Benih
bersayap Alsomitra macrocarpa adalah salah satu biji bersayap terbesar
di dunia tumbuhan. Ia seakan menjadi bukti betapa Allah Swt. telah merancang
ciptaan-Nya dengan penuh kesempurnaan. Bayangkan, di suatu sore cerah di Kebun Raya Bogor, puluhan biji bersayap—berwarna cokelat di tengah dengan sayap putih yang halus—meluncur dari pohon tua yang menjulang tinggi, berputar anggun layaknya pesawat layang mini hingga akhirnya mendarat di tanah. Momen
itu bukan hanya indah secara visual, tetapi juga menunjukkan bagaimana prinsip
aerodinamika bekerja secara alami untuk membantu tumbuhan menyebarkan
generasinya.
Allah
Swt. berfirman:
"Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi
Kami-lah perbendaharaannya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan
ukuran yang tertentu." (QS.
Al-Hijr [15]: 21)
Ayat
ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu di alam semesta, termasuk sayap
benih Alsomitra, diciptakan dengan ukuran dan keseimbangan yang
sempurna.
Saat melayang, biji Alsomitra menunjukkan dua pola
gerakan. Pertama, gerakan meluncur maju dalam lintasan spiral yang
lebar. Kedua, gerakan yang disebut osilasi phugoid—benih sempat terangkat,
berhenti sejenak, lalu turun perlahan sebelum kembali berakselerasi untuk
terangkat lagi. Bagi para insinyur penerbangan, osilasi ini biasanya dianggap
mengganggu stabilitas pesawat. Namun, pada benih Alsomitra, gerakan itu
justru memperlambat jatuhnya benih dan memperpanjang waktu mereka melayang di
udara. Semakin lama biji berada
di udara, semakin besar peluang angin untuk membawa mereka jauh dari pohon
induknya.
Fenomena ini menjadi pengingat firman Allah Swt.:
"Dialah yang memperjalankan angin sebagai
pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan). Hingga apabila
angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu
Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu
berbagai macam buah-buahan..." (QS. Al-A’raf [7]: 57)
Jika angin mampu membawa awan mendatangkan hujan, maka
tidaklah sulit bagi Allah untuk menjadikannya sarana bagi biji-biji kecil
berpindah ke tempat baru agar tumbuh menjadi kehidupan yang baru pula.
Mengapa tumbuhan harus menyebarkan benihnya sejauh
mungkin? Jawabannya sederhana: demi kelangsungan hidup. Jika benih jatuh
terlalu dekat dengan induknya, mereka akan berebut cahaya, air, dan nutrisi.
Selain itu, banyak habitat alami yang bersifat sementara, misalnya celah cahaya
di hutan hujan. Tumbuhan yang bisa memanfaatkan hembusan angin akan memiliki
peluang lebih besar untuk menemukan tempat tumbuh baru yang sesuai.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit
melainkan Dia juga menurunkan obatnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa dalam setiap ciptaan Allah,
ada hikmah dan jalan untuk mempertahankan kehidupan. Demikian pula dengan
tumbuhan, Allah menyediakan mekanisme penyebaran benih agar mereka tetap
lestari.
Ada
berbagai strategi yang digunakan tumbuhan untuk memanfaatkan angin dalam
menyebarkan bijinya. Pertama adalah strategi “sayap”, seperti pada Alsomitra.
Kedua, strategi “parasut” atau bulu halus, sebagaimana kita lihat pada
dandelion atau pohon kapuk. Ketiga, strategi biji “debu” yang amat ringan,
seperti anggrek yang mampu menembus lautan hingga mendarat di pulau-pulau
terpencil.
Allah
Swt. berfirman:
"Dan
Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu
tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir
yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai; dan
kebun-kebun anggur, zaitun dan delima yang serupa dan tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya di waktu berbuah dan masaknya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu ada tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang
beriman." (QS. Al-An’am [6]: 99)
Setiap
strategi penyebaran benih adalah tanda kebesaran Allah, bahwa tumbuhan tidak
diciptakan sia-sia, melainkan bagian dari keseimbangan alam semesta.
Keberhasilan
penyebaran ini menjelaskan mengapa keluarga tumbuhan seperti anggrek
(Orchidaceae) dan bunga matahari (Asteraceae) memiliki ribuan spesies. Dengan
menaklukkan angin, mereka mampu menjelajah daratan baru, beradaptasi, dan
berevolusi menjadi beragam bentuk kehidupan.
Rasulullah
ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai
keindahan." (HR.
Muslim)
Keindahan
cara benih-benih itu melayang adalah bukti dari keindahan ciptaan Allah. Setiap kali kita menyaksikan fenomena alam seperti
ini, sejatinya kita sedang diajak untuk bertafakur.
Pada
akhirnya, Alsomitra macrocarpa bukan hanya sekadar benih bersayap
raksasa yang indah dilihat. Ia adalah simbol kecerdikan ciptaan Allah dalam
merancang mekanisme penyebaran hidup. Dari Bogor hingga pulau-pulau terpencil
di samudra, angin telah menjadi kendaraan setia bagi biji-biji kecil yang ingin
menaklukkan dunia.
Allah
Swt. berfirman:
"Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: 'Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka'." (QS. Ali ‘Imran
[3]: 190-191)
Maka, melihat benih Alsomitra yang melayang di
udara bukan sekadar kekaguman ilmiah, tetapi juga panggilan iman untuk
mengingat kebesaran Sang Maha Pencipta Allah Swt.
Video Alsomitra macrocarpa:
https://video.search.yahoo.com/search/video?fr=mcafee&p=Video+Alsomitra+macrocarpa&type=E210US714G0#action=view&id=60&vid=c3bad22499a9e32d50a0534a8eeaf6fa

