Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Showing posts with label Teknologi Pertanian. Show all posts
Showing posts with label Teknologi Pertanian. Show all posts

Tuesday, 16 February 2016

Pertanian Berbasis Robot

Sebuah perusahaan Jepang mengaku siap membuat pertanian yang nyaris tanpa melibatkan tenaga manusia. Perusahaan bernama Spread itu berambisi menciptakan pertanian yang berbasis robot, sehingga proses awal sampai akhir pertanian itu tak melibatkan tenaga petani.  Proses yang masih melibatkan tangan manusia hanya pada tahapan penanaman benih.

Spread memilih penerapan pertanian berbasis robot ini yaitu penanaman selada. Diharapkan jika pertanian otonom ini nantinya sudah penuh beroperasi, maka akan lebih efektif, sebab diperkirakan cara ini bisa menghasilkan 30 ribu selada per hari.  Tidak itu saja, perusahaan yang kini menjadi sorotan media Jepang itu punya rencana jangka panjang untuk meningkatkan angka itu menjadi setengah juta selada setiap hari dalam lima tahun. 

Guna mewujudkan gagasan pertanian robot, Spread akan menggunakan lahan seluas 4.400 meter persegi. Dijadwalkan terobosan teknologi pertanian ini bisa diterapkan dalam dua tahun ke depan. Nanti pada 2017 diperkirakan, benar-benar terwujud.

Perwakilan Spread, Koji Morisada mengatakan gagasan pertanian otonom berbasis robot ini memang mengusung efektivitas.

Salah satu keuntungan sistem ini, kata Morisada, yaitu robot bisa bekerja tanpa kenal waktu dan saat itu juga, dan tidak ada tuntutan pembayaran lembur seperti saat pada lahan dikerjakan pada petani konvensional. Robot juga fleksibel misalnya dalam menjalankan pekerjaan yang tergolong berisiko dan melelahkan.

Keuntungan lainnya, sistem ini tak butuh area lahan yang makan tempat, sebab pertanian selada ini dirancang menggunakan model lahan bertingkat, pada rak-rak tertentu.

Spread berharap pertanian yang dijalankan robot akan memangkas penggunaan energi serta biaya untuk tenaga manusia.

Diketahui saat ini, sejumlah bisnis di Jepang yang menggunakan robot dalam lingkungan kerja sudah kian tumbuh dan tentunya mendongkrak ekonomi bisnis tersebut.

Selain soal efektivitas, sistem pertanian berbasis robot ini juga mempertimbangkan hasil tanaman atau pertanian yang bebas dari residu bahan kimia. Perusahaan itu menyebutkan akan menjalankan pertanian selada yang bebas pestisida. Selada yang dihasilkan diharapkan punya lebih banyak beta karoten dibanding pertanian selada yang menjalankan sistem pertanian konvensional.

"Di masa depan, akan menjadi susah untuk terus (mendapatkan) makanan yang aman hanya dengan menggunakan pertanian konvensional, karena pertumbuhan cepat populasi dan perubahan lain," kata Chief Executive Officer (CEO) Spread, Shinji Inada.

Diketahui beta karoten merupakan antioksidan yang sudah banyak dikenal dan membantu tumbuh memproduksi vitamin A.

Inada mengatakan perusahaan yakin misi mereka untuk menciptakan inovasi itu bisa mengatasi perubahan pada teknologi dan keahlian pertanian bagi generasi masa depan.


Sumber : TRIBUNNEWS.COM, TOKYO dan VIVA.co.id

Friday, 31 August 2012

Teknologi Peternakan di Jepang

Jepang adalah salah satu negara yang masyarakatnya memiliki kualitas hidup yang tinggi. Tingkat konsumsi protein asal hewani sudah sangat baik, tingkat kesadaran pemerintah dan rakyat Jepang terhadap modal memajukan bangsa adalah dengan mencerdaskan SDM juga sangat baik, peningkatan SDM tidak bisa lepas dari asupan pangan asal ternak yang memiliki korelasi positif terhadap tingkat intelegensi SDM. Kesadaran ini juga didukung dengan langkah nyata dalam upaya penyediaan pangan asal ternak yang cukup dan berkualitas. Namun karena keterbatasan lahan maka produksi daging dan susu dalam negeri belum mampu swasembada sehingga Jepang pun melakukan Import dari Negara lain. Produksi daging sapi dalam negeri hanya mampu memenuhi 42% dari kebutuhan, dan produksi daging tersebut 43%nya berasal dari daging sapi wagyu. 

 

Jenis sapi wagyu memiliki kelas terbaik dan mendominasi konsusmi daging sapi di negeri ini. Hal ini lebih disebabkan karena jenis sapi ini memiliki kualitas perlemakan / marbling yang sangat baik (hingga skala 12), dan arah konsusmi masyarakat sudah mengarah kepada kenikmatan dan kesehatan pangan. Sehingga arah program pengembangan peternakan di Jepang khususnya sapi potong pun sudah berorientasi kearah kualitas, bukan hanya kuantitas.

 

Secara dasar perbedaan sapi dari Negara Amerika atau Australia dengan sapi wagyu ini adalah dari cita rasa, sapi barat mengandalakan cita rasa daging sebagai otot, tetapi wagyu menyuguhkan kehalusan citarasa yang lebih abstrak, dituangkan lewat metamorfosa lemak ke minyak. Maka, dipilihlah sapi yang paling empuk dagingnya dan kurang berkembang ototnya tetapi berpotensi besar dikembangkan lemaknya. Dan perlemakan yang unggul ini lebih dominan disebabkan faktor genetik, terutama pada wagyu berbulu hitam (Japanese black).  Selain itu daging sapi wagyu ini memiliki kadar lemak baik yang lebih tinggi hingga mencapai 52%.

 

Jepang memiliki 4 jenis sapi potong yang biasa disebut Wagyu yaitu Japanese black, Japanese brown, Japanese shorthorn dan Japanese polled. Keempat jenis sapi wagyu tersebut memilki keunggulan dan ciri khas masing-masing. Japanese black merupakan produsen "marbled beef yang paling bagus, dengan penampilan fisik mencapai tinggi 147 cm dengan berat 720 kg untuk jantan dan tinggi 130 cm dengan BB 450 kg untuk betina. 

 

Berbeda halnya dengan sapi Japanese brown memilki karakter yang lebih tahan terhadap suhu tinggi dan adaptasi terhadap pakan kasarpun tinggi, tetapi kualitas daging yang dihasil rendah dibanding Javanese black, dan ferformance fisiknya mencapai tinggi 153 dengan BB 1 ton untuk jantan dan betinanya memiliki tinggi 134 cm dengan BB 600 kg.

 

Sapi Japanese shorthorn memiliki karakter kualitas daging yang memiliki serat tebal dan kualitas perlemakan yang rendah jika dibandingkan dengan sapi Javanese black, tetapi kelebihannya mampu memanfaatkan pakan kasar secara lebih efisien dan mampu beradapatasi pada iklim di daerah bagian utara Jepang serta kemampuan adaptasi terhadap metoda pengembalaan di padangan (performan jantan : 145 cm tinggi dan 1 ton BB, performance betina tinggi : 130 cm dan 580 kg BB. 

 

Lain lagi halnya dengan sapi jenis Japanese polled merupakan sapi yang memiliki karakter lebih kuat dibanding Japanese black namun kualitas daging dan perlemakan yang rendah, adapun penampilan fisik untuk jantan mencapai tinggi 137 cm dengan BB 800 kg sedangkan sapi betina tinggi sekitar 122 cm dan BB 450 kg.

 

Persentase jenis sapi penyuplai daging di Jepang, Wagyu menempati urutan teratas sebanyak 43%, nomor dua dairy breed sebanyak 31%, nomor tiga cross breed sebanyak 24%, sedangkan yang lain hanya 2%.  

 

Harga karkas per kg di Jepang, karkas Wagyu menempati urutan teratas (termahal) yakni 1.500 yen per kg, nomor dua Cross breed yakni 1.100 yen per kg, sedangkan yang termurah dairy breed dengan harga 600 yen per kg.

 

Peningkatan Produksi Ternak 

 

Seperti dijelaskan diatas, Jepang memiliki sumber daya lahan yang terbatas dibanding banyak negara lainnya, dengan luasan sekitar 378 ribu km2 (Luas Indonesia 205% dari luasan Jepang). Populasi penduduk mencapai 127 juta dan terletak pada zona daerah beriklim sedang dan dingin serta merupakan daerah pegunungan, sehingga menjadi titik kritis dalam upaya untuk memajukan usaha pembibitan ternak dan meningkatkan kapasitas dalam pengembangan teknologi. 

 

Pengembangan usaha pembibitan ternak yang dilakukan melalui peningkatan kemampuan genetik ternak, sehingga dengan harapan dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan yang rendah. Inilah yang menjadi arah dalam pengembangan dunia peternakan di Jepang dewasa ini. Sehingga program peningkatan produktivitas ternak sangatlah penting. Pengertian peningkatan produktivitas ternak yaitu dapat meningkatkan pendapatan peternak dan menyuplai produk peternakan dengan stabil dan aman untuk masyarakat melalui peningkatan kualitas dan kuantitas produk.

 

1. Peningkatan Kualitas

a)    Perbandingan daging sapi yang berkualitas tinggi: 39.4% (1995) menjadi 48.1 % (2007)

b)    Fat (%) : 3,44 (1975) menjadi 3,99 (205)

c)    SNF(%): 8,18 (1975) menjadi 8,79 (2005)

Peningkatan kualitas ini memiliki dampak pada peternak yaitu dapat meningkatkan nilai tambah pada produk peternakan, dan dapat meningkatkan keuntungan pada usaha peternakan. Sedangkan pada tingkat konsumen dapat mengkonsumsi produk peternakan yang disesuaikan dengan kebutuhan.

 

2. Peningkatan kuantitas

a)    Penambahan berat badan/ hari untuk sapi potong 0,60 kg (1975) menjadi 0,73 kg (2005)

b)    Produksi susu/ekor untuk sapi perah dari 4,5 kg (1975) menjadi 7,9 kg (2005)

Tentunya peningkatan kuantitas inipun memberi keuntungan bagi peternak yaitu dapat menurunkan biaya produksi pada produk peternakan dan perbaikan pada usaha peternakan cadangkan bagi konsumen tentunya memberi jaminan suplai pada produk peternakan secara stabil dan dapat membelinya dengan harga yang rasional.

 

Teknologi Pakan 

 

Selain faktor genetik yang merupakan hasil dari proses yang begitu panjang, tentunya keunggulan genetik tersebut tidak akan tampil secara optimal ketika pakan sebagai faktor dominan diabaikan. Bahkan di Jepang pengelolaan peternakan dilakukan secara modern meskipun di tingkat peternak kecil, sangat familiar dengan teknologi mekanisasi.   

 

Pemanfaat lahan di Jepang terdiri dari 66% hutan, 12,6% lahan pertanian, 4,9% lahan untuk bangunan, 3,6% wilayah air, 3,5% jalan dan 9% Iain2. Sedangkah pembagian lahan pertanian terdiri dari 38,1% pady field, 21,1% forage crops, 13% sayuran, gandum-ganduman 6,2%, buah 6% dan Iain2 15,5%.

 

Dengan pemanfaatan lahan sekitar 21% (901.500 ha) untuk tanaman pakan, dapat memproduksi TDN sebanyak 4.305 ton sedangkan kebutuhan mencapai 5.546 ton sehingga mampu memenuhi hingga 78% dari kebutuhan roughage berbeda halnya dengan bahan-bahan campuran konsentrat yang hampir 90% dipenuhi oleh import.

 

Terdapat tiga sistem pemeliharaan yang banyak ditemui di Negara Jepang

 

1. Dua puluh empat jam sapi berada di pengembalaan, dengan system rotasi paddock. Teduhan hanya pohon secara alami. Bahkan banyak peternak yang tidak menambahkan konsentrat pada ternaknya, namun mineral block disebarkan di pengembalaan guna mengantisipasi rendahnya unsur mikro pada rumput padangan. Sistem inipun terbagi menjadi 2 metoda yang banyak diterapkan oleh peternak di Jepang, yaitu :

1) Sistem rotasi dengan rata-rata luasan   pengembalaan   hanya berkisar 0,5 ha (grazing 3 bulan dan housing 5-6 bulan)

2)  Sistem tradisional continuous grazing seluas 2 ha ditempatkan beberapa ekor sapi berdasarkan daya tampung padang pengembalaannya (grazing 1 bulan dan housing 7-8 bulan).

Biaya produksi untuk menghasilkan calf pada metoda tradisional lebih tinggi dibanding dengan metoda rotasi, sehingga sekarang banyak peternak beralih pada system rotasi yang memanfaatkan solar electrical fence.

 

2. Dua puluh empat jam sapi berada di kandang, pada sistem ini tentunya kualitas permablingan akan lebih baik. Pada sistem ini pemberian pakan biasanya terdiri dari dua cara :

1)    Menggunakan complete feed, yang merupakan campuran dari silase, hay dan konsentrat, bahkan banyak peternak yang memfermentasi kembali complete feednya melalui penerapan teknologi silase.

2)    Pemberian hay / silase terpisah dengan konsentrat.  Namun dari kedua cara tersebut mineral blok senantiasa tersedia dikandang.

3. Sistem angon, kandang berada disisi padang pengembalaan, jika merasa kepanasan/kedinginan sapi dengan sendirinya kembali ke kandang.

Sumber :

Hesti Natalia, Perkembangan Teknologi Peternakan di negeri Sakura.  Infofeed Volume 2 No. 2 Juli 21012. Hal. 28-29


Friday, 20 May 2011

Limbah Cair Pati Kasava sebagai Substrat Nata De Cassava

Pendahuluan

Nata de Cassava bisa dijadikan makanan desert (pencuci mulut) karena selain rasanya enak juga mengandung serat tinggi yang dapat membantu pencernaan. Nata de Cassava dengan kandungan kalori yang rendah sehingga dapat menjadi pilihan dijadikan makanan diet.

Penampilan makanan ini sangat menarik dengan nilai estetika tinggi berwarna putih agak bening, tekstur kenyal, dan aroma segar. Sehingga Nata de Cassava menjadi makanan desert memiliki daya tarik yang tinggi.

Pembuatan nata yang diperkaya dengan vitamin dan mineral akan mempertinggi nilai gizi dari produk ini.

Apabila diproduksi dengan serius, Nata de Cassava menjanjikan nilai tambah yang tinggi.

Nata dibentuk oleh bakteri asam asetat yang mengubah cairan yang mengandung gula, sari buah atau ekstak tanaman. Terdapat beberapa spesies bakteri asam asetat yang dapat membentuk selulosa antara lain A. Xylinum. Bakteri ini masuk dalam genus Acetobacter dengan sifat Gram negatif, aerob, berbentuk batang pendek atau kokus.

Nata de Cassava dibuat dengan menggunakan limbah kasava. Adanya gula dalam limbah cair kasava akan dimanfaatkan oleh A. Xylinum sebagai sumber energi dan sumber carbon untuk membentuk senyawa metabolit selulose yang membentuk Nata de Cassava. Senyawa mineral dalam substrat akan membantu meningkatkan aktifitas enzim Kinase dalam metabolisme di dalam sel A. Xylinum untuk menghasilkan selulosa.

Dengan pertimbangan di atas maka pemanfaatan limbah padat/onggok dan limbah cair merupakan upaya pemanfaatan limbah menjadi produk yang memiliki nilai tambah.

Fermentasi Nata de Cassava dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Peralatan yang diperlukan

a. Kompor
b. Panci
c. Gelas ukur 1 l dan 250 ml
d. Pengaduk
e. Pisau
f. Plastik kemasan ½ kg dan 1 kg
g. Saringan air kelapa/ayakan tepung
h. Nampan
i. Tali karet
j. Ember
k. Timbangan Kue
l. Sealer

2. Bahan yang diperlukan

a. Limbah cair 25 liter
b. Asam cuka (asam asetat 25%) / Asam cukla dapur
c. ZA 50 g
d. Sirup
e. Kap gelas 200 ml
f. Sendok plastik

3. Pemeliharaan Biakan murni A. Xylinum

Biakan murni A. Xylinum ditumbuhkan pada suhu kamar selama 2-3 hari dalam media agar miring Hassid Barker Agar (HBA) dengan komposisi sukrosa 10%, (NH4)2SO4 0,6 g/L, K2HPO4 5,0 g/L, ekstak Khamir 2,5 g/L 2% asam asetat glasial, agar Difco 15 g/L.

Biakan yang telah ditumbuhkan siap untuk kerja dan sebagian disimpan untuk stok dalam bentuk kering beku.

4. Persiapan Substrat dari Limbah cair Produksi Tapioka

a. 25 L limbah cair tapioka disaring
b. Ditambahkan gula pasir 2,5% (25 g setiap liter limbah cair tapioka)
c. Diaduk hingga merata
d. Didihkan
e. Ditambahkan asam asetat glasial 25% (cuka makan) sebanyak 20 ml/Liter (2,0 % (V/V).
f. Disaring dengan saringan kelapa / ayakan
g. Filtrat digunakan sebagai substrat
h. Tambahkan ZA sebanyak 2 g untuk setiap 1 liter substrat
i. Diaduk sambil dididihkan selama 15 menit.

5. Penyiapan Starter

a. Substrat didihkan selama 15 menit
b. Dinginkan hingga suhu 40 C
c. 300 ml substrat masukan dalam botol streril ukuran botol 500 ml
d. Inokulasikan 2 ose Bakteri A. Xylinum
e. Substrat digojog menggunakan shaker dengan kecepatan 140 rpm. Atau manual diguncang setiap 2-4 jam.
f. Diinkubasikan pada suhu kamar selama 2 hari.

6. Fermentasi

a. Substrat didihkan selama 15 menit
b. Tuangkan substrat dalam nampan yang steril dengan kedalaman 1,5 cm
c. Tambahkan starter sebanyak 10% (V/V)
d. Diaduk hingga mesra / rata
e. Ditutup dengan kertas koran / kain kasa
f. Ditutup dengan menggunakan kain bersih untuk menghindari kontaminasi
g. Diinkubasi / diperam tanpa diguncang pada suhu kamar selama 7 – 8 hari

7. Pengolahanan Nata de Cassava

a. Nata de Cassava dipanen, dipotong-potong seperti kubus dengan sisi 1 – 1,5 cm.
b. Dicuci dengan air bersih
c. Direndam dalam air bersih selama 30 – 60 menit.
d. Dibilas 3 – 4 kali hingga bau hilang
e. Direbus selama 10 menit
f. Rebus selama 15 menit dengan air bergula (500 g gula pasir dalam 5 liter air ditambah vanili atau flavour agent lain)
g. Nata de Cassava didiinginkan

8. Pengemasan

Tujuan pengemasan adalah :
a. Mengawetkan produk sehingga tahan lama dan tidak mudah rusak
b. Memberikan sentuhan nilai estetika sehingga mumpunyai daya tarik
c. Meningkatkan nilai tambah secara ekonomi terhadap produk
d. Memudahkan penyimpanan dan distribusi produk

Tahapan Pengemasan

a. Masukan Nata de Cassava ketika suhu 40 C dalam kemasan plastik secara aseptik
b. Usahakan tidak ada udara tersisa dalam kemasan untuk menghindari tumbuhnya mikroba kontaminan
c. Kemasan ditutup menggunakan sealer
d. Produk dimasukan dalam air dingin hingga menjadi dingin
e. Segera ditiriskan
f. Simpan dalam penyimpanan berpendingin

Sumber : Agro Inovasi, Sinar Tani Edisi 18-24 Mei 2011 no 3406 Tahun XLI

Monday, 16 March 2009

Wisata Petik Strawberry ala Jepang

Pada hari Sabtu 14 Mei 2009 kami meninjau pertanian strawberry milik Mr. Hiroshi Maeda yang terletak di 260 Yamanashishi Minami, Prefektur Yamanashi, sekitar 150 km ke arah barat dari kota Tokyo. Pertaniannya sengaja diperuntukan sebagai tempat wisata pertanian yang disebut Ichigogari.














Ichigogari merupakan istilah bahasa Jepang yang terdiri dari dua kata. Ichigo berarti Strawberry, dan kari berarti memburu. Digabungkan bunyi ucapannya menjadi Ichigogari, yang berarti memetik buah strawberry di sebuah kebun strawberry dan memakan hasil petikan sendiri sepuasnya. Salah satu daerah yang terkenal dengan Ichigogari adalah Prefektur Yamanashi. Mr. Hiroshi Maeda dibantu oleh sang istri asal Thailand (gambar samping) telah melakukan budidaya strawberry sejak tahun 2003. Dengan bantuan JA (Koperasi Pertanian Jepang) mereka memperoleh pinjaman untuk pembangunan prasarana dan sarana pertanian Strawberry.







Pertanian strawberry ini terletak di perbukitan dipinggir kota. Keluarga Maeda mempunyai 6 buah green hause, setiap green house ditandai dengan nomor (gambar samping). Luas setiap green house 1000 m2. Green house dilengkapi dengan pengatur suhu ruangan green house, pengatur penyiraman air-hara, penghangat tanah dan gas CO.














Tempat pendaftaran pengunjung disamping tempat parkir kendaraan. Setiap hari dibuka pukul 09:00 – 16:00.


















Pengunjung sebelum masuk green house mencuci tangan terlebih dahulu.


















Pengunjung diberikan penjelasan cara memetik strawberry dan mendapatkan layanan satu set plastik yang terdapat dua cekungan, satu berisi susu kental manis dan yang lain tempat sisa strowberry. Pilih strawberry yang sudah matang berwarna merah, celupkan ke dalam susu kental manis, lalu santaplah dan nikmati kelezatannya. Sisa potongan strawbery yang berwarna hijau dikumpulkan di cekungan sebelahnya. Susu kental manis dimakan habis, sampah hijau dimasukkan tempat sampah yang bisa dijadikan pupuk organik, sedangkan tempat plastiknya dimasukkan ke tempat sampah plastik untuk didaur ulang.








Pada gambar sebelah terdapat fasilitas tanki berwarna oranye penyimpan minyak tanah untuk bahan bakar mesin pemanasan green house (sebelah kiri).

Disebelahnya tampak tabung-tabung berwarna hijau berisi gas CO untuk membantu pertumbuhan tanaman strawberry yang diberikan dengan cara menghembuskan gas CO ke dalam ruang green house pada saat sebelum matahari terbit sekitar jam 4 – 6 pagi (sebelah kanan).










Terdapat pengontrol tekanan air yang dialirkan melalui pipa-pipa untuk menyirami tanah media tanaman strawberry.

















Pipa untuk menyalurkan air hangat sebagai pengatur suhu tanah media tanaman strawberry.
























Green house dilengkapi dengan plastik penutup untuk mengatur suhu udara dalam green house yang dapat dibuka-tutup secara otomatis dengan kawat.

















Penarik plastik berwarna oranye untuk mengatur suhu dalam green house.
























Pada gambar tampak susana wisatawan ketika memetik, menyantap strawberry, menikmati keindahan deretan strawberry dan bunga-bunga yang ditanam di pot dalam green house. Warna merah strawberry yang menempel di bibir dan pipi membuat gelak tawa riang wisatawan. Ketinggian tempat tanaman telah dibuat sedemikian rupa sehingga strawberry mudah dipetik baik dengan posisi berdiri maupun jongkok.












Pengunjung memetik dan menyatap strawberry di tempat yang rapih dan bersih yang dialasi dengan plastik.
























Heater (Mesin pemanas) ruang Green house untuk menjaga agar ruangan tetap hangat ketika musim dingin. Sebelah kiri tampak locker yang terkunci untuk tempat penyimpanan barang bawaan para pengunjung.
















Wisata Ichigogari untuk umum dibuka pada saat buah strawberry sudah banyak yang memerah matang (gambar samping) dimulai akhir bulan Desember sampai dengan pertengahan bulan Mei tahun berikutnya. Mereka yang ingin datang ke pertanian ichigo ini harus memesan dahulu beberapa hari sebelumnya dengan menyebutkan jam dan tanggal kedatangan serta jumlah orang yang akan datang. Pengunjung dipersilahkan memetik buah strawberry dan memakan sepuasnya selama 30 menit.

Harga tiket masuk untuk masuk kebun ini tergantung bulan. Harga tiket per orang pada bulan Desember 2.000 yen, bulan Januari 1.800 yen, Pebruari 1.700 yen, Maret 1.500 yen, April 1.200 yen, Mei 1000 yen. Sedangkan anak yang berumur kurang dari 7 tahun tiketnya dikenakan lebih murah yaitu 500 – 1.200 yen per anak.

Pemasukan selama kurang lebih empat setengah bulan sekitar 3,5 – 4,0 juta yen. Sebagian besar uang ini dipergunakan untuk ongkos produksi dan cicilan biaya pembangunan green house, prasarana dan sarana pertanian lainnya. Mr. Maeda mengaku penghasilannya selama empat setengah bulan 1,0 – 2,0 juta yen.

Sunday, 1 February 2009

Wapres Jusuf Kalla Petik Tomat Merah dan Kuning di Pasona O2 Tokyo

Tepat pukul dua siang 1 Februari 2009 Wapres Bapak Jusuf Kalla dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla disertai Mendiknas Bapak Bambang Sudibyo, Dubes Bapak Jusuf Anwar dan Ibu Lastrijah Jusuf Anwar serta rombongan tiba di Pertanian Percontohan Pasona O2. Pertanian ini terletak di lantai 2 bawah tanah Gedung Nomura yang terletak di tengah kota Tokyo, dengan alamat 2-1-1 Otemachi, Chiyodaku. Setibanya di halaman Gedung Nomura Bapak Wapres disambut oleh Presiden Pasona O2 Mr. Yasuyuki Nambu, Senior Managing Director Ms. Junko Fukuzawa, Executive Director Mr. Yoshihisa Endo dan para staf Pasona O2.

Pada saat kunjungan ini Bapak Wapres tampak sungguh-sungguh mendengarkan penjelasan Presiden Pasona O2. Mr. Yasuyuki Nambu menjelaskan bahwa tujuan dari pembuatan Pasona O2 adalah menarik minat para kaum muda untuk menerjuni pekerjaan bidang Pertanian. Pertanian yang dikembangkan di Pasona O2 menggunakan metoda Hydroponic dan penyinaran lampu Light-emiting Diodes (LEDs), Fluorescent, high-presure sodium vapor disertai pengaturan suhu secara otomatis. Sayuran yang diproduksi diluar memerlukan waktu pengangkutan yang cukup lama sehingga tidak segar lagi. Sedangkan tanaman sayuran yang diproduksi disini bisa dimakan ketika masih segar sehingga mempunyai nilai gizi 10 kali lipat dari pada sayuran yang diproduksi di luar.

Ketika Bapak Wapres menanyakan apakah produk pertanian menggunakan teknik ini sudah bisa dikomersialkan, Presiden Pasona O2 menjawab untuk padi memang belum bisa dikomersialkan tetapi dengan cara ini kami bisa memanen 3 kali setahun, sedangkan kalau diluar gedung dengan metoda biasa kami hanya panen sekali dalam setahun pada akhir musim panas saja. Di Jepang sayuran dengan metoda hydroponic dengan penyinaran lampu sudah bisa dikomersialkan. Meskipun sayuran yang ditanam dalam ruang tertutup sedikit lebih mahal harganya tetapi produk hasil teknologi ini disukai konsumen karena baik mutunya dan aman dikonsumsi.

Mr. Nambu pendiri Pasona O2 ini membanggakan bahwa Perdana Menteri Koizumi dan Fukuda pernah mengunjungi Pasona O2. Dia menceritakan menurut para Astronot teknik ini bisa dikembangkan untuk diaplikasikan di luar angkasa sehingga para astronot bisa makan sayur segar bukan bahan makanan yang diawetkan. Dan dengan metoda ini juga tidak menutup kemungkinan membuka pertanian di daerah padang pasir.

Pada kesempatan itu Wapres berkenan memetik buah tomat merah, sedianya akan disediakan alat pemetik tomat tetapi beliau langsung memetik dengan jemari tangannya dan langsung memakannya. “Rasanya enak", ketika seorang wartawan foto menunjukan tomat berwarna kuning berukuran lebih kecil, dengan cekatan Wapres memetiknya dan menyantapnya, “Rasanya lebih enak, memang yang kuning-kuning rasanya enak” disambut dengan riuh gelak-tawa para pengunjung.

Presiden Pasona O2 menceritakan rencananya bahwa Pasona O2 sedang merancang pertanian dengan lahan 18.000 m2, dengan teknik yang lebih canggih sehingga orang bisa sambil bekerja dapat langsung menyantap produknya. Dengan berpakaian jas dan berdasi kita dapat mengerjakan usaha pertanian dengan mudah asalkan menggunakan sarana dan prasarana yang didukung teknologi mutakhir.

Dia menambahkan kalau Pasona O2 telah berhasil memasukkan banyak kaum muda terjun bekerja dalam bidang pertanian menggunakan teknologi modern, diharapkan Jepang dapat meningkatkan kemandirian pangan dari 40% menjadi 55%, sehingga ketergantungan terhadap produk pertanian luar negeri menjadi semakin menurun.

Bapak Wapres menyampaikan bahwa kita bersyukur Indonesia mempunyai lahan yang subur dan luas dengan sinar matahari yang cukup, Alhamdulillah sekarang Indonesia sudah swasembada beras, jagung dan gula konsumsi. Prestasi ini perlu kita pertahanankan dan kembangkan lagi menggunakan teknologi yang lebih maju.