Rahasia Panjang Umur Tetap Sehat: 9 Kebiasaan Ilmiah di Usia 70+
Bayangkan di usia lebih dari tujuh puluh tahun, Anda masih bangun pagi
dengan semangat, berjalan ringan di taman, dan menatap masa depan dengan
optimisme. Sementara banyak orang khawatir tentang penuaan, sebagian kecil
justru menjalani masa senja sebagai bab paling berwarna dalam hidup mereka. Apa
rahasia mereka? Mengapa sebagian orang tampak tetap cerah, aktif, dan bahagia
di usia senja—seolah waktu berhenti memudar di wajah mereka?
Menurut laporan Geediting.com yang dikutip oleh JawaPos
(2024), ada sembilan prinsip hidup sederhana yang diamalkan oleh para lansia
penuh vitalitas ini. Menariknya, penelitian ilmiah modern mendukung sepenuhnya
sembilan rahasia tersebut—mulai dari cara berpikir, gaya hidup, hingga hubungan
sosial. Artikel ini mengungkap sisi ilmiah dari kebahagiaan dan semangat hidup
di atas usia 70 tahun, yang bisa menjadi panduan berharga bagi siapa pun yang
ingin menua dengan elegan dan penuh makna.
1. Menerima Perubahan dengan Lapang Dada
Orang lanjut
usia yang mampu beradaptasi dengan perubahan—baik perubahan teknologi, kondisi
fisik, maupun dinamika keluarga—memiliki kesehatan mental yang lebih baik. Para
peneliti menyebut kemampuan ini sebagai psychological flexibility, yaitu
kemampuan menerima realitas dengan terbuka sambil tetap bertindak sesuai nilai
pribadi. Sebuah tinjauan sistematik dalam Frontiers in Psychology
(Kashdan & Rottenberg, 2010) menunjukkan bahwa kelenturan psikologis
berkaitan erat dengan tingkat stres yang lebih rendah dan kesejahteraan
emosional yang lebih tinggi pada usia lanjut.
“Kemampuan beradaptasi adalah bentuk kebijaksanaan,” tulis peneliti
tersebut. Dengan kata lain, mereka yang bisa menerima perubahan justru lebih
tangguh menghadapi hidup.
2.
Mempraktikkan Rasa Syukur Setiap Hari
Rasa syukur
bukan sekadar sikap spiritual—tetapi juga strategi ilmiah untuk memperkuat
kesejahteraan. Meta-analisis oleh Dickens (2017) dalam The Journal of
Positive Psychology menemukan bahwa latihan bersyukur secara teratur dapat
menurunkan gejala depresi dan meningkatkan kebahagiaan. Bahkan, studi oleh
Chopik et al. (2019) menunjukkan bahwa individu berusia lanjut cenderung
merasakan rasa syukur lebih mendalam dibanding usia muda, yang berkontribusi
terhadap stabilitas emosional mereka.
3. Tetap Aktif Secara Fisik dan Sosial
Aktivitas fisik rutin seperti berjalan kaki, yoga ringan, atau berenang
terbukti memperlambat proses penuaan biologis. WHO (2020)
merekomendasikan lansia melakukan aktivitas fisik setidaknya 150 menit per
minggu untuk menjaga fungsi jantung dan otot. Sebuah meta-analisis oleh
Cunningham et al. (2020, Journal of Aging and Health) juga
menemukan bahwa keterlibatan sosial yang kuat—misalnya melalui kegiatan
komunitas—berkorelasi dengan tingkat kebahagiaan dan harapan hidup yang lebih
tinggi.
Jadi, bukan hanya tubuh yang perlu digerakkan, tetapi juga hati dan pikiran
lewat interaksi dengan sesama.
4.
Memprioritaskan Hubungan yang Bermakna
Hubungan
sosial yang hangat adalah “vitamin” penting bagi umur panjang. Meta-analisis
oleh Holt-Lunstad et al. (2010, PLoS Medicine) menemukan bahwa
individu dengan hubungan sosial yang kuat memiliki kemungkinan hidup 50% lebih
tinggi dibanding mereka yang terisolasi. Kualitas hubungan—lebih
dari sekadar jumlah teman—terbukti melindungi kesehatan mental dan fisik.
Bagi mereka yang berusia lanjut, waktu berkualitas bersama keluarga dan
teman sering kali lebih berharga daripada terapi apa pun.
5. Memelihara Hobi dan Minat Pribadi
Hobi bukan hanya hiburan, tapi juga stimulasi otak. Penelitian
longitudinal oleh Akbaraly et al. (2009, BMJ) menunjukkan bahwa
aktivitas mental dan sosial seperti membaca, menulis, atau berkebun berhubungan
dengan risiko demensia yang lebih rendah. Aktivitas kreatif juga memperkuat
rasa identitas diri dan kepuasan hidup, sebagaimana disimpulkan oleh The
Journals of Gerontology (2018).
6. Menjaga Pola Makan Seimbang dan Kesehatan Optimal
Pola makan bergizi dan gaya hidup sehat menjadi pondasi utama penuaan
sehat. Uji coba besar PREDIMED (Estruch et al., 2018, New
England Journal of Medicine) menunjukkan bahwa pola makan Mediterania—yang
kaya buah, sayur, ikan, dan minyak zaitun—menurunkan risiko penyakit jantung
hingga 30%. Pemeriksaan kesehatan rutin dan tidur cukup juga terbukti
meningkatkan kualitas hidup pada lansia (WHO, 2021).
7. Memaafkan dan Melepaskan Beban Masa Lalu
Menumpuk penyesalan dan kemarahan di masa tua dapat menguras energi
emosional. Studi oleh Toussaint et al. (2016, Journal of Behavioral
Medicine) menunjukkan bahwa individu yang mampu memaafkan memiliki tekanan
darah lebih stabil dan tingkat stres yang lebih rendah. Pada lansia, kemampuan
memaafkan sering kali menjadi kunci menuju kedamaian batin.
8.
Mempraktikkan Kesadaran Penuh (Mindfulness)
Latihan mindfulness—seperti
meditasi ringan atau bernafas dengan sadar—terbukti menurunkan kecemasan,
meningkatkan kualitas tidur, dan memperkuat fungsi kognitif. Meta-analisis oleh
Geiger et al. (2022, Aging & Mental Health) menyimpulkan
bahwa intervensi mindfulness efektif meningkatkan kesejahteraan
emosional pada lansia, terutama dalam mengurangi stres dan gejala depresi
ringan.
9. Hidup dengan Tujuan dan Pikiran Positif
Memiliki tujuan hidup yang jelas terbukti memperpanjang usia. Studi
longitudinal oleh Hill dan Turiano (2014, Psychological Science)
menemukan bahwa orang yang merasa hidupnya bermakna memiliki risiko kematian
23% lebih rendah dibanding mereka yang tidak memiliki tujuan. Optimisme dan
rasa bermakna juga meningkatkan daya tahan terhadap penyakit kronis (Kim et
al., 2019, PNAS).
“Mereka yang hidup dengan tujuan, hidup dua kali lebih dalam,” tulis peneliti tersebut.
Menjadi Versi Terbaik di
Setiap Usia
Kesembilan rahasia ini
bukanlah resep instan, melainkan hasil dari kebiasaan yang konsisten. Dari
sudut pandang ilmiah, gaya hidup positif, hubungan sosial yang bermakna, dan
cara berpikir terbuka berperan besar dalam menjaga kesehatan otak, jantung, dan
jiwa. Bagi kita yang masih di usia produktif, mempelajari kebijaksanaan mereka
yang berusia lanjut bisa menjadi panduan menuju masa tua yang sehat dan
bahagia—karena, seperti terbukti dalam banyak penelitian, penuaan bukanlah
kemunduran, melainkan proses menjadi versi terbaik dari diri sendiri.
Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat, bagikan kepada orang-orang terdekat Anda. Mari kita wujudkan hidup sehat bukan hanya dengan umur panjang, tetapi juga penuh berkah.
Daftar Pustaka
1.Kashdan, T. B., &
Rottenberg, J. (2010). Frontiers in
Psychology, Psychological Flexibility as a
Fundamental Aspect of Health.
2.Dickens, L. R. (2017). The Journal of
Positive Psychology, Meta-analysis of Gratitude Interventions.
3.Cunningham, T. J. et al. (2020). Journal of Aging and Health,
Physical and Social Activity in Older Adults.
4.Holt-Lunstad, J. et al. (2010). PLoS Medicine, Social
Relationships and Mortality Risk.
5.Akbaraly, T. N. et al. (2009). BMJ, Leisure Activities and
Risk of Dementia.
6.Estruch, R. et al. (2018). New England
Journal of Medicine, PREDIMED Study.
7.Toussaint, L. et al. (2016). Journal of
Behavioral Medicine, Forgiveness and Health.
8.Geiger, P. J. et al. (2022). Aging &
Mental Health, Mindfulness Interventions in Older Adults.
9.Hill, P. L., & Turiano, N. A. (2014). Psychological
Science, Purpose in Life and Mortality.
10.Kim, E. S. et al. (2019). PNAS,
Optimism and Longevity.
11.World Health Organization (2020–2021). Guidelines
on Physical Activity and Healthy Ageing.

