Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Showing posts with label GHSA. Show all posts
Showing posts with label GHSA. Show all posts

Friday, 18 September 2020

Merespons COVID-19 dengan GHSA

I.     Negara Anggota dan Mitra Menegaskan Kembali Komitmen Mereka terhadap GHSA 2024

 

Pandemi COVID-19 menunjukkan bagaimana wabah penyakit menular di mana saja dapat memiliki konsekuensi kesehatan, ekonomi, politik, dan sosial yang menghancurkan di seluruh dunia. Tidak ada negara yang tidak tersentuh oleh COVID-19 dan tidak ada negara yang sepenuhnya siap untuk wabah berikutnya. Agenda Keamanan Kesehatan Global atau Global Health Security Agenda (GHSA) telah menjadi pelopor dalam mempercepat dukungan politik dan multisektoral untuk kesiapsiagaan keamanan kesehatan.

 

Diluncurkan pada tahun 2014, GHSA adalah inisiatif multilateral dari hampir 70 negara, organisasi internasional, masyarakat sipil, dan mitra sektor swasta yang bekerja sama untuk menjaga dunia aman dari ancaman penyakit menular. GHSA menyatukan berbagai sektor termasuk kesehatan, pertanian, keuangan, dan pertahanan untuk membangun kapasitas negara untuk mencegah, mendeteksi, dan menanggapi ancaman penyakit menular baik yang terjadi secara alami, disengaja, atau tidak disengaja.

 

Grup Pengarah GHSA menegaskan kembali komitmennya terhadap GHSA 2024 - fase strategis kedua dari inisiatif tersebut. Anggota mengadakan serangkaian pertemuan virtual untuk membahas tindakan nyata yang diperlukan untuk mencapai target GHSA 2024 di lebih dari 100 negara dengan kapasitas keamanan kesehatan yang diperkuat pada tahun 2024. GHSA bertujuan untuk membantu negara-negara dalam mengevaluasi status keamanan kesehatan mereka saat ini dan dengan memberikan keahlian yang berkontribusi untuk penerapan Rencana Aksi Nasional. Grup Pengarah GHSA telah berjanji untuk menempatkan prioritas tertinggi dalam memerangi penyebaran COVID-19 dan mengurangi dampak kesehatan, sosial, dan ekonominya.

 

II.  Pernyataan bersama dari Grup Pengarah GHSA

 

Perwakilan dari Global Health Security Agenda (GHSA) Steering Group, telah bertemu pada 11, 13, 19, dan 20 Mei 2020 untuk membahas kemajuan bersama dari inisiatif multilateral GHSA 2024, kontribusinya dalam menghadapi tantangan COVID -19, dan arah masa depan, dengan ini:

 

1. Mengakui bahwa komunitas global menghadapi biaya kesehatan, ekonomi, dan sosial yang tragis dari pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung, dan bahwa Polio dan COVID-19 bersamaan dengan Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional;

 

2. Puji kerja luar biasa, pengorbanan, dan komitmen komunitas dan individu selama upaya jarak fisik, termasuk tindakan penyelamatan jiwa dari petugas kesehatan lini depan kami;

 

3. Menggarisbawahi bahwa negara-negara terus menghadapi berbagai ancaman keamanan kesehatan, dan bahwa pandemi COVID-19 menyoroti keterbatasan yang diketahui dan yang sebelumnya tidak diakui dalam kapasitas nasional, regional, dan global untuk mencegah, mendeteksi, dan menanggapi ancaman penyakit menular, baik itu terjadi secara alami, disengaja, atau tidak disengaja;

 

4. Mengakui bahwa GHSA telah mempercepat dukungan politik dan multisektoral untuk kesiapsiagaan keamanan kesehatan, dan bahwa banyak negara, organisasi internasional, dan entitas sektor non-pemerintah dan swasta telah membuat kemajuan nyata untuk memperkuat kapasitas inti kritis sejak 2014, diperkuat oleh Penilaian Percontohan GHSA , Evaluasi Eksternal Bersama Organisasi Kesehatan Dunia dan Rencana Aksi Nasional untuk Keamanan Kesehatan, dan Evaluasi Jalur PVS Organisasi Kesehatan Hewan Dunia;

 

5. Menggarisbawahi komitmen bersama dan berkelanjutan kami untuk berkontribusi terhadap target GHSA 2024 di lebih dari 100 negara yang memperkuat dan meningkatkan kapasitas di setidaknya lima bidang teknis pada tahun 2024, yang terus menjadi kebutuhan paling penting bagi kesiapsiagaan negara, regional dan global melawan epidemi dan pandemi; dan,

 

6. Tekankan bahwa penyebaran penyakit menular seperti COVID-19 hanya dapat dihentikan oleh solidaritas global, kerja sama lintas berbagai sektor dan mitra internasional, melalui pendekatan seluruh pemerintah dan seluruh masyarakat, dan tekankan keinginan kita untuk bekerja sama tentang masalah yang menjadi perhatian bersama dalam pandemi COVID-19 dan wabah penyakit menular di masa depan, terutama yang terjadi pada antarmuka manusia-hewan-lingkungan.

 

Kami berjanji untuk menempatkan prioritas tertinggi dalam memerangi penyebaran COVID-19 dan memitigasi dampak kesehatan, sosial, dan ekonominya, sambil memajukan prioritas dan praktik terbaik yang strategis dan diakui untuk mencapai dan mempertahankan keamanan kesehatan global yang kritis dan kapasitas respons pandemi. Dengan ini kami menegaskan kembali komitmen kami untuk:

 

1. Meningkatkan keamanan kesehatan global melalui kerja sama internasional yang tepat waktu dan transparan serta koordinasi kebijakan berdasarkan ilmu pengetahuan dan bukti, sesuai dengan hak asasi manusia universal, untuk menghentikan penyebaran dan mengurangi dampak buruk kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi dari pandemi COVID-19 dan masa depan ancaman kesehatan masyarakat, termasuk melalui penerapan Peraturan Kesehatan Internasional (2005), dan mendorong orang lain untuk segera melakukan hal yang sama;

 

2. Terus memelopori aspek kepemimpinan kritis dalam respons keamanan kesehatan, seperti transparansi, berbagi informasi yang tepat waktu dan cepat, dan peningkatan kapasitas dalam masalah keamanan kesehatan global, termasuk COVID-19 dan wabah penyakit menular lainnya, melalui mekanisme GHSA dan mekanisme lain yang ada. di tingkat regional dan global;

 

3. Menjaga kesiapsiagaan menghadapi ancaman penyakit menular seperti COVID-19 sebagai prioritas tingkat pemimpin, dengan menyadari pentingnya tidak hanya pemulihan dan mitigasi, tetapi juga kesiapsiagaan yang berkelanjutan terhadap risiko penyakit menular yang diketahui dan tidak diketahui pada periode pasca-pandemi;

 

4. Bekerja sama dengan keanggotaan GHSA yang lebih luas, mitra internasional, dan komunitas multisektoral untuk membangun jaringan dan memelihara kesiapsiagaan dan kapasitas respons tingkat negara dan regional yang waspada terhadap ancaman kompleks yang ditimbulkan oleh penyakit menular terlepas dari asalnya, untuk mendukung GHSA Target 2024, termasuk mendemonstrasikan komitmen nyata dan kemajuan pada pertemuan Menteri GHSA Thailand 2020; dan,

 

5. Menunjukkan kepemimpinan untuk mengatasi kebutuhan mendesak akan kesiapsiagaan dan untuk memberikan koordinasi tentang kebutuhan di antara negara-negara anggota terhadap pandemi atau ancaman epidemi berikutnya yang berkaitan dengan keamanan kesehatan global, dengan memperhatikan pembelajaran konkret dan praktik terbaik yang dibagikan selama COVID-19 respon untuk memastikan bahwa tindakan strategis inisiatif multilateral GHSA membantu negara-negara di masa depan.

 

III.    PERTEMUAN TINGKAT MENTERI GHSA KE-6

Thailand akan menjadi tuan rumah Pertemuan Tingkat Menteri ke-6 dengan tema “Bridging Cooperative Action for Global Health Security” yang akan diselenggarakan pada 18-20 November 2020.

 

Sekarang, lebih dari sebelumnya, dunia mengakui momen ini sebagai waktu paling penting untuk menyoroti keamanan kesehatan global dan untuk mengamankan komitmen GHSA. Pertemuan Tingkat Menteri berupaya memperkuat keterlibatan multidisiplin dan koordinasi multisektoral sambil menekankan pentingnya kesiapan keuangan untuk ancaman kesehatan.

Ini adalah waktu yang tepat untuk menyoroti kemajuan yang dibuat serta menguraikan tindakan yang akan memungkinkan negara-negara untuk mencegah dan mengelola krisis kesehatan dengan lebih baik yang telah disaksikan dunia dengan COVID-19.

Sehubungan dengan situasi global saat ini terkait pandemi COVID-19, maka Pertemuan Tingkat Menteri akan dilaksanakan secara virtual.

Agenda terakhir, undangan resmi dan detail lainnya akan segera hadir.

Pertemuan Sampingan untuk Pertemuan Tingkat Menteri akan berlangsung dari tanggal 15 Oktober hingga 5 November. Jika Anda tertarik untuk mengadakan pertemuan sampingan, silakan lihat formulir terlampir untuk informasi lebih lanjut dan Anda dapat merujuk ke thai.ghsacounit@gmail.com untuk pertanyaan lebih lanjut.

 

Panduan untuk Rapat Sampingan

Sebagai pelengkap Pertemuan Tingkat Menteri GHSA ke-6

Tanggal Rapat Sampingan Virtual: 15 Oktober 2020 - 5 November 2020

Pertemuan Tingkat Menteri GHSA ke-6 dengan tema “Menjembatani Tindakan Kerja Sama untuk Keamanan Kesehatan Global” akan berlangsung secara virtual pada 18-20 November 2020 dan akan diselenggarakan oleh Thailand. Karena situasi COVID-19 global dan format virtual Pertemuan Tingkat Menteri GHSA, semua acara sampingan akan diadakan secara virtual, sebelum Pertemuan Tingkat Menteri. Thailand telah mempertimbangkan secara serius untuk memastikan bahwa tujuan dari Pertemuan Tingkat Menteri tetap dapat tercapai melalui pertemuan virtual. Untuk mengakomodasi dan melibatkan peserta, berbagai platform akan ditawarkan bagi peserta untuk mengakses rapat dan fungsi interaktif akan tersedia.

 

Catatan

Batas waktu pengajuan proposal untuk pertemuan sampingan adalah: 31 Agustus 2020 Tanggapi dengan mengirimkan proposal Anda ke Unit Koordinasi GHSA Thailand di thai.ghsacounit@gmail.com dan CC Ketua GHSA, Belanda di GHSA-NL@minvws.nl Proposal akan direview oleh panitia penyelenggara untuk Ministerial Meeting.

 

Target Kerangka Kerja GHSA 2024

Pada tahun 2024, lebih dari 100 negara yang telah menyelesaikan evaluasi kapasitas jaminan kesehatan akan menjalani perencanaan dan mobilisasi sumber daya untuk mengatasi kesenjangan, dan sedang dalam proses melaksanakan kegiatan untuk mencapai dampak. Negara-negara ini akan memperkuat kapasitas mereka dan mendemonstrasikan peningkatan setidaknya di lima bidang teknis ke tingkat 'Kapasitas yang Ditunjukkan' atau tingkat yang sebanding, seperti yang diukur dengan penilaian keamanan kesehatan yang relevan, seperti yang dilakukan dalam Kerangka Kerja Pemantauan dan Evaluasi IHR WHO.

 

Tujuan Pertemuan Menteri:

Tujuan tersebut bertujuan untuk menegaskan kembali peran penting yang dimainkan GHSA 2024 dalam mengkatalisasi tindakan multi-sektoral untuk mencapai target global bagi keamanan kesehatan dengan berfokus pada prioritas utama, tantangan, perubahan dan tindakan yang diperlukan.

1. Untuk mendorong koordinasi dengan sektor terkait termasuk urusan luar negeri, keamanan, keuangan, transportasi, pertahanan, dan sektor swasta dalam mewujudkan tujuan GHSA, peran dan tindakan khusus.

 

2. Untuk mempromosikan keterlibatan multi-disiplin di seluruh sektor kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.

 

3. Untuk berbagi praktik terbaik, sumber daya khusus, dan tindakan nyata untuk anggota yang selaras dengan Kerangka Kerja.

 

4. GHSA 2024 Untuk mendorong kesiapan keuangan yang lebih besar guna mendukung penguatan kapasitas untuk mencegah, mendeteksi, dan merespons wabah penyakit.

 

Batas Waktu yang harus diperhatikan

1. Pengajuan proposal ke Unit Koordinasi GHSA Thailand: 31 Agustus 2020.

 

2. Jadwalkan pertemuan sampingan yang akan berlangsung antara 15 Oktober 2020 hingga 5 November 2020.

 

3. Setiap penyelenggara pertemuan sampingan diwajibkan untuk menyerahkan laporan akhir dan presentasi ke Thailand selambat-lambatnya 11 November 2020 (satu minggu sebelum pelaporan kembali).

 

4. Penyelenggara semua rapat sampingan akan melaporkan kembali ringkasan presentasi rapat mereka pada 18 November 2020, secara virtual, diikuti dengan diskusi.

 

5. Dalam Sidang Paripurna tanggal 19 November 2020, key message dari rapat-rapat sampingan akan disampaikan oleh penyelenggara Rapat Tingkat Menteri.

 

Harap lengkapi semua bagian dari dokumen ini untuk menyerahkan proposal Anda untuk mengatur pertemuan sampingan pada Pertemuan Tingkat Menteri GHSA.

Judul Pertemuan Sampingan:

__________________________________________________________

Paket Tindakan Penyelenggara Pertemuan Samping / Negara / Organisasi: _________________________

Nama Kontak Penunjuk: ________________

Alamat Email Titik Kontak: ____________________

 

Jenis Rapat (pilih satu):

Hanya Undangan atau

Terbuka untuk Semua Peserta yang Tertarik

 

Deskripsi Pertemuan Sampingan (side meeting):

Deskripsi Pertemmuan Sampingan harus mencakup:

- Latar Belakang

- Tujuan

- Dosen / pembicara / fasilitator

- Cara pertemuan sampingan yang diusulkan selaras dengan satu atau lebih tujuan Pertemuan Tingkat Menteri dan cara di mana hal itu berkontribusi pada Target Kerangka Kerja GHSA 2024 (lihat di atas)

Sebagai tambahan, isilah tabel berikut dengan kegiatan dan agenda secara keseluruhan:

No

Topik Pembicara dan Moderator

Durasi (jam)

Format pertemuan (misalnya keynote, diskusi panel, diskusi terbuka, dll.)

Komponen rapat virtual (mis. Pra-rekaman, konferensi jarak jauh, siaran langsung, dll.)

Terdapat baris 1, 2 dan 3

Tambahkan baris tambahan sesuai kebutuhan

 

Konteks, tema, dan hasil

Topik 1: Alasan: Output utama yang diharapkan:

Topik 2: Alasan: Output utama yang diharapkan:

Topik 3: Alasan: Output utama yang diharapkan:

Tambahkan topik tambahan sesuai kebutuhan

Tanggal dan waktu Pertemuan Sampingan yang Diusulkan (Waktu Indochina) Pertemuan sampingan dapat diadakan beberapa kali secara virtual dari tanggal 15 Oktober 2020 hingga 5 November 2020.

 

Tanggal : ____________

Waktu :

09.00 - 12.00.

13.00 - 16.00.

16.00 - 19.00

Waktu lain (sebutkan)

 

Jumlah peserta yang diharapkan: ____________

Peran dan Kontribusi dari Pembawa Acara Pertemuan Sampingan

Pengorganisasian, menyiapkan materi, memfasilitasi sesi, mengundang peserta, menyerahkan laporan akhir dan presentasi, pelaporan kembali pada 18 November.

Harap tentukan permintaan tambahan untuk pertemuan sampingan yang Anda usulkan: Peran dan Kontribusi Penyelenggara Pertemuan Tingkat Menteri (Thailand) Thailand akan menyediakan platform virtual untuk menjadi tuan rumah pertemuan.

Setiap bagian-bagian di atas harus diisi secara lengkap untuk mengimplementasikan komponen virtual dan detail rapat secara efektif.

 

Sumber:

Global Health Security Agenda, https://ghsagenda.org/2020/07/23/joint-statement-of-the-global-health-security-agenda-steering-group/


Sunday, 10 November 2019

GHSA 2nd Commitment Meeting

 

Global Health Security Agenda 2nd Commitment Meeting Jakarta, Indonesia - 21-23 August 2014

 

Meeting Summary

Key Objectives

1. Continue building support among international global health security stakeholders, across multiple sectors, to more fully engage them in the GHSA, specifically in anticipation of the White House Event, September 26, 2014

2. Engage and outreach to countries and stakeholders not previously involved in GHSA, to stress importance and spur interest and participation for the long term

3. Raise visibility of Indonesia leadership of GHSA and recognition of Indonesia’s advances in work/programs related to Global Health Security Overarching Summary

The GHSA Jakarta meeting was attended by over 35 countries, with multiple sectors represented, and included representation from multiple international organizations WHO, FAO, and OIE. The two day event provided the opportunity to have candid discussion about current global health security challenges and existing needs, such as the Ebola outbreak in West Africa and ongoing challenges related to continued emergence and spread of Antimicrobial Resistance. Emphasis was given on how the Global Health Security Agenda can serve as a conduit in bringing together international attention, political will and leadership, and resources necessary to truly impact the capacities necessary to “prevent, detect, and respond” to infectious disease threats.

Action Package leaders were able to present the progress made thus far on specific Action Packages, discuss potential clear indicators of progress, and next steps for leaders and participants in potential areas of work they could take on as part of their GHSA commitment.

Participants were also able to learn more about the upcoming High-level White House GHSA meeting taking place on 26 September 2014. Additionally, ideas on next steps for the Agenda post-September were presented and countries had the opportunity to weigh-in on an approach for a GHSA leadership and coordinating structure to best fit the needs of the group.

An additional half-day session was held on Friday, specifically for Action Package leaders. This meeting provided an opportunity to discuss next steps on how Action Package leaders should communicate and their role in GHS leadership; included a technical discussion on current and needed clear indicators for the Action Packages; and the need for Measurement and evaluation of progress toward GHSA objectives.

Plenary Sessions Day 1
The meeting was opened with remarks from GOI Minister Mboi (MOH) and Minister Suswono (MOA). Their remarks underscored that although we have made progress toward global health security as an international community, events such as the ongoing Ebola outbreak in West Africa highlight how far we still have to go in order to achieve the vision of the Global Health Security Agenda – a world safe and secure from infectious disease threats, regardless of origin. Minister Mboi emphasized the successes of multisectoral collaboration and cooperation in Indonesia, stating that it is absolutely necessary to address the challenge set before us in responding to the ever-changing landscape of infectious disease threats, specifically highlighting the OneHealth approach as a key.

Video remarks by Margaret Chan, and words from representatives from FAO and OIE stressed the need to combat the threat from antibiotic resistant bacteria; the urgency of immediate threats, such as the Ebola outbreak in West Africa, but also the necessity of working to build sustainable, long-term capacities to adequately address future disease threats; the importance of collaboration across sectors to ensure early detection of the emergence and presence of such threats and drew attention to the underlying factors that increase susceptibility to infectious diseases, such as food insecurity, environmental stress, and poverty. WHO/OIE/FAO also spoke in the afternoon session stressing key messages describing linkages between the International Health Regulations (IHR, 2005) and the GHSA, including overlapping goals in the areas of surveillance, lab capacity, preparedness, response, zoonotic diseases, human resources; the need for higher political will to combat infectious disease threats, specifically strengthening the weakest link in the chain – the veterinary sector; the multiple threats posed by zoonotic diseases regardless of whether they are naturally occurring, accidentally released, or deliberately spread, due to their potential impacts on food security, economics, and human health stressing that countries needed to continue to enhance cross-linkages between the animal and human health sectors.

The United States (Holly Wong/Beth Cameron) provided an overview of the initial launch event and progress made to date; stressing the overarching goal of strengthening global collective capabilities to prevent, detect, and rapidly respond to infectious disease outbreaks, the U.S. commitment to the Agenda (CDC/DTRA activities); and details on the September 26th event. Permanent Secretary Paivi Sillanaukee (Finland) provided a summary report on the GHSA Meeting held in Helsinki and highlighted the continued commitment of Finland to the GHSA, including a pledge of $1million toward the West Africa Ebola response efforts of the WHO and the Red Cross, as well as supporting training activities for veterinary and public health personnel from developing countries. Mr.

Herbert Barnard (Netherlands) provided a summary of the Ministerial meeting on antimicrobial resistance held in The Hague in June 2014, describing specific steps needed toward combatting antimicrobial resistance: prevention of disease transmission through infection control practices; prudent use of antibiotics in both health care and agricultural sectors; and the need to quickly develop new antibiotics to replace those that have become essentially obsolete. Representatives from Uganda and Vietnam both described challenges and successes in preventing, detecting, and responding to zoonotic disease threats within their countries.

Finally, Dr. David Nabarro, UN Systems Special Coordinator for Ebola Outbreak Response, Special Representative on Food Security and Nutrition for the United Nations provided video remarks calling for joint actions across nations and sectors to address challenges in health security, the importance of biomedical, social, and managerial sciences in guiding the response to disease threats, and further emphasized that not only health concerns should be considered, but also the economic, humanitarian, security, and political dimensions.

Panel on the Indonesian Experience with Zoonotic Diseases and Scenario-Based Exercise

Professor Amin Subandri - Moderator

Professor Wiku Bawono Adisasmito, National Commission on Zoonoses Control

Professor Tjandra Yoga Aditama, Ministry of Health

Dr. Pudjiatmoko, Director of Animal Health, Ministry of Agriculture

The group’s discussion highlighted the mobilization of a whole-of-government effort to combat H5N1 and other zoonotic diseases that impact Indonesia, emphasizing the requirement for both financial and human resources. They also described the need for coordination and information sharing between the animal and human health sectors and the importance of engaging local stakeholders, including governments, the community, and the media.

Meeting participants organized into multi-sectoral discussion groups to work through a series of presented scenarios in order to address specific questions. This exercise emphasized the need for a coordinating mechanism at the national level to assist and highlighted the importance of information-sharing between the human and animal health sectors.

Plenary Session Day 2

Day 2 began with WHO Ludy Suryantoro providing a status update and discussing current efforts/activities to combat the Ebola outbreak in West Africa. Their role has included multiple functionalities – epidemiology, communication, lab personnel, contact tracing alluding to the immenseness of the current response effort and the need for continued support from others at all levels of outbreak response. He also emphasized that such an outbreak of international concern demands international engagement and should drive towards international collaboration and solidarity. Current pressing needs were described including the ability for safe and accurate lab diagnosis, infection control, vehicles and telecommunications capabilities in order to accomplish goals on an unprecedented scale. A new strategy for Ebola forthcoming will be communicated t via

WHO HQ.

Participants from Kenya described the role and activities of their country’s Zoonotic Disease Unit collaboration, directly supporting a OneHealth approach. In 2008 a zoonoses technical working group was established which led to an official MOU to support the unit (2011) and launch in 2012.

The unit developed a priority disease list for zoonoses and a strategic plan for implementation.

Activities thus far include guidelines development and risk mapping for RVF; future planned activities are to strengthen their current surveillance system, addressing interoperability, inclusion of zoonoses not in current guidelines and increasing capabilities for information sharing.

The Action Package Marketplace

Dr. Petri Ruutu and Dr. Beth Cameron provided an overview of the Action Package process to date, and the goals of the Action Package Marketplace session; emphasizing the need to develop targets that could be used to measure countries’ progress over the next five years. Participant then broke into groups and Action Package leaders led discussions on where they were in the development process, suggested activities for participating countries, and potential next steps; reaching out to other countries to join their Action Packages and learning potential additional areas where they could focus.

Conclusions from Action Package Discussions

Full readouts from each session can be found in Annex 1
GHSA Next Steps and Meeting Conclusions
The final session for the meeting was a discussion moderated by the U.S., Finland, and Indonesia on the structure of the GHSA moving forward and how to effectively track progress. A Steering Group structure was proposed with the purpose to provide leadership for the GHSA over the next five years by tracking progress, providing coordination and ensuring global leadership and commitment. Components and suggested structure/role:

 Steering Group – to provide high level oversight and political support; comprised of six countries with multi-sectrol representation from 2-3 Ministries; Chair rotates annually with two chairs; WHO, FAO, OIE advisers; Advisers from development banks and foundations

 Action Package Leaders – Develop and maintain Action Package frameworks and associated country commitments.

 Working level support team – provides administrative technical support; rotates with the Steering Group Chain or one country takes on this role for several years

Activities to continue to support GHSA goals could include:

 Annual ministerial level meeting
 Quarterly meetings at AS level
 Quarterly meetings for AP leaders
 Working level support team tracks Action Package implementation and prepares quarterly progress updates

Measurement and evaluation mechanisms were also discussed with the need to provide accountability and drive progress. An independent, objective and transparent process was proposed for assessment against measurable GHSA Action Package targets. Countries were able to provide comments on the proposed structure and emphasized the following main points:

 Support for the steering group but concern over a heavy-handed structure, specifically if more than one high-level representative was included on the steering group. Countries noted the need to not duplicate existing structures or work streams and most importantly that prepping for meetings could detract from doing the actual critical GHS work.

 The idea was suggested of modifying to permanent secretariat but staffed by donated individuals by other countries

 Emphasized the need to be flexible in the way that we work and need to be creative about the way we incorporate meetings potentially utilizing existing mechanisms and fora.

 Annual technical exchange of information and function of the lead countries is important as well as an informal collaboration mechanism.

Friday Action Package Leaders Discussion

Friday’s discussion focused on three main topics:
 Next steps for Action Package Leaders communication and GHSA leadership
 Technical Discussion of Action Package targets and indicators
 Measurement and evaluation of progress toward GHSA objectives
The first session focused on how Action Package Leaders can organize themselves and continue playing a leadership role; how individual action package leadership will be organized; and how communications will proceed going forward. Countries shared both ideas and experiences on how to incorporate contributing countries and how to maintain linkages with international
organizations into action packages, noting that an informal coordination approach involving phone calls and email has worked well and could benefit from additional electronic communication tools, such as an Action Packages website.

The group also discussed the Steering Group from the Action Package Leaders point of view and their role in GHSA leadership moving forward. Attendees noted that thought needs to be given to how to elevate the whole of global health security—taking a systematic approach to political leadership while keeping a “light-touch” structure in order to obtain the resources and momentum necessary to achieve GHSA goals. The group discussed the importance of taking a bottom-up approach in looking for solutions and identifying gaps, and it was pointed out that the Steering Group can support the Action Package leaders in a way that is consistent with a bottom-up approach. The moderators invited comments and views from countries on how to shape the Steering Group over the coming weeks; the intent in plugging the AP leaders into the steering group was to generate the political will to drive progress.

The second session focused on the need to develop clear indicators for all 11 Action Packages in light of the fact that “what gets measured gets done.” The group reviewed examples of Action Packages with clear indicators and then focused attention on Action Packages that still needed a clear indicator. The group discussed the challenges and benefits of developing an indicator for each Action Package, which would be uniform across all countries, and how to shape them given the different stages of development across countries. Participants agreed to finalize Action Packages, including targets and indicators, by early September.

The third session focused on measurement and evaluation and was moderated by Dr. Rainer Engelhardt from Canada. Dr. Engelhardt began by describing the distinctions between measurement and evaluation, and pointed out that while measurement is integral to those conducting the work, evaluation could be conducted by an external entity. He stressed the value of measurement and evaluation in that it can demonstrate whether the results of activities designed to meet an objective, support the initial intent in practice. In the case of GHSA, an external, independent assessment could examine whether overarching GHSA goals were achieved.

The group discussed the necessity of measurement and evaluation for obtaining funding, both from government and non-governmental sources. Participants agreed that progress should be measured, but there is a question of whether all countries report against all Action Packages or just where they have made commitments. Some participants emphasized the value of a minimum package of reporting globally to provide a comprehensive view on progress. The importance of avoiding duplication of existing reporting systems was also stressed. The group discussed the importance of conducting measurement and evaluation during these next five years of the GHSA, to allow for course correction. Meeting participants agreed to external assessment of progress toward GHSA objectives, which would be conducted by an independent entity.

Monday, 3 October 2016

Mengungkap ZDAP! Paket Aksi Zoonosis Global yang Diam-Diam Menyelamatkan Dunia dari Wabah Mematikan!

 


Paket Aksi Penyakit Zoonosis (Zoonotic Diseases Action Package - ZDAP)

 

I.  Bagaimana negara pemimpin ZDAP melibatkan negara peserta lainnya?

1.Mendorong partisipasi negara-negara dan organisasi lain dalam ZDAP serta mengupayakan agar mereka bergabung dan/atau memainkan peran kepemimpinan dalam ZDAP.

2.Semua negara peserta GHSA harus memperkuat penggunaan PVS secara selaras dengan IHR 2005 dalam kerangka JEE dan alat lainnya, sesuai dengan target yang tercantum dalam Road Map ZDAP, dengan mempertimbangkan pelajaran yang telah diperoleh serta praktik terbaik yang diterapkan di negara lain.

 

II. Apa tantangan dan peluang dalam pelaksanaan peta jalan Paket Aksi GHSA?

  • Tantangan dan peluang yang diidentifikasi dalam penggunaan PVS dan IHR 2005 dalam alat JEE, khususnya di bidang koordinasi, kolaborasi, dan keseimbangan representasi sektor, harus diperbaiki.

 

III. Kegiatan Terkini (2014 - 2016)

1.Membangun komitmen global terhadap pendekatan multisektoral untuk menangani penyakit zoonosis yang muncul dalam mendukung GSHA dalam kerangka kesehatan masyarakat.

2. Strategi ASEAN untuk Eliminasi Rabies dan Rencana Aksinya.

3. Pembaruan kegiatan dengan kelompok pengarah GHSA.

4. Konferensi OIE di Paris pada Juni 2015.

5. Konferensi Internasional ZDAP di Vietnam (Rencana Aksi ZDAP).

6.Lokakarya Asia-Pasifik tentang Kolaborasi Multisektoral untuk Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis di Sapporo, Jepang, tahun 2015.

7.  Eliminasi global rabies yang ditularkan anjing: The Time is Now serta pertemuan teknis awal dengan Pusat Kolaborasi WHO di Jenewa, 2015.

8.     Mengirim penilai untuk JEE.

9. Pertemuan kedua ZDAP di Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, 22 Agustus 2016.

 

IV. Apa mekanisme koordinasi dan upaya untuk memperkuat Paket Aksi?

1.Meningkatkan komunikasi (non-teknis) tentang pentingnya dan relevansi zoonosis serta pendekatan One Health kepada masyarakat dan pembuat kebijakan, termasuk dengan kementerian keuangan, dalam negeri, perencanaan, dan interior.

2.Semua negara peserta GHSA harus memperkuat penggunaan PVS dalam harmoni dengan JEE dan alat lainnya sesuai target yang tercantum dalam Road Map ZDAP, dengan mempertimbangkan pelajaran yang telah diperoleh serta praktik terbaik yang diterapkan di negara lain.

 

V. Apa praktik terbaik yang dapat dibagikan?

1. Program pencegahan dan pengendalian zoonosis yang terintegrasi.

2.Peningkatan pengetahuan dan keterampilan di kalangan pekerja kesehatan dan sektor pendidikan.

3. Pemberdayaan masyarakat terintegrasi melalui IEC.

4. Sistem surveilans terpadu, investigasi wabah, dan pelaporan dari kabupaten/kota, provinsi, hingga tingkat pusat (seperti flu burung, rabies, antraks).

5.  Surveilans sentinel untuk zoonosis.

6.  Jaringan Epidemiologi dan Laboratorium Zoonosis (Empat Arah Penghubung).

7.Pertemuan pakar tentang kesehatan manusia dan hewan yang terintegrasi untuk zoonosis.

 

Alat, Panduan, dan Praktik Terbaik untuk Kolaborasi 2016
 

a. Pusat Operasi Darurat (Emergency Operations Center - EOC) dan ZDAP di Vietnam.
b. Rencana Strategis Eliminasi Rabies pada Manusia di Kenya (2014-2020).
c. Proyek dan Mitra GHSA di Vietnam.
d. Tanya Jawab tentang Rabies.
e. Komik Elektronik tentang Zoonosis.
f. Buku Saku Flu Burung.

 

Koordinasi, Kerja Sama, dan Kemitraan Antar Sektor untuk Pengendalian Zoonosis di Indonesia (1972-2016)

 

1.MOU tahun 1972 (Dirjen P2P Kemenkes dan Dirjen Peternakan, Kementan): Memperkuat pengendalian zoonosis.

2.Keputusan Tiga Menteri tahun 1978 (Menteri Kesehatan, Pertanian, Dalam Negeri): Pedoman pengendalian rabies.

3. Komisi Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Pandemi tahun 2006 (Keputusan Presiden No. 7 Tahun 2006): Rencana Strategis Nasional untuk Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Pandemi Influenza.

4.Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis tahun 2011 (Keputusan Presiden No. 30 Tahun 2011): Rencana Strategis Nasional untuk Pengendalian Zoonosis Terintegrasi, 2012.

 

Model Logika ZDAP

 

1. Input:

 

a. Kebijakan dan regulasi: Panduan Teknis GHSA dan dokumen IHR.

b. Tenaga kerja dan pelatihan.

c. Dana.

d. Material: Manual dan protokol.

e. Mitra nasional: Pemerintah terkait, sektor publik, dan swasta.

f. Mitra internasional: WHO, FAO, OIE, Bank Dunia, negara mitra GHSA.

 

2. Aktivitas/Proses:


a. Penilaian dan perencanaan.

b. Pengembangan dan implementasi kerangka kerja.

c. Pengembangan tenaga kerja.

d. Kebijakan pencegahan.

e. Tanggap darurat wabah.

f. Kemitraan dan kolaborasi.

g. Komunikasi dan pelaporan.

 

3. Pemantauan dan Evaluasi

 

4. Hasil:

 

a. Jangka pendek (1-3 tahun):

  • Sistem kesehatan, laboratorium, dan surveilans mampu mendeteksi penyakit zoonosis prioritas.

  • Kebijakan nasional untuk mendeteksi, mencegah, dan mengendalikan wabah zoonosis.

  • Respons wabah bersama terhadap ancaman zoonosis secara real-time.

  • Pelatihan staf kesehatan hewan dan masyarakat dalam implementasi pendekatan One Health.

b. Jangka menengah (3-4 tahun):

  • Mengurangi waktu deteksi ancaman zoonosis.

  • Pemberitahuan dini wabah zoonosis di sektor kesehatan hewan dan manusia.

  • Inovasi dalam pencegahan, deteksi, dan respons penyakit zoonosis.

c. Jangka panjang (5+ tahun):

  • Pencegahan epidemi zoonosis yang dapat dicegah pada hewan dan manusia.

  • Mengurangi dampak wabah alami serta pelepasan patogen berbahaya secara internasional atau tidak sengaja.

 

6. Apakah perlu bantuan eksternal untuk memperkuat implementasi Paket Aksi?

1. Meningkatkan kapasitas dan jumlah sumber daya manusia.

2.Dukungan bantuan teknis (WHO dan FAO) untuk pakar zoonosis: rabies, pes, leptospirosis, antraks, dll.

3. Penguatan kapasitas laboratorium untuk zoonosis.

4. Dukungan pengembangan penelitian tentang zoonosis.

 

7. Tonggak dan Kegiatan Utama untuk 2016

1. Kolaborasi pelatihan IHR dan PVS untuk layanan kesehatan manusia dan hewan.

2.Meningkatkan dan memperkuat surveilans serta diagnosis (deteksi dini) kesehatan manusia dan hewan dengan memanfaatkan sistem yang ada.

3.Advokasi kebijakan dan regulasi tentang perdagangan dan produksi unggas serta ternak untuk pemangku kepentingan multisektoral nasional.

4.Memperkuat real-time bio-surveillance untuk implementasi pada hewan dan manusia.

5. Sosialisasi zoonosis bersama untuk tenaga kesehatan manusia dan hewan.

 

8. Rencana Aksi Lima Tahun

1. Menekankan pendekatan One Health di semua sektor pemerintah yang relevan.

2. Melaksanakan program pelatihan gabungan IHR dan PVS untuk layanan kesehatan manusia dan hewan.

3.Meningkatkan kompatibilitas data surveilans diagnostik hewan dan manusia yang ada.

4.Mengembangkan kebijakan nasional multisektoral dan pedoman regulasi yang mendukung produksi serta pemasaran unggas dan ternak.

5.Mendukung implementasi arsitektur nasional untuk real-time bio-surveillance, mencakup populasi hewan dan manusia untuk pemantauan dan pelaporan penyakit.

6.Secara aktif mengusulkan kompetensi inti dan persyaratan sistem untuk implementasi sistem surveilans.

7.Meningkatkan, menghubungkan, dan memperluas kemampuan analitis dalam sistem pelaporan penyakit untuk memastikan informasi yang relevan diterima WHO, FAO, dan OIE.

8.Memperkenalkan kerangka operasional yang mendukung pemberitahuan multisektoral untuk wabah yang dicurigai berasal dari zoonosis pada tahap awal kemunculannya.

9.Memperkenalkan sistem yang mendorong penelitian komplementer untuk tujuan kesehatan masyarakat.

 

9. Penutup