Kasus cemaran
radioaktif Cesium-137 (Cs-137) di kawasan industri Cikande, Kabupaten Serang,
baru-baru ini menjadi perhatian publik. Bahan ini bukanlah sesuatu yang asing
dalam dunia sains, namun keberadaannya di luar kendali manusia dapat
menimbulkan risiko serius bagi kesehatan dan lingkungan. Lalu, apa sebenarnya
Cesium-137 itu, dari mana asalnya, dan seberapa besar bahayanya?
Apa Itu
Cesium-137 dan Dari Mana Asalnya?
Cesium-137
(dikenal juga sebagai Cs-137) merupakan isotop radioaktif buatan manusia
yang terbentuk dari hasil fisi nuklir — proses pemecahan atom uranium-235 atau
plutonium dalam reaktor nuklir maupun ledakan senjata atom. Isotop ini pertama
kali ditemukan oleh dua ilmuwan, Glenn T. Seaborg dan Margaret Melhase. Dengan waktu
paruh sekitar 30 tahun, Cs-137 termasuk produk fisi berumur menengah yang dapat
bertahan lama di lingkungan.
Cs-137 memiliki
titik didih rendah (sekitar 671°C) dan sangat mudah menguap pada suhu tinggi,
sehingga bisa menyebar luas di udara ketika terjadi kebocoran atau kecelakaan
nuklir. Sejarah mencatat, bencana Chernobyl di Ukraina (1986) dan Fukushima di
Jepang (2011) adalah dua contoh nyata bagaimana isotop ini mencemari tanah,
air, dan bahan pangan dalam jangka panjang.
Mengapa
Cs-137 Berbahaya bagi Kesehatan?
Bahaya Cs-137
berasal dari radiasi beta dan gamma yang dipancarkannya saat meluruh menjadi
isotop stabil, barium-137. Paparan radiasi ini, terutama dalam jangka panjang,
dapat menyebabkan kerusakan jaringan, gangguan sistem saraf, hingga peningkatan
risiko kanker.
Begitu masuk ke
dalam tubuh—baik melalui makanan, air, atau udara yang terkontaminasi—Cs-137
akan menyebar merata di jaringan lunak, mirip dengan cara tubuh memperlakukan
unsur kalium. Untungnya, Cs-137 tidak bertahan selamanya di tubuh karena akan
dikeluarkan secara bertahap dalam waktu sekitar 70 hari. Namun, jika paparan
terus-menerus terjadi, efek akumulasinya tetap berbahaya.
Penelitian di sekitar wilayah
terdampak Chernobyl menunjukkan bahwa Cs-137 cenderung terakumulasi di pankreas,
organ yang rentan terhadap kanker. Di Jepang, setelah insiden Fukushima, kadar
Cs-137 yang tinggi ditemukan pada daging sapi dan hasil laut, jauh di atas
ambang batas aman untuk konsumsi manusia. Hal ini
membuktikan betapa cepat dan luasnya penyebaran unsur radioaktif ini di rantai
makanan.
Mengapa Cs-137 Mudah Menyebar di
Lingkungan?
Cs-137 memiliki sifat sangat larut
dalam air, sehingga begitu masuk ke tanah atau sungai, ia dapat bergerak bebas
dan mencemari sumber air, tumbuhan, dan organisme lain. Karena tidak
berbau dan tidak terlihat, kontaminasinya sulit dideteksi tanpa alat khusus.
Oleh sebab itu, pengawasan ketat dari lembaga seperti Badan Pengawas Tenaga
Nuklir (BAPETEN) sangat penting untuk mencegah terjadinya kebocoran atau
penyalahgunaan bahan radioaktif.
Selain dari
reaktor nuklir, insiden pelepasan Cs-137 juga pernah terjadi karena kesalahan
penanganan limbah industri. Salah satu tragedi paling terkenal adalah kecelakaan
Goiânia di Brasil (1987), ketika perangkat radioterapi bekas dibongkar dan
bubuk Cs-137 yang bersinar biru tersebar di lingkungan. Akibatnya, empat orang
meninggal dan ratusan lainnya mengalami luka bakar serta penyakit akibat
radiasi.
Kegunaan
Cs-137 dalam Kehidupan Sehari-hari
Meskipun
berbahaya, Cs-137 memiliki manfaat penting jika digunakan dengan aman dan dalam
pengawasan ketat. Di
bidang medis, Cs-137 digunakan dalam radioterapi untuk membunuh sel kanker.
Dalam industri, isotop ini digunakan untuk mengukur ketebalan, densitas, dan
aliran bahan, serta untuk kalibrasi alat deteksi radiasi. Dalam bidang penelitian,
Cs-137 bahkan dimanfaatkan untuk menentukan usia anggur atau sedimen tanah yang
terbentuk setelah tahun 1945.
Namun,
penggunaannya memerlukan standar keselamatan tinggi. Kebocoran kecil sekalipun
dapat mencemari area luas dan membutuhkan waktu lama untuk didekontaminasi.
Kasus
Cikande: Waspada, tapi Jangan Panik
Indonesia sendiri
belum pernah mengalami kecelakaan nuklir besar, tetapi insiden cemaran Cs-137
di kawasan industri Cikande, Kabupaten Serang, menjadi peringatan penting.
Menurut Satuan Tugas Penanganan Bahaya Radiasi Cs-137 yang dipimpin oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terdapat 12 titik paparan
radioaktif, di mana tujuh di antaranya sedang didekontaminasi. Sebanyak 27
keluarga telah direlokasi sementara untuk menjamin keselamatan mereka.
Dekontaminasi
dilakukan dengan penyemenan dan pengecoran area terpapar, serta pemasangan
pagar pengaman sementara di zona berisiko. Proses ini dikawal langsung oleh BAPETEN,
dengan pemantauan dosis radiasi harian guna memastikan bahwa aktivitas
masyarakat dan petugas tetap dalam batas aman.
Menteri
Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menegaskan bahwa seluruh langkah
dilakukan secara transparan, cepat, dan sesuai protokol keselamatan radiasi. Ia
juga mengimbau masyarakat agar tidak panik, tetap tenang, dan selalu
berkoordinasi dengan pemerintah daerah jika membutuhkan bantuan selama masa
relokasi.
Pelajaran
yang Dapat Diambil
Kasus Cikande
menunjukkan bahwa kesadaran publik tentang bahan radioaktif masih perlu
ditingkatkan. Banyak
masyarakat yang belum memahami bentuk, sifat, dan bahaya isotop seperti Cs-137.
Padahal, zat ini tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak terlihat, sehingga
hanya bisa dikenali melalui alat ukur radiasi. Oleh karena itu, edukasi publik
dan pelatihan tanggap darurat menjadi kunci untuk mencegah kepanikan dan
mempercepat penanganan ketika insiden terjadi.
Kesimpulan
Cesium-137 merupakan isotop radioaktif
yang bermanfaat namun berisiko tinggi jika tidak dikendalikan dengan benar.
Sifatnya yang mudah larut dan sulit terdeteksi menjadikannya ancaman laten bagi
kesehatan dan lingkungan. Walau kasus di Cikande belum tergolong parah seperti
Chernobyl atau Fukushima, langkah cepat pemerintah dalam melakukan dekontaminasi,
relokasi warga, dan pemantauan radiasi patut diapresiasi.
Masyarakat tidak
perlu panik, tetapi harus waspada dan teredukasi. Pengelolaan bahan radioaktif
membutuhkan tanggung jawab bersama antara pemerintah, industri, dan masyarakat
agar manfaat teknologi nuklir bisa dirasakan tanpa mengorbankan keselamatan
generasi mendatang.
#Cesium137
#Cs137
#PencemaranRadioaktif
#BahayaRadiasi
#Cikande
#BAPETEN
#KeselamatanRadiasi
#KesehatanLingkungan
