Capaian Bapanas 2025 & Prioritas Peningkatan Fungsi Pangan Nasional
1. CAPAIAN UTAMA 2025
Berdasarkan laporan dan informasi publik per pertengahan
hingga menjelang akhir 2025, berikut poin capaian Bapanas:
|
Indikator / Program |
Angka / Fakta Terkini |
Interpretasi & Dampak |
|
Inflasi Pangan Bergejolak |
Tahun 2025, pada bulan Maret inflasi pangan relatif sangat
rendah, tercatat 0,37% (ada deflasi kecil) dibandingkan inflasi tinggi
di periode sama tahun 2024 (sekitar 10,33%). pustaka.badanpangan.go.id |
Menunjukkan bahwa intervensi stabilisasi harga efektif;
daya beli masyarakat sedikit terlindungi. |
|
Stabilisasi dan Pasokan Beras |
Produksi beras Jan-Sep 2025: ~ 28,22 juta ton; konsumsi
periode sama ~ 23,21 juta ton → surplus ≈ 5,01 juta ton dibanding
tahun lalu surplus lebih kecil. Neraca |
Menandakan bahwa ketersediaan beras cukup, potensi
cadangan yang lebih aman; memberi ruang manuver stabilisasi harga. |
|
Cadangan Beras Pemerintah (CBP) |
Cadangan
mencapai sekitar 1,9 juta ton pada awal Maret 2025. info.gptn.or.id+1 |
Memberikan bantalan stok untuk kebutuhan momen-momen
puncak seperti Ramadan/Idulfitri dan menghadapi gangguan pasokan. |
|
Gerakan Pangan Murah (GPM) |
Dilaksanakan di
2.158 titik di 31 provinsi dan 205 kabupaten/kota hingga Maret 2025. ramadhan.antaranews.com |
Upaya nyata agar pangan pokok lebih terjangkau di tingkat
konsumen, khususnya saat harga mungkin naik. |
|
Program Bantuan Pangan / SPHP |
Program “beras SPHP” ditargetkan menyalurkan 1,3 juta
ton beras dari Juli-Desember 2025. TIMES Indonesia |
Membantu kelompok rentan dan miskin agar tidak terlalu
terdampak fluktuasi harga; juga membantu menjaga konsumsi pokok. |
|
Harga Pangan
Selama Lebaran / Ramadan |
Jelang Lebaran,
stok pangan disiapkan: CBP meningkat (sebelumnya 1,2-1,5 juta ton → hampir 2,2
juta ton). Bisnis.com |
Menunjukkan
kesiapan Bapanas dan para pemangku kepentingan dalam menghadapi lonjakan
permintaan serta menjaga stabilitas sosial. |
|
Indeks
Ketahanan Pangan (IKP) Provinsi 2025 |
Tersedia
dataset IKP Provinsi 2025: contoh Provinsi-Aceh: ~ 69,9998; Sumatera Barat ~
77,72; Jambi ~ 76,16; dll. satudata.badanpangan.go.id |
Memberikan
gambaran perkembangan ketahanan pangan antar provinsi; menjadi alat ukur
performa wilayah. |
2. KETERBATASAN DAN TANTANGAN
Walau banyak capaian positif, beberapa tantangan yang masih
perlu perhatian:
- Fluktuasi
Harga Komoditas Eksplosif: komoditas seperti cabai rawit dan
minyakitas (minyak goreng curah/minyakita) tetap menjadi masalah harga di
beberapa daerah. info.gptn.or.id+1
- Distribusi
& Penyerapan Cadangan: meskipun stok beras cukup, distribusi SPHP
masih perlu dipercepat di beberapa daerah agar harga stabil merata. https://rm.id/
- Kapasitas
Daerah & Pengawasan: implementasi kebijakan berbeda antar
provinsi/kabupaten, termasuk dalam aspek keamanan pangan dan mutu,
pengawasan mutu, sertifikasi, standar mutu.
- Data
& Sistem Informasi: meski ada data seperti IKP, masih ada isu
keterbaruan data, integrasi antar lembaga dan wilayah, serta transparansi
pelaporan yang lengkap secara publik (contoh: aspek cadangan pangan,
distribusi, status keamanan pangan segar).
- Anggaran
Early-Planning: perlu perencanaan anggaran yang proaktif, bukan
reaktif terhadap lonjakan harga atau krisis pangan. Usulan anggaran untuk
2026 sebesar Rp16,10 triliun misalnya, adalah upaya yang diarahkan ke
depan. Antara News
3. PRIORITAS PENINGKATAN
FUNGSI KE DEPAN
Berdasarkaan capaian dan tantangan, berikut prioritas
kebijakan/fungsi yang perlu diperkuat:
|
Prioritas |
Fungsi terkait (angka) |
Rekomendasi Spesifik |
|
A. Perkuat Sistem Informasi & Monitoring Terpadu |
Angka 7 (Sistem
Informasi Pangan), Angka 4 & 5 (Keamanan, Gizi) |
- Kembangkan
dashboard publik real-time untuk harga komoditas pokok, stok cadangan,
kuantitas SPHP yg sudah disalurkan |
|
B.
Peningkatan Kapasitas Daerah (BT/Supervisi & Pengawasan) |
Angka 6 (Bimbingan teknis & supervisi), Angka 4, Angka
5 |
- Pelatihan & asistensi teknis kepada pemerintah
prov/kab/kota mengenai keamanan pangan, gizi, standar mutu |
|
C. Pengelolaan Cadangan & Distribusi SPHP yang
Lebih Efektif |
Angka 3 & 2 & 1 |
- Pastikan stok CP selalu cukup, termasuk buffer cadangan
untuk periode kritis |
|
D. Pengendalian Harga dan Proteksi Konsumen |
Angka 2 & 4 & 1 |
- Penetapan Harga Acuan & HET yang transparan dan adil
|
|
E. Diversifikasi Konsumsi & Gizi |
Angka 5 & 4 |
- Dorong konsumsi pangan lokal & bahan pangan bergizi
melalui kampanye, insentif, dan kebijakan |
|
F. Reformasi Organisasi Internal & Pengawasan |
Angka 8, 9, 10, 11 |
- Penguatan unit pengawasan internal, audit dan
akuntabilitas |
4. KEBIJAKAN REKOMENDASI
(KORTIKAL)
Agar prioritas di atas bisa diimplementasikan, beberapa
rencana kebijakan atau langkah strategis yang bisa diambil:
- Anggaran
Proaktif: penganggaran SPHP, bantuan pangan, stok cadangan,
pengawasan, dan sistem informasi harus sudah direncanakan sejak awal tahun
agar tidak reaktif saat krisis.
- Kemitraan Publik-Swasta &
Komunitas: untuk
distribusi, penyimpanan, pengawasan mutu (termasuk melibatkan
swasta/logistik dan kelompok masyarakat/petani/pasar lokal).
- Standarisasi
& Regulasi ke Daerah: memperkuat regulasi turun ke level
provinsi/kabupaten agar ada keseragaman standar keamanan pangan &
gizi.
- Investasi
Infrastruktur Penyimpanan & Logistik: gudang sejuk, transportasi,
pengemasan, kapasitas pelabuhan/pasar induk agar rantai pasok tidak bocor
dan menjaga mutu.
- Transparent
Reporting & Partisipasi Publik: laporan capaian fungsi tiap butir
harus publik dan mudah diakses; masyarakat & lembaga pengawas
independen bisa memantau.
- Resiliensi
terhadap Cuaca & Krisis Global: adaptasi terhadap dampak iklim
(kemarau, banjir) dan fluktuasi harga pangan impor; diversifikasi sumber
dan komoditas.
5. KESIMPULAN
- Bapanas
telah menunjukkan capaian positif terutama di aspek ketersediaan pangan
(beras) dan stabilisasi harga pokok strategi, termasuk stok cadangan
dan program SPHP / GPM.
- Namun masih terdapat kekurangan di pengawasan
mutu & keamanan pangan, distribusi merata, kapasitas
daerah, dan transparansi data.
- Fungsi-fungsi internal seperti
pengawasan organisasi, BMN, dukungan substantif ke unit kerja daerah juga
perlu ditingkatkan.
