BSE tidak dapat
dikonfirmasi pada hewan hidup. Kecurigaan klinis dapat didasarkan pada gejala
neurologis, namun konfirmasi hanya dapat dilakukan melalui pemeriksaan jaringan
otak pascamati. Metode histopatologi dapat menunjukkan lesi karakteristik TSE,
namun konfirmasi resmi memerlukan teknik imunokimia seperti imunohistokimia
(IHC) atau immunoblot (Western blot).
Pencegahan dan Pengendalian
Sesuai pedoman WOAH, pengendalian
BSE memerlukan pendekatan berlapis, mencakup:
- pengawasan
terarah terhadap kasus neurologis,
- pelaporan
transparan,
- pengamanan lalu lintas ruminansia dan produknya,
- penghapusan SRM dari rantai pangan dan pakan,
- pelarangan inklusi SRM dalam pakan ternak,
- pemusnahan
hewan terpapar secara layak,
- larangan MBM dalam pakan ruminansia,
- manajemen
pembuangan bangkai yang aman, dan
- sistem identifikasi ternak untuk memfasilitasi
penelusuran.
Kombinasi
langkah-langkah ini telah terbukti sangat efektif dalam menurunkan prevalensi
BSE dan melindungi kesehatan hewan serta manusia.
SUMBER:
OIE. https://www.oie.int/en/disease/bovine-spongiform-encephalopathy/
#BSEUpdates
#PrionAlert
#CattleHealth
#FoodSafety
#OneHealth
