Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Showing posts with label Nipah. Show all posts
Showing posts with label Nipah. Show all posts

Sunday, 24 March 2024

Belajar Wabah Virus Nipah di India

 

Pembelajaran pada Wabah Penyakit Virus Nipah di India

 

Sampai dengan pertengahan bulan September 2023, terdapat enam kasus penyakit virus Nipah menyebabkan dua orang meninggal di distrik Kozhikode Negara Bagian Kerala, India. Semua kasus yang telah dikonfirmasi dengan tes laboratorium adalah berusia usia 9 hingga 45 tahun.

 

Kasus pertama tidak diketahui sumber penularannya. Penderita mengalami pneumonia dan sindrom gangguan pernapasan akut. Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit akhirnya meninggal. Lima kasus terkonfirmasi lainnya merupakan kontak dekat kasus pertama, dan ada juga karena kontak dekat di rumah sakit tempat kasus pertama dirawat.

 

Orang meninggal ke dua adalah orang yang menemani pasien lain ke rumah sakit tempat kasus pertama dirawat. Penderita ini juga meninggal setelah mengalami gejala pneumonia terlebih dahulu.

 

Apa itu penyakit virus Nipah?

 

Penyakit virus Nipah adalah penyakit menular yang pertama kali muncul pada babi domestik di Malaysia dan Singapura pada tahun 1998 dan 1999. Nama virus ini berasal dari nama desa di Malaysia tempat pertama peternakan babi tertular. Organisme penyebab penyakit virus Nipah adalah virus RNA dari famili Paramyxoviridae, genus Henipavirus, dan berkerabat dekat dengan virus Hendra penyebab infeksi saluran pernapasan akut pada kuda dan manusia. Hewan yang diserang virus Nipah adalah babi, kuda, kucing, anjing, dan kelelawar buah (Pteropus), kambing burung dan tikus. Tetapi babi menunjukan gejala yang paling jelas. Masa inkubasi penyakit ini antara 4 hingga 14 hari.

 

Virus Nipah merupakan penyakit sangat menular pada babi yang memengaruhi sistem pernapasan dan saraf. Penyakit ini dikenal sebagai porcine respiratory and neurological syndrome (PRES) atau gejala pernapasan babi dan radang otak. Disebut juga barking pig syndrome (BPS) atau sindrom babi menggonggong. Tanda-tanda klinis pada babi tersebut bervariasi tergantung pada umur dan respon masing-masing tubuh hewan terhadap virus. Secara umum angka kematian sebesar 40-75%. Namun angka kesakitan tinggi pada semua kelompok umur.

 

Menular ke manusia

 

Penyakit virus Nipah merupakan zoonosis, bisa menular ke manusia melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi seperti kelelawar dan babi. Selain itu, kontak langsung dengan orang yang terinfeksi juga dapat menyebabkan penularan. Penderita penyakit virus Nipah dapat mengalami gejala parah yaitu infeksi saluran pernapasan akut dan radang otak fatal. Salah satu cara penting untuk mengurangi atau mencegah infeksi pada manusia adalah dengan meningkatkan kesadaran tentang faktor risiko dan tindakan pencegahan untuk melindungi diri.

 

Epidemiologi penyakit

 

Penyakit virus Nipah merupakan zoonosis yang ditularkan dari hewan ke manusia melalui hewan yang terinfeksi (seperti kelelawar dan babi) atau makanan yang terkontaminasi dengan air liur, urin, dan kotoran hewan yang terinfeksi. Penyakit ini juga dapat ditularkan langsung dari orang ke orang melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi.

 

Penyakit virus Nipah pada manusia menyebabkan berbagai gejala klinis termasuk infeksi saluran pernafasan akut dan radang otak fatal. Tingkat kematian akibat wabah di Bangladesh, India, Malaysia, dan Singapura biasanya berkisar antara 40% hingga 100%. Hingga saat ini, belum ada terapi atau vaksin yang efektif untuk penyakit ini.

 

Respon Pemerintah India terhadap Wabah Nipah

 

Pemerintah India melakukan tindaan respon cepat meliputi deklarasi zona penahanan di sembilan desa di distrik Kozhikode dengan pembatasan pergerakan, jarak sosial, dan kewajiban mengenakan masker di ruang publik. Pemerintah membatasi kegiatan besar publik di distrik terserang wabah hingga awal Oktober 2023. Peringatan meningkatkan pengawasan lalu lintas diberlakukan juga ke distrik dan negara bagian tetangga. Menurut National Institute of Virology (NIV), Pune, virus yang ditemukan di Kerala telah diidentifikasi sebagai Genotipe India atau I-Genotype yang mirip dengan strain virus Nipah ditemukan di Bangladesh

 

Respon Kesehatan Masyarakat

 

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga, Pemerintah Negara Bagian Kerala, dengan dukungan dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga, Pemerintah India, dan lembaga-lembaganya; Dewan Penelitian Medis India (ICMR), Institut Virologi Nasional (NIV), Pune, dan Institut Epidemiologi Nasional, Chennai telah melakukan tindakan respon sebagai berikut:

 

Koordinasi Tim: Beberapa tim multi-disiplin pusat dimobilisasi oleh Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga, Departemen Penelitian Kesehatan serta Departemen Peternakan. Mereka mendukung pemerintah negara bagian dan distrik dalam melakukan tindakan pengendalian dan mitigasi. Sebanyak 19 komite utama dibentuk dan ditugaskan untuk melakukan berbagai tindakan respon meliputi surveilans, pengujian sampel, pelacakan kontak, transportasi pasien, manajemen kasus, logistik dan pasokan, pelatihan dan peningkatan kapasitas, komunikasi risiko dan keterlibatan masyarakat, dukungan psikososial dan peternakan. Ruang kendali dengan pusat panggilan diaktifkan di distrik tersebut untuk mengoordinasikan kegiatan tanggap darurat.

 

Surveilans dan penelusuran kontak: Sebagai bagian dari kegiatan surveilans berbasis masyarakat, surveilans aktif dari rumah ke rumah dilakukan oleh otoritas kesehatan distrik di zona isolasi yang diumumkan. Sebanyak 53.708 rumah telah disurvei pada 27 September 2023. Pada hari itu juga, 1.288 kontak termasuk kontak berisiko tinggi telah diidentifikasi dan dikarantinakan. Disertai latihan petugas lanjutan sedang berlangsung. Semua kontak berisiko tinggi dilakukan uji lab. Zona penahanan diumumkan di sembilan desa di distrik Kozhikode dengan pembatasan pergerakan, jarak sosial, dan kewajiban mengenakan masker di ruang publik.

 

Pengujian laboratorium: Pengujian laboratorium terhadap kasus yang diduga serta sampel lingkungan dan hewan dilakukan di laboratorium jaringan Laboratorium Penelitian Virus dan Diagnostik Regional di Government Medical College (GMC), Kozhikode; Lab BSL-3 Seluler Dewan Penelitian Medis India (ICMR); Unit lapangan NIV di Alappuzha serta NIV, Pune. Hingga akhir September 2023, tidak ada sampel lingkungan/hewan, termasuk kelelawar yang positif mengidap virus Nipah.

 

Kesiapan fasilitas kesehatan: Unit gawat darurat diperlengkapi untuk menangani setiap kasus yang dicurigai dan merespon keadaan darurat. Ruang isolasi dan unit perawatan intensif (ICU) selalu siap untuk menangani kasus-kasus suspek, jika diperlukan. Negara telah mengalokasikan ruang isolasi, tempat tidur ICU, dan ventilator untuk meningkatkan kapasitas bila diperlukan. Kasus-kasus yang diduga dan dikonfirmasi ditangani di fasilitas kesehatan yang ditunjuk. Untuk transportasi pasien dikerahkan ambulans khusus.

 

Pencegahan dan pengendalian infeksi: Pemerintah Negara Bagian melaksanakan pelatihan bagi petugas kesehatan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi (IPC). Persediaan alat pelindung diri (APD) yang memadai tersedia bagi petugas kesehatan dan praktik IPC dipatuhi dan diaudit secara ketat.

 

Manajemen logistik: Persediaan APD, obat-obatan dan logistik lain yang diperlukan dalam jumlah yang memadai disediakan oleh Pemerintah Negara Bagian.

 

Pengelolaan jenazah: Pengaturan dibuat untuk pemindahan dan pengelolaan jenazah oleh Pemerintah Negara Bagian sesuai dengan protokol standar dan kewaspadaan IPC.

 

Komunikasi risiko dan keterlibatan masyarakat: Pendidikan informasi dan kegiatan komunikasi melalui berbagai cara termasuk siaran pers reguler. Selanjutnya juga dipublikasikan spot audio dan byte video oleh dokter ahli. Strategi penanganan infodemik saat ini diterapkan dengan tindakan tegas terhadap berita hoax. Call center untuk memberikan layanan psikososial juga didirikan oleh Pemerintah Negara Bagian.

 

Sektor Kesehatan Hewan: Sampel kelelawar, kotoran hewan, dan buah-buahan yang setengah dimakan dikumpulkan pada pertengahan bulan September dari desa tempat tinggal kasus pertama, di hutan seluas 121 hektar yang merupakan rumah bagi beberapa spesies kelelawar. Semua sampel dinyatakan negatif virus Nipah.

 

Tindakan respon kesehatan masyarakat dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang dikembangkan oleh Pemerintah Negara Bagian dan Pemerintah India dengan dukungan dari WHO dan mitra selama wabah virus Nipah tahun 2018 di negara bagian Kerala.

 

Penilaian Risiko WHO

 

Ada catatan terkait jumlah kasus dan Case Fatality Rate (CFR) pada wabah yang pernah terjadi di India. Case Fatality Rate (CFR) adalah jumlah orang yang meninggal dunia dari total orang yang sakit. Wabah terakhir yang sedang berlangsung merupakan wabah keenam di India sejak tahun 2001, ketika wabah pertama dilaporkan di kota Siliguri, Benggala Barat (66 kasus, CFR: 68%). Selanjutnya, lima wabah telah dilaporkan di Distrik Nadia, Benggala Barat (5 kasus; CFR: 100%), Kozhikode dan Malappuram, Kerala pada tahun 2018 (23 kasus; CFR: 91%), Ernakulum, Kerala pada tahun 2019 (satu kasus yang selamat) dan Kozhikode, Kerala pada tahun 2021 (satu kasus, CFR: 100%).

 

Faktor-faktor berikut mungkin berkontribusi terhadap risiko yang terkait dengan wabah:

• Paparan kasus pertama dalam wabah ini masih belum diketahui;

• Keberadaan populasi kelelawar yang dilaporkan mengandung virus Nipah berpotensi menjadi sumber infeksi;

• Tingkat kematian kasus yang dilaporkan tinggi (33,3%), jumlah kontak yang tinggi; dan

• Tidak adanya terapi dan vaksin khusus virus Nipah.

 

Saran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

 

Dengan tidak adanya vaksin atau pengobatan berlisensi yang tersedia untuk virus Nipah, satu-satunya cara untuk mengurangi atau mencegah infeksi pada manusia adalah dengan meningkatkan kesadaran terhadap faktor risiko dan mendidik masyarakat tentang tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi paparan terhadap penyakit virus Nipah. Manajemen kasus harus fokus pada pemberian tindakan perawatan suportif kepada pasien. Perawatan suportif intensif dianjurkan untuk mengobati komplikasi parah saluran pernapasan dan saraf. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat harus fokus pada beberapa butir penting antara lain sebagai berikut:

 

Mengurangi risiko penularan dari kelelawar ke manusia

 

Sebagai reservoir alami, kelelawar buah (Pteropus) tidak menunjukkan gejala, namun virus ditemukan pada saliva, urin, semen dan fesesnya. Untuk mengurangi risiko, jus buah yang baru dipetik harus direbus, dan buahnya harus dicuci bersih dan dikupas sebelum dikonsumsi. Buah-buahan dengan tanda-tanda gigitan kelelawar sebaiknya dibuang. Area dimana kelelawar Pteropus diketahui bertengger harus dihindari. Risiko penularan internasional melalui buah atau produk buah yang terkontaminasi urin atau air liur kelelawar Pteropus terinfeksi dapat dicegah dengan mencuci buah hingga bersih dan mengupasnya sebelum dikonsumsi.

 

Mengurangi risiko penularan dari hewan ke manusia

 

Infeksi alami pada hewan peliharaan telah terjadi pada peternakan babi, kuda, dan kucing peliharaan dan liar. Sarung tangan dan pakaian pelindung lainnya harus dipakai saat menangani hewan sakit dan selama prosedur penyembelihan dan pemusnahan. Sebisa mungkin, masyarakat harus menghindari kontak dengan babi yang terinfeksi. 

Di daerah endemik, ketika membangun peternakan babi baru, harus mempertimbangkan keberadaan kelelawar Pteropus di daerah tersebut. Kandang dan pakan babi harus dilindungi dari kelelawar. Sampel yang diambil dari hewan yang diduga terinfeksi virus Nipah harus ditangani oleh personel dokter hewan terlatih yang bekerja di laboratorium dengan perlengkapan yang sesuai.

 

Mengurangi risiko penularan dari manusia ke manusia

 

Kontak fisik yang dekat dan tidak terlindungi dengan orang yang terinfeksi virus Nipah harus dihindari. Mencuci tangan secara teratur sebaiknya dilakukan setelah merawat atau menjenguk orang sakit. Petugas kesehatan yang merawat pasien suspek atau terkonfirmasi infeksi, atau mereka yang menangani spesimennya, termasuk staf terlatih yang bekerja di laboratorium yang dilengkapi peralatan yang sesuai, harus selalu menerapkan kewaspadaan standar pencegahan dan pengendalian infeksi serta kewaspadaan kontak dan droplet ketika memberikan perawatan di rumah sakit. Praktik pemakaman yang aman diperlukan untuk semua kasus yang dikonfirmasi dan diduga terinfeksi virus Nipah.

 

Saran Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH)

 

Biosekuriti yang baik adalah kunci untuk mencegah infeksi pada hewan peliharaan. Salah satu tindakan biosekuriti yang paling penting bagi daerah yang terkena dampak adalah dengan mengurangi kemungkinan kontak dengan hewan yang rentan dengan reservoir kelelawar. Di daerah yang terinfeksi, babi dan kuda harus dijauhkan dari perkebunan pohon buah-buahan, dan buah-buahan yang mungkin pernah bersentuhan dengan kelelawar tidak boleh diberikan kepada hewan.

Dokter hewan dan pemelihara hewan harus tetap waspada, ketika menemui hewan suspek atau terkonfirmasi penyakit harus melaporkannya kepada Otoritas Veteriner. Karena tidak ada pengobatan atau vaksin khusus untuk melawan virus Nipah, maka pemberantasan bergantung pada deteksi dini dan pemusnahan hewan terinfeksi dan berisiko tertular. Tempat penguburan hewan yang terinfeksi harus didesinfeksi.

 

Kesimpulan

 

Indonesia harus berusaha sekuat tenaga untuk mencegah dan menangkal masuknya virus Nipah India ini ke Indonesia termasuk mengetatkan pengawasan di gerbang-gerbang kedatangan internasional.

Indonesia bersiap-siap membuat rencana kontinjensi untuk menghadapi ancaman virus Nipah India ini masuk ke Indonesia.

Kedua upaya diatas dilakukan dengan pendekatan one health yaitu upaya kolaboratif dari berbagai disiplin ilmu yang bekerja secara lokal, nasional, dan global, untuk mencapai kesehatan yang optimal bagi manusia, hewan, dan lingkungan.

 

SUMBER

Pudjiatmoko. Pembelajaran pada Wabah Penyakit Virus Nipah di India. Pangan News 30 Oktober 2024. https://pangannews.id/berita/1698650510/pembelajaran-pada-wabah-penyakit-virus-nipah-di-india

Thursday, 5 November 2020

Infeksi Nipah


 

Infeksi virus Nipah (NiV) adalah infeksi virus yang disebabkan oleh virus Nipah.[2] Gejala dari infeksi nipah bervariasi mulai dari tidak ada gejala sama sekali hingga demam, batuk, sakit kepala, sesak napas, dan kebingungan.[1][2] Jika gejala memburuk pasien akan mengalami koma selama satu sampai dua hari.[1] Juga mengalami komplikasi seperti peradangan otak dan kejang setelah pemulihan.[2]

 

Virus Nipah sejenis virus RNA dalam genus Henipavirus.[2] Virus ini bisa menyebar antar manusia yang satu dengan yang lainnya dan dari hewan ke manusia.[2] Penyebaran virus ini biasanya berasal dari kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi.[3] Virus nipah biasanya bersumber dari kelelawar buah.[2] Diagnosa virus ini berdasarkan pada gejala dan konfirmasi dari uji laboratorium.[4]

 

Manajemen melibatkan perawatan yang mendukung.[2] Pada 2018 belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk virus ini.[2] Upaya pencegahan virus ini adalah dengan menghindari kontak langsung pada kelelawar dan babi yang sakit dan tidak meminum getah kurma mentah.[5] Hingga Mei 2018 diperkirakan telah terjadi sekitar 700 kasus manusia untuk virus Nipah dan 50 hingga 75 persen dari yang terinfeksi telah meninggal dunia.[6][9][10] Pada Mei 2018, wabah penyakit nipah mengakibatkan 18 kematian di negara bagian Kerala,India.[11][12]

 

Penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1998 saat terjadinya wabah di Malaysia sementara itu virus ini diisolasi pada tahun 1999.[2][13][14] Nama virus ini berasal dari sebuah desa di Malaysia, Sungai Nipah.[14] Virus ini juga diketahui menginfeksi babi dan untuk menghentikan penyebaran penyakit jutaan orang terbunuh pada tahun 1999.[2][14]

 

GEJALA KLINIS

Gejala virus ini mulai muncul dalam waktu 3–14 hari setelah terpapar virus. Gejala awal dari virus ini adalah demam, sakit kepala, kantuk diikuti oleh disorientasi dan kebingungan mental. Gejala-gejala tersebut dapat memburuk menjadi koma dalam waktu 24-48 jam. Ensefalitis, radang otak, merupakan hasil komplikasi fatal dari infeksi virus nipah. Penyakit pernapasan juga dapat terjadi selama awal penyakit.[14] Pasien kasus Nipah yang mengalami penyakit pernapasan lebih berpotensi menularkan virus nipah dibandingkan yang tidak memiliki penyakit pernapasan.[15] Penyakit ini dicurigai pada individu yang bergejala dalam konteks wabah epidemi.

 

RISIKO

Risiko paparan virus nipah yang tinggi bagi pekerja rumah sakit dan perawat dari pasien yang terinfeksi virus nipah. Di Malaysia dan Singapura, infeksi virus Nipah terjadi pada orang yang memiliki kontak dengan babi yang terinfeksi. Di Bangladesh dan India, penyakit ini dikaitkan dengan konsumsi getah yang mentah (toddy) dan kontak dengan kelelawar buah.[16]

 

DIAGNOSA LABORATORIUM

Diagnosa laboratorium dari infeksi virus Nipah dibuat dengan menggunakan reverse transcriptase dari polymerase chain reaction (RT-PCR) dari saluran tenggorokan, cairan serebrospinal, urin dan analisis darah selama tahap akut dan tahap penyembuhan. Deteksi antibody IgG dan IgM dapat dilakukan setelah pemulihan untuk memastikan infeksi virus Nipah.  Imunohistokimia pada jaringan yang dikumpulkan selama otopsi juga dapat memastikan penyakit ini.[14] RNA virus dapat diisolasikan dari air liur orang yang terinfeksi.

 

PENCEGAHAN

Pencegahan infeksi virus Nipah penting karena belum ada pengobatan yang terbukti efektif untuk penyakit ini. Infeksi virus ini dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan kelelawar di daerah endemik dan babi yang sakit. Meminum getah kelapa yang mentah (palm toddy) yang berpotensi terkontaminasi oleh bat excrete,[17] memakan buah yang telah dikonsumsi oleh kelelawar dan menggunakan air dari sumur yang dipenuhi oleh kelelawar [18] harus dihindari. Kelelawar diketahui minum toddy yang dikumpulkan dalam wadah terbuka, dan terkadang kencing di dalamnya, yang membuat toddy terkontaminasi oleh virus.[17] Pengawasan dan kesadaran sangat penting untuk mencegah wabah di masa depan. Hubungan penyakit ini dalam siklus reproduksi kelelawar tidak dipelajari dengan baik. Praktek pencegahan infeksi standar harus dijalankan untuk mencegah infeksi nosokomial. Vaksin subunit yang menggunakan virus Hendra ditemukan untuk menghasilkan antibodi pelindung silang terhadap virus Hendra, meskipun potensi untuk digunakan pada manusia belum diteliti.[19]

 

PENGOBATAN

Saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk infeksi virus Nipah. Perawatannya juga terbatas pada perawatan yang mendukung. Sangat penting untuk mempraktekkan pengendalian infeksi standar dan teknik perawatan yang tepat untuk menghindari penularan infeksi dari satu manusia ke manusia yang lain. Semua dugaan kasus infeksi virus Nipah harus diisolasi dan diberikan perawatan yang mendukung secara intensif. Ribavirin telah terbukti efektif dalam tes in vitro, tetapi belum terbukti efektif pada manusia. Imunisasi pasif menggunakan antibodi monoklonal manusia yang menargetkan Nipah G glikoprotein telah dievaluasi dalam model musang sebagai profilaksis pasca pajanan.[6][14] Obat anti-malaria chloroquine ditujukkan untuk memblokir fungsi-fungsi penting yang diperlukan untuk pematangan virus Nipah, meskipun tidak ada manfaat secara klinis yang telah diamati.[20] m102.4, antibodi  monoklonal pada manusia, telah digunakan pada orang yang menggunakan perawatan gratis di Australia dan dalam perkembangan pra-klinis pada tahun 2013.[6]

 

PENYEBARAN

Wabah virus Nipah telah dilaporkan di Malaysia, Singapura, Bangladesh, dan India. Angka kematian tertinggi akibat infeksi virus Nipah terjadi di Bangladesh. Di Bangladesh, wabah biasanya muncul di musim dingin.[21] Virus Nipah pertama kali muncul di Malaysia pada tahun 1998 di semenanjung Malaysia pada babi dan peternak babi. Pada pertengahan 1999, lebih dari 265 kasus manusia terkena ensefalitis, termasuk 105 kematian, dilaporkan di Malaysia, dan 11 kasus baik penyakit ensefalitis atau penyakit pernapasan dengan satu kematian dilaporkan di Singapura.[22] Pada tahun 2001, virus Nipah dilaporkan dari Distrik Meherpur, Bangladesh [23][24] dan Siliguri, India.[23] Wabah ini muncul lagi pada tahun 2003, 2004 dan 2005 di Distrik Naogaon, Distrik Manikganj, Distrik Rajbari, Distrik Faridpur dan Distrik Tangail.[24] Di Bangladesh, juga terjadi wabah pada tahun-tahun berikutnya.[25][8]

 

Pada Mei 2018, dilaporkan terjadi wabah di distrik Kozhikode, Kerala, India.[26] Telah dicatat terdapat 18 kematian, termasuk satu pekerja layanan kesehatan.[27][12] Mereka yang meninggal kebanyakan berasal dari distrik Kozhikode dan Malappuram, termasuk perawat berusia 31 tahun yang merawat pasien yang terinfeksi virus. Pada 31 Mei 2018, sekitar 16 orang dikarantina karena mereka kontak dengan orang terinfeksi. Kejadian ini telah menyebabkan kepanikan di seluruh negara bagian Kerala, India. Sampel darah telah dikirim untuk keperluan pengujian. India sedang mencari bantuan dari Australia dengan mengimpor antibodi monoklonal ke antigen virus Nipah. Namun, perawatan yang [28] bersifat eksperimental dan belum diuji pada manusia. India juga mengimpor tablet ribavirin dari Malaysia, hasil koordinasi otoritas dan orang yang mengendalikan penyebaran virus ini.[29]

 

DAFTAR PUSTAKA


1.Signs and Symptoms Nipah Virus (NiV)". CDC (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 24 Mei 2018.

2.www.who.int. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 April 2018. Diakses tanggal 21 May 2018.

3.Transmission Nipah Virus (NiV)". CDC (dalam bahasa Inggris). 20 March 2014. Diakses tanggal 24 May 2018.

4."Diagnosis Nipah Virus (NiV)". CDC (dalam bahasa Inggris). 20 March 2014. Diakses tanggal 24 May 2018.

5."Prevention Nipah Virus (NiV)". CDC (dalam bahasa Inggris). 20 March 2014. Diakses tanggal 24 May 2018.

6.Broder, Christopher C.; Xu, Kai; Nikolov, Dimitar B.; Zhu, Zhongyu; Dimitrov, Dimiter S.; Middleton, Deborah; Pallister, Jackie; Geisbert, Thomas W.; Bossart, Katharine N.; Wang, Lin-Fa (Oktober 2013). "A treatment for and vaccine against the deadly Hendra and Nipah viruses". Antiviral Research (dalam bahasa Inggris). 100 (1): 8–13. doi:10.1016/j.antiviral.2013.06.012ISSN 0166-3542. Diakses tanggal 21 May 2018.

7.Secara total, ada sekitar 582 kasus manusia (Oktober 2013).

8.Morbidity and mortality due to Nipah or Nipah-like virus encephalitis in WHO South-East Asia Region, 2001-2018"(PDF). SEAR. Diakses tanggal 2 Juni 2018. 112 kasus sejak Oktober 2013

9.name=SEARO2018>"Nipah virus outbreaks in the WHO South-East Asia Region".South-East Asia Regional Office. WHO. Diakses tanggal 23 Mei 2018.

10.name=SEARO2018

11.CNN, Manveena Suri, (22 May 2018). "10 confirmed dead from Nipah virus outbreak in India"CNN. Diakses tanggal 25 May 2018.

12."Nipah virus outbreak: Death toll rises to 14 in Kerala, two more cases identified". Hindustan Times. 27 May 2018. Diakses tanggal 28 May 2018.

13.NiV pertama kali diidentifikasi selama wabah penyakit yang terjadi di Kampung Sungai Nipah, Malaysia pada tahun 1998.

14.Nipah Virus (NiV) CDC". www.cdc.gov (dalam bahasa Inggris). CDC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 December 2017. Diakses tanggal 21 May2018.

15.Luby, Stephen P.; Hossain, M. Jahangir; Gurley, Emily S.; Ahmed, Be-Nazir; Banu, Shakila; Khan, Salah Uddin; Homaira, Nusrat; Rota, Paul A.; Rollin, Pierre E.; Comer, James A.; Kenah, Eben; Ksiazek, Thomas G.; Rahman, Mahmudur (2009)."Recurrent Zoonotic Transmission of Nipah Virus into Humans, Bangladesh, 2001–2007"Emerging Infectious Diseases15 (8): 1229–1235. doi:10.3201/eid1508.081237. ISSN 1080-6040. PMC 2815955. Diarsipkandari versi asli tanggal 22 May 2018.

16.Luby, Stephen P.; Gurley, Emily S.; Hossain, M. Jahangir (2012). Transmission of human infection with Nipah virus (dalam bahasa Inggris). National Academies Press (US). Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 May 2018. Diakses tanggal 21 May 2018.

17.Islam, M. Saiful; Sazzad, Hossain M.S.; Satter, Syed Moinuddin; Sultana, Sharmin; Hossain, M. Jahangir; Hasan, Murshid; Rahman, Mahmudur; Campbell, Shelley; Cannon, Deborah L.; Ströher, Ute; Daszak, Peter; Luby, Stephen P.; Gurley, Emily S. (April 2016)."Nipah Virus Transmission from Bats to Humans Associated with Drinking Traditional Liquor Made from Date Palm Sap, Bangladesh, 2011–2014". Emerging Infectious Diseases (dalam bahasa Inggris). 22 (4): 664–670. doi:10.3201/eid2204.151747. ISSN 1080-6040. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 December 2017.

18.Balan, Sarita (21 May 2018). "6 Nipah virus deaths in Kerala: Bat-infested house well of first victims sealed". The News Minute. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 May 2018. Diakses tanggal 21 May 2018.

19.Bossart, Katharine N.; Rockx, Barry; Feldmann, Friederike; Brining, Doug; Scott, Dana; LaCasse, Rachel; Geisbert, Joan B.; Feng, Yan-Ru; Chan, Yee-Peng; Hickey, Andrew C.; Broder, Christopher C.; Feldmann, Heinz; Geisbert, Thomas W. (8 August 2012). "A Hendra Virus G Glycoprotein Subunit Vaccine Protects African Green Monkeys from Nipah Virus Challenge". Science translational medicine. 4(146): 146ra107. doi:10.1126/scitranslmed.3004241ISSN 1946-6234PMC 3516289 . Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 May 2018.

20.Broder, Christopher C.; Xu, Kai; Nikolov, Dimitar B.; Zhu, Zhongyu; Dimitrov, Dimiter S.; Middleton, Deborah; Pallister, Jackie; Geisbert, Thomas W.; Bossart, Katharine N.; Wang, Lin-Fa (October 2013). "A treatment for and vaccine against the deadly Hendra and Nipah viruses". Antiviral Research (dalam bahasa Inggris). 100 (1): 8–13. doi:10.1016/j.antiviral.2013.06.012. ISSN 0166-3542. Diakses tanggal 21 May 2018.

21.Chadha MS, Comer JA, Lowe L, Rota PA, Rollin PE, Bellini WJ, Ksiazek TG, Mishra A; Comer; Lowe; Rota; Rollin; Bellini; Ksiazek; Mishra (February 2006)."Nipah virus-associated encephalitis outbreak, Siliguri, India". Emerging Infectious Diseases. 12 (2): 235–40. doi:10.3201/eid1202.051247. PMC 3373078 . PMID 16494748.

22.Eaton, BT; Broder, CC; Middleton, D; Wang, LF (January 2006). "Hendra and Nipah viruses: different and dangerous". Nature reviews. Microbiology. 4 (1): 23–35. doi:10.1038/nrmicro1323. PMID 16357858.

23.Chadha MS, Comer JA, Lowe L (2006)."Nipah virus-associated encephalitis outbreak, Siliguri, India"Emerging Infectious Diseases. 12 (2): 235–40. doi:10.3201/eid1202.051247PMC 3373078 .PMID 16494748. Diarsipkandari versi asli tanggal 29 June 2011.

24.Hsu VP, Hossain MJ, Parashar UD (2004). "Nipah virus encephalitis reemergence, Bangladesh". Emerging Infectious Diseases. 10 (12): 2082–7. doi:10.3201/eid1012.040701. PMC 3323384 . PMID 15663842. Diarsipkandari versi asli tanggal 11 April 2011.

25."Arguments in Bahodderhat murder case begin". The Daily Star. 18 March 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 October 2012. Diakses tanggal 21 May 2014.

26.Bever, Lindsey (2018-05-22)."Rare, brain-damaging virus spreads panic in India as death toll rises". Washington Post (dalam bahasa Inggris). ISSN 0190-8286. Diakses tanggal 2018-05-31.

27."Lini Puthussery: India's 'hero' nurse who died battling Nipah virus". BBC News. Diakses tanggal 22 Mei 2018.

28.Bossart KN, Zhu Z, Middleton D, Klippel J, Crameri G, Bingham J, McEachern JA, Green D, Hancock TJ, Chan YP, Hickey AC, Dimitrov DS, Wang LF, Broder CC (2009). "A Neutralizing Human Monoclonal Antibody Protects against Lethal Disease in a New Ferret Model of Acute Nipah Virus Infection". PLoS Pathogens. 5 (10): e1000642. doi:10.1371/journal.ppat.1000642. PMC 2765826. PMID 19888339.

29.hermesauto (2018-05-22)."Rare brain-damaging Nipah virus kills 10 in India, prompts rush to hospitals". The Straits Times (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-05-23.

 SUMBER:

https://id.wikipedia.org/wiki/Infeksi_virus_Nipah