Darurat
Gaza! 930 Ribu Anak Kelaparan: Dunia
Hanya Bisa Menonton
Bayangkan
dunia di mana anak-anak hanya makan dedaunan dan pakan ternak untuk bertahan
hidup. Inilah kenyataan mengerikan yang sedang berlangsung di Gaza hari ini.
Sejak pengepungan total diberlakukan pada 2 Maret 2025, lebih dari 2,1 juta
penduduk Gaza—termasuk 1,1 juta anak—dikepung kelaparan tanpa akses makanan,
obat-obatan, atau bantuan kemanusiaan. Lebih dari 500.000 jiwa kini mengalami
malnutrisi akut, sementara ratusan anak telah meninggal karena kelaparan.
Krisis ini bukan hanya soal kemanusiaan—ini adalah bencana generasi yang terus
memburuk di depan mata dunia.
Pada
2 Maret 2025, otoritas memberlakukan pengepungan total. Akibatnya, seluruh
bantuan kemanusiaan dilarang masuk ke Gaza. Truk-truk yang membawa makanan,
obat-obatan, dan perlengkapan kemanusiaan terhenti dan membusuk di perbatasan.
Hingga 12 Mei 2025, organisasi bantuan kemanusiaan seperti World Food
Program (WFP) hampir atau sepenuhnya kehabisan persediaan. Saat ini,
seluruh populasi Gaza yang berjumlah 2,1 juta jiwa mengalami kekurangan pangan,
dan lebih dari 500.000 orang menderita malnutrisi akut.
Anak-anak
Gaza Kelaparan
Ketahanan
pangan sangat mendesak bagi anak-anak dan ibu menyusui. Dari 1,1 juta anak yang
tinggal di Jalur Gaza, sembilan dari sepuluh mengalami kemiskinan pangan
ekstrem, menurut Save the Children. Per 5 Juni 2025, sebanyak 2.700 anak
di bawah usia 5 tahun mengalami malnutrisi akut berat (Severe Acute
Malnutrition/SAM). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 15,6% anak Gaza di
bawah usia 2 tahun mengalami malnutrisi akut. Angka ini meningkat tajam
dibandingkan hanya 0,08% sebelum konflik terakhir.
Akibat
blokade pangan, banyak keluarga hanya makan dua kali atau kurang per hari,
dengan makanan bernilai gizi sangat rendah—sering kali berupa pakan ternak dan
dedaunan. Kementerian Kesehatan Gaza memperkirakan 57 anak telah meninggal
akibat kelaparan sejak Maret tahun ini. Angka ini kemungkinan masih di bawah
kenyataan. Penilaian dari Integrated Food Security Phase Classification
(IPC) yang didukung PBB menyatakan bahwa 93% anak Gaza—sekitar 930.000
anak—berisiko terkena kelaparan.
Penyakit
dan Malnutrisi di Gaza
Malnutrisi
berdampak serius pada pertumbuhan anak karena tubuh mereka belum mampu melawan
penyakit atau pulih dari cedera tanpa asupan gizi yang memadai. Asupan gizi
yang buruk melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menghambat penyerapan nutrisi,
sehingga anak-anak lebih rentan terhadap diare, pneumonia, dan campak, menurut
WHO. Untuk sembuh dari penyakit, anak-anak justru memerlukan lebih banyak
makanan—sesuatu yang tidak tersedia di Gaza saat ini. Hal ini menciptakan
lingkaran kelaparan yang kejam. Malnutrisi pada masa anak-anak berdampak seumur
hidup: menghambat pertumbuhan, mengganggu perkembangan kognitif, dan pada
akhirnya menurunkan kesejahteraan suatu generasi. Akibatnya, satu generasi
terancam terjebak dalam kemiskinan permanen.
Dampak
terhadap Ibu Menyusui dan Ibu Hamil
Hingga
musim semi 2025, diperkirakan sebanyak 17.000 ibu di Gaza berisiko mengalami
malnutrisi akut dan membutuhkan pengobatan dalam setahun mendatang, menurut
WHO. Ibu menyusui membutuhkan gizi yang cukup untuk dapat menghasilkan ASI bagi
bayi mereka. ASI adalah satu-satunya sumber gizi bagi bayi di bawah enam bulan.
Tanpa asupan gizi yang cukup pada ibu, bayi tidak dapat memperoleh ASI yang
dibutuhkan untuk membangun kekebalan terhadap penyakit dan infeksi. Akibatnya,
malnutrisi di Gaza semakin parah.
Penanganan
Malnutrisi Anak di Gaza
Sejak
pengepungan dimulai pada 2 Mei, pasokan medis semakin langka. Tidak ada
makanan, obat-obatan, maupun bahan bakar yang masuk ke Jalur Gaza selama 10
minggu terakhir. United Nations Relief and Works Agency (UNRWA) telah
kehabisan tepung dan paket makanan siap saji. Persediaan medis mereka hanya
tersisa sepertiga. Sembilan belas pusat perawatan malnutrisi WHO hanya memiliki
persediaan untuk menangani 500 anak dengan malnutrisi akut—hanya sebagian kecil
dari total 70.000 anak Gaza yang membutuhkan perawatan segera. Meski langka,
solusi tetap ada untuk mengatasi malnutrisi di Gaza.
Sepanjang
tahun 2024, WFP telah menyalurkan 10 juta porsi makanan siap saji di seluruh
Gaza, sebagian besar untuk anak-anak. Paket bantuan berisi kacang-kacangan,
produk berbasis gandum, biji-bijian, minyak nabati, biskuit energi, dan garam
telah disalurkan ke keluarga-keluarga Gaza. Paket ini sangat penting untuk
mencegah malnutrisi.
Salah
satu solusi penting adalah Ready-to-Use Therapeutic Food (RUTF), pasta
padat gizi yang diberikan kepada anak-anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun yang
mengalami malnutrisi. UNICEF bertanggung jawab atas distribusi RUTF di Gaza.
RUTF merupakan pasta berbahan dasar lemak yang terbuat dari kacang tanah, gula,
susu bubuk, minyak, serta vitamin dan mineral penting. Formulasi berbasis lemak
ini memudahkan penyerapan nutrisi. Tergantung pada tingkat keparahan, anak-anak
diberikan beberapa sachet RUTF per hari. Produk ini siap saji dan dapat
dikonsumsi di rumah, menjadikannya sangat efektif untuk penyembuhan malnutrisi,
dengan tingkat keberhasilan hingga 90% dalam menyembuhkan anak dari malnutrisi
akut berat. Pada tahun 2024, UNICEF telah mengirimkan 1.500 kotak RUTF ke
Gaza bagian utara.
Segera
setelah blokade dicabut, tersedia cukup makanan untuk memberi makan satu juta
anak selama empat bulan. Perawatan sangat mungkin dilakukan—yang dibutuhkan
hanyalah akses.
Jika dunia gagal membuka blokade dan membiarkan Gaza tenggelam dalam kelaparan, maka sejarah tidak hanya akan mencatat tragedi ini sebagai genosida generasi, tetapi juga sebagai pengkhianatan terbesar umat manusia terhadap hati nuraninya sendiri.
SUMBER:
Helen
Cusick. Malnutrition in Gaza: An overview. 19 Juni 2025. https://borgenproject.org/blog/.
