Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Showing posts with label Pasar Jepang. Show all posts
Showing posts with label Pasar Jepang. Show all posts

Thursday, 19 February 2009

Wow! Jepang Berebut Telur Ikan Terbang Indonesia—Apa Rahasia Nilai Ekspornya yang Fantastis?

Pada saat ini (Pebruari 2009) terdapat perusahaan Jepang yang menginginkan impor telur ikan terbang dari Indonesia, sehingga pada kesempatan ini ditampilkan artikel dari Trubus untuk pembaca yang berminat meningkatkan ekspor telur ikan terbang dari Indonesia ke Jepang. Bolehkah menggunakan alat tangkap yang lebih canggih?


Ekspor Telur Ikan Terbang
oleh Trubusid

Butiran telur-telur kekuningan yang masih terikat benang mirip serabut itu dibilas berulang-ulang. Setelah bersih dijemur dengan cara diangin-anginkan di atas kayu. Telur yang sudah kering itu lalu digosokkan berkali-kali di atas papan stainless steel berukuran 20 cm x 45 cm untuk dibuang serabutnya. Telur dibilas dan diangin-anginkan kembali. Prosesi pengolahan telur ikan terbang sebelum diekspor itu dapat disaksikan di Makassar, Sulawesi Selatan.


Telur ikan terbang Hirundichthys oxycephalus itu berasal dari nelayan-nelayan di Galesong. Nelayan Bugis dari daerah pesisir berjarak 22 km di selatan Makassar itu pemburu jempolan telur ikan terbang. Dari tangan mereka, Gassing Rafi, eksportir, membelinya seharga Rp75.000-Rp90.000/kg.


Telur ikan terbang memang lezat. Penikmat yang berdatangan dari manca-negara seperti Korea Selatan, Jepang, hingga Lithuania, suka sekali menyantap karena rasanya gurih. Selain itu menyantap telur ikan terbang sangat bergengsi. Maklum, citra kelezatannya hampir setara dengan telur ikan sturgeon dari Laut Kaspia, kaviar.


Menurut Gassing permintaan telur ikan terbang sangat tinggi. Ia menggambarkan pada 2005 omzet perusahaannya mencapai Rp 6-miliar. Pada 2006 dan 2007, nilai itu meroket sampai Rp10-miliar dan Rp 20-miliar. ‘Pada 2007 volume pengiriman mencapai 60 ton. Kebutuhan pasar mencapai 2 kali lipat,’ kata Gassing yang berkali-kali terpaksa menampik pesanan itu.


Pakkaja


Ikan yang hidup di perairan Sulawesi, Papua, hingga Flores itu tidak setiap saat menghasilkan telur, meski musim berbiaknya sepanjang tahun. Masa puncak melimpahnya telur berlangsung pada Juni-Agustus. Ketika itu musim angin timur mulai habis, yang ditandai dengan kerap terjadi upwelling-arus vertikal-yang membawa plankton berlimpah. Saat itulah ikan tuing-tuing-bahasa setempat-saling mencari pasangan dan diakhiri dengan bertelur.


Saat itu pula nelayan dengan berbekal alat tangkap siap berburu. Alat tangkap berbentuk tabung berbahan rotan bergaris tengah 50 cm. Biasanya nelayan memakai jerami untuk menghubungkan 2 tabung. Jerami itulah yang menjadi media ikan betina meletakkan telur. ‘Pakkaja menga-pung sehingga mudah diamati,’ kata Gassing.


Waktu telur melimpah, dalam 1 unit pakkaja bisa diperoleh 10-15 kg telur selama 3 minggu melaut. Namun, sejak awal dekade 1990 pakkaja diganti alat yang lebih sederhana bernama bale-bale. Meski lebih sederhana, alat yang sepintas mirip rakit itu lebih ampuh menjaring telur. Nelayan bisa mendapatkan 30-40 kg telur dalam waktu yang sama. Itu lantaran celah bale-bale yang rapat dan banyak, disukai ikan terbang untuk menyembunyikan telurnya.


Telur hasil tangkapan langsung dibersih-kan nelayan dengan air laut. Telur yang masih penuh serat itu lantas dijemur di atap perahu selama 1-2 hari sebelum diolah kembali oleh eksportir atau pengepul. ‘Perlu dibersihkan lagi berkali-kali agar kadar seratnya kurang dari 20%,’ ujar Gassing yang mengekspor dalam bentuk beku setelah diawetkan dengan garam.


Langka


Beberapa tahun terakhir telur ikan terbang makin sulit didapatkan, sehingga nelayan perlu waktu berbulan-bulan untuk mengumpulkannya. Hal itu tak lepas dari menyusutnya populasi ikan terbang akibat perburuan telur berlebihan yang mengganggu regenerasi. Akibatnya nelayan Galesong harus berlayar sampai Fakfak, Provinsi Papua Barat untuk mendapat telur. Pada musim bertelur, tercatat hingga 4.400 nelayan dan 900 perahu pengepul datang di Fakfak.


Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan pada 2006 memperlihatkan produksi telur ikan terbang pada 2005 hanya 3.300 ton. Itu hanya 50% dari jumlah produksi pada 1977. Nasib ikan terbang tampaknya mulai meniti ujung tanduk. Seperti saudaranya ikan sturgeon-penghasil kaviar yang penangkapan telurnya sudah dilarang-pembatasan kuota volume tangkapan ikan terbang juga perlu dipertimbangkan. Itu semata-mata demi regenerasi ikan terbang terjaga sehingga tidak punah.


(Augy Syahailatua, PhD, kepala Bidang Sumberdaya Laut - Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).

 

SUMBER

Trubus, Juli 2008

#IkanTerbang

#EksporIndonesia

#SeafoodMarket

#PerikananNusantara

#JepangImport


Tuesday, 24 April 2007

Mangga Indonesia Siap Kuasai Jepang! Peluang Emas Ekspor yang Belum Banyak Diketahui!



Jepang dikenal sebagai negara dengan selera tinggi terhadap buah-buahan. Salah satu buah tropis yang digemari masyarakat Jepang adalah mangga. Namun, perlu diketahui bahwa Jepang hanya mampu memproduksi mangga dalam jumlah terbatas, dan itu pun hanya terjadi pada bulan Juni dan Juli, kecuali mangga Miyazaki. Padahal, kebutuhan akan buah mangga berlangsung sepanjang tahun. Untuk memenuhi permintaan tersebut, Jepang pun mengimpor mangga dari berbagai negara yang memiliki musim panen berbeda-beda.

 

Impor mangga ke Jepang sangat bergantung pada musim panen di negara asal. Filipina, misalnya, memanen mangga dari bulan Maret hingga Agustus, sementara Malaysia memetik mangga pada Agustus–September. Negara-negara lain seperti Brasil memasok mangga pada Oktober hingga Maret, sedangkan Thailand memiliki musim panen antara Maret dan Juni. Meksiko pun tak ketinggalan, dengan masa panen dari April hingga Agustus. Sementara itu, Australia mengirimkan mangga ke Jepang pada musim panas mereka, yaitu Desember hingga Maret. India juga turut mengambil bagian dengan panen mangga pada April–Mei, dan Taiwan menyuplai mangga pada Mei–Juni.

 

Melihat pola impor ini, Indonesia sebenarnya memiliki peluang besar untuk ikut meramaikan pasar mangga di Jepang. Dengan berbagai varietas unggulan seperti mangga harum manis, gadung, arumanis, dan mangga golek, Indonesia hanya perlu menentukan waktu yang paling tepat untuk mengirim mangga terbaiknya ke Jepang—yakni saat negara lain tidak sedang berada pada puncak musim panen. Misalnya, Indonesia bisa fokus pada periode Februari, atau antara September hingga November, di mana pasokan dari negara lain mulai berkurang.

 

Namun, agar mangga Indonesia dapat diterima dan bersaing di pasar Jepang, ada beberapa hal penting yang harus dipenuhi. Pertama adalah mutu. Jepang sangat ketat dalam urusan standar kualitas, baik dari segi tampilan, rasa, kebersihan, hingga keamanan pangan. Mangga yang dikirim harus segar, manis, bebas hama, dan dikemas dengan baik. Kedua, kontinuitas pasokan harus terjaga. Jepang tidak hanya mencari buah yang enak, tetapi juga menginginkan pasokan yang stabil dan terencana dengan baik sepanjang musim.

 

Dengan perencanaan yang matang, peningkatan kualitas pascapanen, serta pemenuhan standar ekspor Jepang, Indonesia berpeluang besar menjadi pemain utama dalam ekspor mangga ke Negeri Sakura. Ini bukan hanya soal buah tropis, tetapi juga tentang membuka pintu pasar baru bagi petani Indonesia, memperluas ekspor nasional, dan membawa harum nama bangsa melalui rasa manis mangga dari tanah air.

 

INDONESIA-JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT


Tindak lanjut dari Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) memberikan peluang yang sangat penting bagi ekspor mangga Indonesia ke Jepang, terutama dalam hal penghapusan atau pengurangan bea masuk.

 

1. IJEPA dan Fasilitas Tarif

 

IJEPA merupakan perjanjian kemitraan ekonomi antara Indonesia dan Jepang yang mulai berlaku sejak 1 Juli 2008. Salah satu tujuan utama perjanjian ini adalah mendorong peningkatan ekspor produk pertanian dan hortikultura Indonesia ke Jepang, termasuk komoditas seperti mangga.

 

Dalam kerangka IJEPA, Jepang telah memberikan fasilitas pengurangan hingga penghapusan bea masuk (zero tariff) untuk sejumlah produk asal Indonesia, dengan catatan produk-produk tersebut harus memenuhi aturan asal barang (rules of origin) serta standar mutu dan fitosanitari Jepang.

 

2. Mangga Termasuk Komoditas Potensial

 

Berdasarkan daftar komoditas yang diberikan preferensi tarif dalam IJEPA, mangga segar termasuk salah satu produk yang berpeluang mendapat bea masuk 0%, asalkan:

  • Produk tersebut berasal sepenuhnya dari Indonesia.
  • Produk memiliki Sertifikat Form IJEPA (Form IJEPA/CO Form I) sebagai bukti asal.
  • Memenuhi persyaratan kualitas, keamanan pangan, dan sanitasi Jepang.
  • Standar fitosanitari dan karantina yang sangat ketat dari Jepang.
  • Permintaan Jepang terhadap konsistensi pasokan dan mutu buah yang sangat tinggi.
  • Masih terbatasnya kapasitas petani dan eksportir dalam penanganan pascapanen dan pengolahan ekspor.
  • Pendampingan teknis kepada eksportir dan petani untuk memenuhi standar Jepang.
  • Fasilitasi negosiasi tarif lanjutan dalam kerangka IJEPA review yang sedang berlangsung (IJEPA telah memasuki tahap general review untuk modernisasi ketentuan).
  • Pembukaan jalur ekspor langsung (direct access) dan promosi produk hortikultura Indonesia di pasar Jepang.

 

3. Tantangan dan Tindak Lanjut

 

Meskipun peluang terbuka luas, ekspor mangga Indonesia ke Jepang masih belum optimal karena beberapa tantangan, antara lain:

 

Sebagai tindak lanjut, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, dan Badan Karantina Indonesia terus melakukan:

  • Pendampingan teknis kepada eksportir dan petani untuk memenuhi standar Jepang.
  • Fasilitasi negosiasi tarif lanjutan dalam kerangka IJEPA review yang sedang berlangsung (IJEPA telah memasuki tahap general review untuk modernisasi ketentuan).
  • Pembukaan jalur ekspor langsung (direct access) dan promosi produk hortikultura Indonesia di pasar Jepang.

 

4. Kesimpulan

 

Dengan dukungan perjanjian IJEPA, mangga Indonesia berpotensi besar menembus pasar Jepang tanpa bea masuk, asalkan dapat memenuhi ketentuan yang ditetapkan. Artinya, jalan sudah dibuka, tinggal bagaimana pelaku usaha dan pemerintah daerah mendorong peningkatan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas pasokan mangga agar dapat bersaing dengan produk negara lain yang sudah lebih dulu masuk pasar Jepang.


#ManggaIndonesia 

#EksporJepang 

#IJEPA 

#BuahTropis 

#Agribisnis