Studi Molekuler Docking Senyawa Ciplukan Sebagai Anti
Diabetes
ABSTRAK
Diabetes Melitus adalah penyakit kronis
serius di Indonesia yang disebabkan oleh pankreas tidak menghasilkan cukup
insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin. Salah
satu tanaman yang berpotensi sebagai antidiabetes yaitu ciplukan (Physalis Angulata Linn.). Tujuan dari
penelitian ini yaitu ingin mengetahui nilai energi bebas ikatan (ΔG)
senyawa-senyawa yang berasal dari tanaman ciplukan (Physalis Angulata Linn.) pada reseptor PPAR-𝛾. Pada penelitian ini digunakan metode
molecular docking menggunakan AutoDock
4.2.6. Hasil docking menunjukkan nilai energi bebas ikatan (ΔG) senyawa
aktif dari tanaman ciplukan (Physalis angulata Linn.) terhadap reseptor PPAR-𝛾 yaitu 4,7-didehydrophysalin
B memiliki nilai energi bebas ikatan (ΔG) -6,39 kcal/mol, Physagulin-F memiliki nilai energi bebas
ikatan (ΔG) -10,10 kcal/mol, Physordinose B memiliki nilai energi bebas ikatan
(ΔG) -5,92 kcal/mol, dan rutin memiliki nilai energi bebas ikatan (ΔG) -6,97
kcal/mol. Nilai energi bebas ikatan (ΔG) senyawa aktif terbaik dari tanaman
ciplukan (Physalis angulata Linn.)
terhadap reseptor PPAR-𝛾 yaitu Physagulin-F dengan
nilai energi bebas ikatan (ΔG) - 10,10 kcal/mol dan dapat berinteraksi lebih
baik dibanding obat antidiabetes Thiazolinedione yang memiliki nilai energi
bebas ikatan (ΔG) -7,99 kcal/mol.
Kata
Kunci: Antidiabetes,
PPAR-𝛾, Ciplukan, Molecular Docking
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus adalah penyakit kronis
serius yang terjadi karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon
yang mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara
efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes Melitus adalah masalah
kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak
menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah
kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir
(WHO Global Report, 2016).
Tanaman ciplukan (Physalis Angulata Linn.) berasal dari kawasan tropis Amerika Latin.
Tanaman ciplukan di Indonesia dimanfaatkan untuk obat alami sebagai analgetik,
peluruh air seni, penetral racun, pereda batuk, dan mengaktifkan fungsi
kelenjar-kelenjar tubuh (Hariana, 2011).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Permana
(2013) dengan judul Aktivitas Antidiabetes Buah Ciplukan (Physalis Angulata Linn.) pada Tikus Model Diabetes Melitus Tipe2
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol buah ciplukan selama 3 minggu secara
signifikan menurunkan konsentrasi glukosa darah (54,5%). Senyawa aktif
Physagulin-F yang diperoleh dari isolasi buah ciplukan secara signifikan dapat
mereduksi kadar glukosa darah pada tikus yang diinduksi dengan Streptozotocin
(Pujari dan Mamidala, 2015). Selain itu, kandungan senyawa aktif lain yang
terdapat pada tanaman ciplukan antara lain flavonoid rutin yang diisolasi dari
daun pelindung (calyxe) dan
4,7-didehydrophysalin B diperoleh dari akar (radix) tumbuhan Ciplukan (Physalis angulata) (Castorena et al, 2013).
Saat ini metode Molecular Docking sudah digunakan dalam mendesain obat-obatan
maupun antiviral, dan digunakan sebagai tahap seleksi awal dari banyak
substrat. Molecular docking merupakan
salah satu metode yang dapat memprediksi interaksi antar molekul yaitu anatara
suatu senyawa uji dengan reseptor biologis.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
peneliti tertarik untuk melakukan studi molecular
docking senyawa dari buah, daun pelindung dan akar ciplukan (Physalis
angulata) sebagai antidiabetes pada reseptor PPAR-𝛾.
METODE
PENELITIAN
Metode penelitian mencakup percobaan
laboratorium, percobaan lapangan, dan survei lapangan yang dirancang sesuai
dengan tujuan atau jenis penelitian, seperti: eksploratif, deskriptif,
koreksional, kausal, komparatif, eksperimen, tindakan (action research), pemodelan, analisis suatu teori, atau kombinasi
dari berbagai jenis penelitian tersebut. Untuk penelitian yang menggunakan
metode kualitatif, jelaskan pendekatan yang digunakan, proses pengumpulan dan
analisis informasi. Untuk penulisan metode penelitian ditulis dengan sistematis
dan jelas sesuai dengan prosedur kerja yang dilakukan selama penelitian
tersebut dilakukan disertai analisis datanya.
ALAT
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
berupa perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras yang digunakan
yaitu Notebook dengan spesifikasi Intel Celeron Processor N3350, memori 4 GB,
DDR4, Storage 500 GB HDD, Operating System Windows 10 Home, dan Integrated Intel Graphics. Sedangkan
perangkat lunak yang digunakan yaitu Chem office 2004 (ChemDraw dan Chem 3D Ultra),
Discovery Studio 2016, Hyperchem 8.03, AutoDockTools-1.5.6.rc.3, Autodock
4.2.6, OpenBabel, Command Prompt.
BAHAN
Ligan uji yang digunakan adalah senyawa
Physagulin-F yang diisolasi dari buah (fructus); solanose, physordinose B dan
rutin dari daun pelindung (calyx); dan 4,7-didehydrophysalin B dari akar
(radix) tumbuhan ciplukan (Physalis
solaneaceus). Ligan pembanding yang digunakan yaitu ligan yang terdapat
bersama reseptor PPAR-𝛾 (2PRG) yang diunduh dari Protein Data Bank yaitu Thiazolinedione yang
merupakan obat antidiabetes.
METODE
1.
Persiapan senyawa uji
ssStruktur 2 dimensi dan 3 dimensi senyawa
uji dibangun menggunakan program Chem 3D Ultra 2004. Kemudian dilakukan
optimasi geometri struktur senyawa uji melalui metode Semi Empirik (PM3)
menggunakan program Hyperchem 8.03. Struktur senyawa uji hasil optimasi
geometri kemudian dipreparasi dengan bantuan AutodockTools-1.5.6rc3 sehingga
diperoleh file dalam bentuk pdbqt.
2.
Persiapan reseptor
Reseptor yang digunakan yaitu xantin oksidase
(Kode PDB: 2PRG) yang diperoleh dari Protein Data Bank dengan situs
http://www.rcsb.org/pdb/. Struktur tiga dimensi dari PPAR-𝛾 terdiri dari tiga rantai. Rantai yang
digunakan pada penelitian ini yaitu rantai C, sedangkan rantai A, rantai B dan
molekul kecil lainnya dipisahkan dari reseptor. Makromolekul kemudian
dipreparasi dengan penambahan atom hidrogen dan Kollman charges menggunakan
AutodockTools1.5.6rc3 sehingga diperoleh file dalam bentuk pdbqt.
3.
Validasi Program
Validasi program dilakukan dengan
men-docking-kan senyawa ligan asli (Thiazolidinediones) pada reseptor PPAR-𝛾. Parameter yang digunakan dalam validasi program
yaitu nilai Root Mean Square Deviation
(RMSD). Program dinyatakan valid apabila nilai RMSD hasil redocking ≤ 2 Å
(Kontoyianni et al., 2004).
4.
Proses Docking
Pengaturan grid box parameter ligan senyawa
uji dan reseptor dilakukan menggunakan AutodockTools-1.5.6rc3.
Dimensi grid box yang digunakan yaitu sesuai ukuran ligan (fit to ligand).
Koordinat grid box ditentukan berdasarkan koordinat ligan co-crystal dari file
reseptor yang digunakan. Parameter yang digunakan yaitu Genetic algorithm
dengan jumlah GA runs sebanyak 10 kali. Kemudian proses griding dan docking
dijalankan melalui program Command Prompt.
Proses docking dilakukan replikasi sebanyak 10 kali dengan 1 kali proses
menghasilkan 10 pose. Hasil akhir docking diperoleh sebanyak 100 pose.
5.
Analisa Data
Hasil docking dianalisis menggunakan Autodock
4.2.6. Penentuan konformasi ligan hasil docking (pose terbaik) dilakukan dengan
memilih konformasi ligan yang memiliki energi ikatan paling rendah. Parameter
yang dianalisa meliputi residu asam amino, ikatan hidrogen, konstanta inhibisi
prediksi, dan energi bebas ikatan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Validasi metode docking dilakukan dengan
metode redocking menggunakan ligan kokristal Thiazolidinediones yang terdapat
pada reseptor PPAR-𝛾. Dasar yang digunakan untuk memberikan penilaian proses validasi adalah
nilai Root Mean Square Deviation
(RMSD). Metode yang digunakan dikatakan valid jika nilai RMSD yang diperoleh
kurang dari 2 Ȧ (Kontoyianni et al., 2004). Berdasarkan hasil validasi ligan
asli Thiazolidinediones diperoleh nilai RSMD 1,119 Ȧ pada kondisi ligan yang
flexibel.
Gambar
1. Hasil Validasi Docking Reseptor PPAR-γ
Pengujian ligan dari senyawa aktif tanaman
ciplukan (Physalis angulata Linn.)
yaitu 4,7-didehydrophysalin B, Physagulin-F, Physordinose B, dan rutin dan ligan pembanding yaitu
Thiazolidinediones dilakukan melalui proses docking terhadap reseptor PPAR-γ.
Proses docking ligan dan reseptor dilakukan pada kalkulasi sumbu x, y, z pada
masing-masing koordinat: 50.806, - 38.214, 19.575 Ȧ dan resolusi grid 0.375 Ȧ
pada kondisi ligand flexibel. Proses docking dilakukan menggunakan gridbox
dengan ukuran sesuai ligan (fit to ligand).
Hasil docking senyawa aktif tanaman ciplukan
(Physalis angulata Linn.) yaitu 4,7- didehydrophysalin B, Physagulin-F, Physordinose B, dan rutin serta ligan pembanding yaitu Thiazolidinedione menunjukkan bahwa
nilai energi bebas ikatan terendah yaitu pada senyawa Physagulin-F seperti yang
dapat dilihat pada tabel 1. Hasil penambatan ini juga berkorelasi dengan prediksi
nilai konstanta inhibisinya dimana semakin kecil nilai energi bebas ikatan (ΔG)
yang dihasilkan maka prediksi nilai konstanta inhibisinya makin kecil. Semakin
kecil nilai energi bebas ikatan suatu hasil docking berarti komplek
protein-ligan makin stabil sehingga ligan senyawa makin poten (Purnomo 2013).
Jika dibandingkan Thiazolidinediones,
Physagulin-F memiliki nilai energi
bebas ikatan yang lebih rendah. Dengan demikian dapat diprediksi Physagulin-F memiliki afinitas yang
lebih baik dibanding Thiazolidinedione.
Interaksi reseptor dengan ligan yang
terbentuk setelah proses docking divisualisasikan dengan menggunakan software Discovery Studio 2016.
Visualisasi yang dilakukan ditujukan pada kandidat ligand terbaik yaitu Physagulin-F yang memiliki nilai energi
bebas ikatan yang lebih rendah dengan membandingkan dengan pose ligand asli
dari co-crystal yaitu Thiazolidinediones untuk melihat pose kompleks ligand
reseotor yang terbentuk di kantung aktif reseptor PPAR-𝛾. Visualisasi meliputi residu asam amino dan
interaksi ikatan seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar
2. Interaksi ikatan dan residu asam amino ligan uji dengan reseptor.
(a)
Physagulin-F; dan (b) Thiazolidinediones
Dari hasil visualisasi residu asam amino reseptor
PPAR-𝛾 yang berinteraksi dengan Thiazolidinedione dan ligand uji Physagulin-F dalam bentuk pose 3D dan 2D
menunjukkan kesamaan jumlah residu asam amino yang berinteraksi dalam bentuk
ikatan hidrogen antara residu asam amino reseptor PPAR-𝛾 yang berinteraksi dengan Thiazolidinedione dan ligand uji
Physagulin. Sedangkan untuk interaksi hidrofobik yang terbentuk antara Thiazolidinedione dengan residu asam
amino pada reseptor PPAR-𝛾 memiliki perbedaan jumlah residu yang berinteraksi dengan interaksi
hidrofobik antara ligand uji Physagulin-F
dengan residu asam amino pada reseptor PPAR-𝛾.
Interaksi hidrofobik mampu menstabilkan
interaksi ligan-reseptor dengan menurunkan nilai energi bebas ikatan (ΔG). Hal
ini dapat dilihat dari visualisasi hasil penambatan ligand uji Physagulin-F yang banyak memiliki fitur
interaksi hidrofobik dengan residu asam amino yang ada pada sisi aktif enzim
jika dibandingkan dengan Thiazolidinedione.
Banyaknya fitur interaksi hidrofobik yang dimiliki oleh kompleks Physagulin-F dan reseptor PPAR-𝛾 berkorelasi juga dengan perolehan nilai
energi bebas ikatan (ΔG) yang dihasilkan, dimana energi bebas ikatan (ΔG) untuk
Physagulin-F lebih rendah jika dibandingkan
dengan Thiazolidinedione sebagai
ligand co-crystal dan pembanding. Dengan demikian dapat diprediksi Physagulin-F memiliki afinitas yang
lebih baik dibanding Thiazolidinediones dan dapat dikembangkan sebagai kandidat
senyawa aktif yang berpotensi sebagai obat antidiabetes.
KESIMPULAN
Nilai energi bebas ikatan (ΔG) senyawa aktif
terbaik dari tanaman ciplukan (Physalis
angulata Linn.) terhadap reseptor
PPAR-𝛾 yaitu Physagulin-F dengan nilai energi bebas
ikatan (ΔG) -10,10 kcal/mol dan dapat berinteraksi lebih baik dibanding obat
antidiabetes Thiazolinedione yang memiliki nilai energi bebas ikatan (ΔG) -7,99
kcal/mol.
DAFTAR
PUSTAKA
Castorena, A.P., Hernández, I.Z., Martínez,
M., Maldonado, E. 2013. Chemical Study of Calyxes and Roots of Physalis
solanaceus. Record of Natural Products, 3(7): 230-233.
Hariana, A. 2011. Tumbuhan Obat dan
Khasiatnya. Seri 1. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal 89.
Kontoyianni, M., McClellan, dan Sokol. 2004.
Evaluation of Docking Performance : Comparative Data on Docking Algorithm,
Journal of Medicinal Chemistry, 47, 558- 565
Permana, R. B. 2013. Aktivitas Antidiabetes
Buah Ciplukan (Physalis Angulata Linn.)
pada Tikus Model Diabetes Melitus Tipe-2. Skripsi. Departemen Biokimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Pujari, S., Mamidala, E. 2015. Anti-diabetic
activity of Physagulin-F isolated from Physalis angulata fruits. The American
Journal of Science And Medical Research, 1(1): 53-60.
Purnomo, H. 2013, Kimia Komputasi Uji In Silico Senyawa Anti Kanker.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. WHO. 2016. Global Report on Diabetes. Fact Sheet.
Hal: 11.
SUMBER
Dina Pratiwi.
2021. Studi molecular docking senyawa dari tanaman ciplukan (Physalis
angulata linn.) sebagai antidiabetes pada reseptor PPAR-𝛾 Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.1 Februari
2021. https://media.neliti.com/media/publications/456378-none-88d7a14c.pdf.