Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Showing posts with label aditif pakan alami. Show all posts
Showing posts with label aditif pakan alami. Show all posts

Tuesday, 28 October 2025

Terobosan Canggih! Rahasia Liposom Nanopropolis untuk Meningkatkan Kesehatan Hewan Terungkap – Hasilnya Luar Biasa!

 




Teknik Pembuatan Liposom Nanopropolis dan Potensinya untuk Meningkatkan Kesehatan Hewan


Pudjiatmoko

Anggota Komtek Nanoteknologi, Badan Standardisadi Nasional, Indonesia

 

ABSTRACT

Propolis is a natural product produced by honey bees that contains various bioactive compounds such as flavonoids, phenols, and aromatic acids, which act as antimicrobial, antioxidant, and anti-inflammatory agents. However, the use of propolis in animal health applications is limited due to its low water solubility and instability under heat and light exposure. An innovative approach to improving the stability and bioavailability of propolis is through nano-propolis liposome (NPL) technology. This article discusses the technique of nano-propolis liposome preparation and its potential applications in enhancing animal health and performance.

Keywords: propolis, liposome, nanoparticle, antioxidant, animal health

 

ABSTRAK

Propolis merupakan produk alami yang dihasilkan oleh lebah madu dan mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti flavonoid, fenol, dan asam aromatik yang berperan sebagai antimikroba, antioksidan, dan antiinflamasi. Namun, penggunaan propolis dalam bidang kesehatan hewan masih terkendala oleh rendahnya kelarutan dalam air serta ketidakstabilan terhadap panas dan cahaya. Salah satu pendekatan inovatif untuk meningkatkan stabilitas dan ketersediaan hayati propolis adalah melalui teknologi liposom nano-propolis (Nanopropolis Liposome, NPL). Artikel ini membahas teknik pembuatan liposom nano-propolis serta manfaat aplikasinya dalam meningkatkan kesehatan dan performa ternak.

Kata kunci: propolis, liposom, nanopartikel, antioksidan, kesehatan hewan

 

1. PENDAHULUAN

 

Propolis telah dikenal luas sebagai produk alami yang mengandung senyawa bioaktif dengan berbagai aktivitas biologis, seperti antibakteri, antivirus, antioksidan, dan antiinflamasi (Burdock, 1998; Bankova et al., 2019). Dalam bidang kesehatan hewan, propolis berpotensi digunakan sebagai aditif pakan alami untuk meningkatkan sistem imun, memperbaiki performa pertumbuhan, serta mengurangi ketergantungan terhadap antibiotik (Seven et al., 2020).

 

Namun, penggunaan propolis dalam bentuk konvensional memiliki keterbatasan karena sifat fisikokimianya yang kurang larut dalam air, mudah terdegradasi oleh panas, cahaya, dan oksidasi, serta rendahnya ketersediaan hayati setelah pemberian oral (Tanuwiria et al., 2021). Oleh karena itu, diperlukan pendekatan teknologi yang mampu melindungi dan meningkatkan efektivitas senyawa aktif propolis. Salah satu teknologi yang banyak digunakan untuk tujuan tersebut adalah sistem penghantaran berbasis liposom pada skala nano (Anjum et al., 2019; Hosseini et al., 2022).

 

2. METODE

 

Artikel ini disusun menggunakan metode tinjauan pustaka (literature review) dengan menelaah berbagai sumber ilmiah yang relevan terkait teknologi liposom dan aplikasi propolis dalam bidang kesehatan hewan. Data dan informasi dikumpulkan dari artikel penelitian, ulasan ilmiah, dan laporan teknis yang diterbitkan dalam jurnal internasional maupun nasional terakreditasi pada rentang tahun 1998–2024.


Pencarian literatur dilakukan melalui basis data PubMed, ScienceDirect, SpringerLink, Google Scholar, dan DOAJ menggunakan kata kunci “liposome propolis”, “nano-propolis”, “liposomal delivery system”, dan “animal health”. Artikel yang dipilih memuat (1) metode pembuatan liposom, (2) karakterisasi nano-propolis, dan (3) aplikasi biologisnya pada hewan.


Seluruh referensi yang digunakan dievaluasi berdasarkan relevansi, kebaruan (novelty), dan validitas data ilmiah. Informasi dari setiap sumber kemudian disintesis dan disajikan secara sistematis dalam beberapa bagian, yaitu: teknik pembuatan, karakterisasi, manfaat kesehatan, serta prospek pengembangannya.

 

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Teknik Pembuatan Liposom Nano-Propolis


3.1.1. Ekstraksi Propolis

Propolis mentah dibersihkan dari kotoran dan dikeringkan pada suhu ruang, kemudian diekstraksi menggunakan etanol 70–80% untuk melarutkan senyawa bioaktif seperti flavonoid dan fenolik (Bankova et al., 2018). Ekstrak etanolik propolis disaring dan diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator pada suhu rendah hingga diperoleh ekstrak kental propolis (da Silva et al., 2017).


3.1.2. Persiapan Komponen Liposom

Komponen utama liposom terdiri atas fosfatidilkolin (lesitin) dan kolesterol, yang berfungsi membentuk lapisan ganda lipid dan menstabilkan struktur vesikel (Mozafari et al., 2008). Kedua komponen ini dilarutkan dalam pelarut organik seperti kloroform atau etanol untuk menghasilkan larutan homogen.


3.1.3. Pembentukan Lapisan Tipis Lipid (Thin-Film Hydration Method)

Metode yang paling umum digunakan dalam pembuatan liposom adalah metode hidrasi lapisan tipis. Larutan lipid diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 40–50°C hingga terbentuk lapisan tipis lipid pada dinding labu kaca. Lapisan tersebut kemudian dihidrasi menggunakan larutan ekstrak propolis dalam phosphate buffer (pH 7,4) untuk membentuk suspensi liposom kasar (Akbarzadeh et al., 2013).


3.1.4. Reduksi Ukuran Partikel

Suspensi liposom kasar diproses menggunakan ultrasonikator (sonikasi) atau ekstrusi membran untuk menghasilkan partikel nano berukuran 50–200 nm (Bulbake et al., 2017). Proses ini penting untuk meningkatkan kestabilan, homogenitas, dan kemampuan penetrasi bioaktif propolis.


3.1.5. Karakterisasi dan Stabilitas Liposom

Karakterisasi dilakukan menggunakan Dynamic Light Scattering (DLS) untuk menentukan ukuran partikel rata-rata, indeks polidispersitas (PDI), dan muatan zeta (zeta potential) (Mozafari, 2005). Liposom dengan PDI < 0,3 dan muatan zeta > ±30 mV dikategorikan stabil secara fisik. Sediaan disimpan pada suhu 4°C untuk menjaga kestabilan fisik dan kimianya (Tavakoli et al., 2021).


3.2. Manfaat Liposom Nano-Propolis untuk Kesehatan Hewan

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan liposom nano-propolis (NPL) pada hewan ternak mampu memberikan efek fisiologis dan imunologis yang signifikan. Pada unggas, suplementasi NPL terbukti dapat meningkatkan pertambahan bobot badan, efisiensi pakan, dan status kesehatan usus, terutama pada kondisi stres panas (Hosseini et al., 2022; Purnama et al., 2024).


Selain itu, NPL memiliki efek antioksidan kuat dengan meningkatkan aktivitas enzim SOD, GPx, dan menurunkan kadar MDA dalam jaringan (Seven et al., 2020; Afroz et al., 2024). Efek imunomodulator juga dilaporkan melalui peningkatan kadar imunoglobulin dan ekspresi gen sitokin antiinflamasi (TNF-α, IL-10) (Hosseini et al., 2022).


3.3. Prospek dan Tantangan Pengembangan NPL

Walaupun teknologi liposom nano-propolis menawarkan banyak keunggulan, tantangan yang dihadapi meliputi biaya produksi tinggi, kebutuhan peralatan khusus, serta uji keamanan jangka panjang untuk menjamin keamanan residu pada produk hewan (Anjum et al., 2019). Selain itu, kestabilan selama penyimpanan dan distribusi perlu dioptimalkan dengan penyesuaian komposisi lipid dan kondisi penyimpanan (Tavakoli et al., 2021).


Integrasi riset dasar dan terapan di bidang nanoteknologi veteriner menjadi kunci percepatan adopsi teknologi NPL dalam praktik peternakan modern dan produksi hewan yang berkelanjutan.

 

4. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan

Liposom nano-propolis (NPL) merupakan inovasi teknologi penghantaran bahan bioaktif alami yang efektif untuk meningkatkan stabilitas, ketersediaan hayati, dan aktivitas biologis propolis dalam tubuh hewan. Aplikasi NPL berpotensi besar dalam meningkatkan performa pertumbuhan, memperbaiki status antioksidan, serta memperkuat respons imun pada hewan yang mengalami stres lingkungan seperti stres panas. Teknologi ini menjadi alternatif alami pengganti antibiotik pemacu pertumbuhan dan mendukung praktik peternakan berkelanjutan berwawasan One Health.


4.2. Saran Penelitian Lanjutan

Penelitian lanjutan perlu difokuskan pada optimasi formulasi liposom nano-propolis, termasuk variasi komposisi fosfolipid, rasio propolis terhadap kolesterol, serta pengaruh ukuran partikel terhadap efisiensi penyerapan dan stabilitas penyimpanan. Selain itu, diperlukan uji in vivo pada berbagai spesies hewan untuk mengevaluasi efek fisiologis, imunologis, dan toksikologis jangka panjang, serta kajian ekonomi dan kelayakan produksi skala industri guna mempercepat penerapan teknologi NPL di sektor peternakan.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Afroz T., Rahman M., Chowdhury A. 2024. The prevalence, isolation, and antimicrobial susceptibility testing of Enterococcus species from various clinical samples in a tertiary care hospital. Journal of Vocational Health Studies 7(1):200-205.


Akbarzadeh A., Rezaei-Sadabady R., Davaran S., Joo S.W., Zarghami N., Hanifehpour Y., Samiei M., Kouhi M., Nejati-Koshki K. 2013. Liposome: Classification, preparation, and applications. Nanoscale Research Letters 8:102.


Anjum S., Abbasi B.H., Shinwari Z.K. 2019. Plant-mediated green synthesis of silver nanoparticles for biomedical applications: Challenges and opportunities. Phytochemistry Reviews 18(4):1-35.


Bankova V., Bertelli D., Borba R., Conti B.J., da Silva Cunha I.B. 2019. Standard methods for Apis mellifera propolis research. Bee World 96(2):39-44.


Bankova V., Popova M., Trusheva B. 2018. The phytochemistry of the honeybee. Phytochemistry 155:1-11.


Bulbake U., Doppalapudi S., Kommineni N., Khan W. 2017. Liposomal formulations in clinical use: An updated review. Pharmaceutics 9(2):12-21.


Burdock G.A. 1998. Review of the biological properties and toxicity of bee propolis. Food and Chemical Toxicology 36(4):347-363.


da Silva S.S., Almeida A., Teixeira P., Oliveira R. 2017. Nanotechnology for the delivery of propolis: Present status and future perspectives.
Pharmaceutics 9(2):32-41.


Hosseini S.M., Zarei M., Arabameri M., Rahmani F. 2022.
Liposomal nano-propolis as a natural antioxidant to improve growth performance, immunity, and gut health in broiler chickens under heat stress. Poultry Science 101(12):102205.


Mozafari M.R. 2005. Liposomes: An overview of manufacturing techniques. Cellular & Molecular Biology Letters 10(4):711-719.


Mozafari M.R., Johnson C., Hatziantoniou S., Demetzos C. 2008. Nanoliposomes and their applications in food nanotechnology. Journal of Liposome Research 18(4):309-327.


Purnama R., Yanti D., Widodo E. 2024. Nano-propolis liposome as an anti-stress agent in broiler chickens exposed to cyclic heat stress. Jurnal Kedokteran Hewan 19(2):145-154.


Seven I., Tatli Seven P., Gul Baykalir B., Iflazoglu Mutlu S., Eser G. 2020. The effects of propolis on performance, antioxidant, and immune status in broilers exposed to heat stress. Poultry Science 99(12):6336-6345.


Tanuwiria U.H., Widiastuti R., Tanuwiria L., Cahyadi M. 2021. The use of propolis as an alternative feed additive to improve the health and productivity of livestock. Livestock Research for Rural Development 33(9).


Tavakoli F., Bakhshi A., Ghahremani S., et al. 2021. Liposome formulation optimization and stability evaluation for encapsulation of herbal bioactives. Journal of Nanobiotechnology 19:1-13.


#nanopropolis 

#liposom 

#kesehatanhewan 

#nanoteknologi 

#propolis

Monday, 27 October 2025

Terkuak! Propolis Lebah Bisa Gantikan Antibiotik di Peternakan Ayam—Hasil Penelitiannya Bikin Kaget!

 


 

Propolis, Rahasia Lebah yang Berpotensi Gantikan Antibiotik di Peternakan Ayam

 

Selama puluhan tahun, antibiotik telah menjadi “ramuan ajaib” bagi peternak unggas. Obat ini tidak hanya menyembuhkan penyakit, tetapi juga berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan (antibiotic growth promoter/AGP) yang membuat ayam tumbuh lebih cepat dan efisien. Namun, di balik manfaat tersebut, tersembunyi ancaman besar: resistensi antimikroba. Bakteri yang kebal terhadap antibiotik kini menjadi momok global yang mengancam kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.

 

Lalu, adakah cara agar ayam tetap sehat dan produktif tanpa ketergantungan pada antibiotik? Jawabannya mungkin sudah lama disediakan alam—melalui zat alami bernama propolis, bahan yang dikumpulkan lebah dari pucuk daun dan getah pohon.

 

Ketika Antibiotik Tak Lagi Jadi Pilihan Aman

 

Selama lebih dari enam dekade, AGP digunakan untuk memperbaiki pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak. Antibiotik ini bekerja dengan menekan mikroba berbahaya di saluran pencernaan sehingga penyerapan nutrisi menjadi lebih baik. Namun, penggunaan terus-menerus, bahkan dalam dosis rendah, terbukti dapat memunculkan bakteri yang kebal terhadap antibiotik.

 

Kekhawatiran ini mendorong banyak negara, termasuk Indonesia, untuk melarang penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan. Akibatnya, industri peternakan dihadapkan pada tantangan baru: bagaimana mempertahankan produktivitas unggas tanpa bantuan antibiotik? Dari sinilah upaya mencari alternatif alami yang aman dan efektif dimulai.

 

Propolis: “Lem Lebah” yang Sarat Manfaat

 

Propolis adalah bahan lengket yang digunakan lebah madu untuk menambal dan mensterilkan sarangnya. Namun, fungsi sebenarnya jauh lebih luar biasa. Zat ini mengandung ratusan senyawa aktif seperti flavonoid, asam aromatik, terpena, dan fenol yang memiliki aktivitas antibakteri, antivirus, antijamur, antiinflamasi, serta antioksidan.

 

Penelitian menunjukkan bahwa propolis mampu meningkatkan daya tahan tubuh hewan, mempercepat regenerasi jaringan, dan melindungi hati dari kerusakan oksidatif. Tak heran, propolis kini menarik perhatian banyak ilmuwan sebagai pengganti alami antibiotik dalam pakan unggas.

 

Fakta Menarik tentang Propolis

 

Asal Nama: Kata propolis berasal dari bahasa Yunani — pro berarti “sebelum” dan polis berarti “kota.” Secara harfiah, berarti “pelindung kota,” karena lebah menggunakannya untuk melindungi sarang dari ancaman luar.

Komposisi: Propolis terdiri atas ±50% resin nabati, 30% lilin lebah, 10% minyak esensial, dan sisanya serbuk sari serta senyawa organik lain.

Warna dan Bau: Warnanya bervariasi dari cokelat tua hingga kehijauan, tergantung sumber tanaman. Baunya khas, mirip aroma madu bercampur getah pohon.

Daya Steril Alami: Lebah menggunakan propolis untuk menutupi celah sarang dan mensterilkan bagian dalam, sehingga koloni tetap bebas dari jamur dan bakteri.

Nilai Ekonomi: Propolis menjadi produk sampingan perlebahan bernilai tinggi. Selain untuk kesehatan hewan, ia banyak digunakan dalam industri farmasi, kosmetik, dan suplemen kesehatan manusia.

 

Menguji Efektivitas Propolis pada Ayam Pedaging

 

Sebuah penelitian di Universitas Islam Azad, Isfahan, meneliti pengaruh ekstrak etanol propolis terhadap performa, biokimia darah, dan respons imun ayam pedaging. Sebanyak 312 ekor ayam broiler dibagi menjadi enam kelompok: satu tanpa aditif, satu diberi antibiotik (flavofosfolipol), dan empat kelompok lainnya diberi propolis dengan dosis 50–300 mg/kg pakan.

 

Selama enam minggu, peneliti memantau bobot badan, konversi pakan, angka kematian, dan profil biokimia darah. Hasilnya menarik: meskipun propolis tidak memberikan perbedaan signifikan terhadap pertumbuhan, ayam yang diberi propolis dosis 100 mg/kg menunjukkan kadar kolesterol baik (HDL) lebih tinggi dan trigliserida lebih rendah dibanding kelompok lain.

 

Mengapa Propolis Tak Selalu Memberi Efek Instan

 

Tidak semua penelitian menunjukkan hasil seragam. Beberapa studi melaporkan peningkatan pertumbuhan dan efisiensi pakan, sementara yang lain tidak menemukan perubahan berarti. Variasi ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan asal propolis (yang bergantung pada jenis tanaman sumber resin), kandungan senyawa aktif, serta kondisi lingkungan tempat penelitian dilakukan.

 

Selain itu, dalam kondisi laboratorium yang sangat bersih dan terkendali, manfaat propolis mungkin tidak tampak jelas karena ayam tidak banyak terpapar patogen. Namun, di lingkungan peternakan yang penuh stres dan mikroba, efek perlindungan propolis bisa jauh lebih nyata.

 

Jejak Biokimia: Menjaga Keseimbangan Lemak Darah

 

Menariknya, penelitian ini menunjukkan bahwa ayam yang diberi propolis memiliki kadar kolesterol baik (HDL) lebih tinggi. Flavonoid dalam propolis diduga menekan aktivitas enzim yang memicu pembentukan kolesterol di hati, sehingga membantu menjaga keseimbangan lemak darah.

 

Efek ini sejalan dengan penelitian lain yang menunjukkan kemampuan propolis menurunkan kadar lemak darah pada unggas dan mamalia. Dampaknya tidak hanya baik untuk kesehatan ayam, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas daging yang dihasilkan.

 

Imunitas Tubuh: Masih Perlu Ditelusuri

 

Penelitian yang sama juga menemukan bahwa pemberian propolis belum meningkatkan antibodi ayam secara signifikan terhadap vaksin penyakit Newcastle dan flu burung. Artinya, propolis belum menunjukkan efek imunostimulan langsung pada dosis yang digunakan. Namun, beberapa penelitian lain melaporkan hasil positif: propolis dapat merangsang produksi imunoglobulin dan bahkan berfungsi sebagai adjuvant alami dalam vaksin.

 

Dengan demikian, penelitian lanjutan tetap diperlukan untuk menemukan dosis dan formulasi propolis yang paling efektif bagi unggas.

 

Menuju Peternakan yang Lebih Alami dan Berkelanjutan

 

Meskipun efek propolis terhadap performa ayam belum sekuat antibiotik, hasil-hasil awal menunjukkan potensi besar bahan alami ini sebagai aditif pakan yang aman, ramah lingkungan, dan bebas residu antibiotik.

 

Penggunaan propolis sejalan dengan arah kebijakan global menuju peternakan bebas antibiotik—sebuah langkah penting menuju produksi pangan hewani yang lebih sehat, berkelanjutan, dan disukai konsumen masa kini.

 

Alam Menyediakan Solusi, Ilmu Menentukan Cara

 

Propolis adalah contoh sempurna bagaimana alam menyimpan solusi bagi tantangan modern. Lebah telah memanfaatkan zat ini selama jutaan tahun untuk menjaga sarangnya tetap steril. Kini, manusia belajar dari kebijaksanaan alam untuk menjaga kesehatan ternak tanpa bergantung pada antibiotik.

 

Perjalanan riset masih panjang, tetapi satu hal pasti: masa depan peternakan yang sehat mungkin bergantung pada kekuatan kecil dari dunia lebah.


#Propolis 

#AyamBroiler 

#PeternakanAlami 

#BebasAntibiotik 

#KesehatanUnggas

Benarkah Propolis Bisa Gantikan Antibiotik pada Ayam Pedaging?

 


Pengaruh ekstrak etanol propolis sebagai pengganti antibiotik pemacu pertumbuhan terhadap performa, biokimia serum, dan respons imun ayam pedaging.

 

ABSTRAK

Tujuan:
Penelitian in vivo ini dilakukan untuk menyelidiki pengaruh berbagai tingkat ekstrak etanolik propolis terhadap performa pertumbuhan, karakteristik karkas, biokimia serum, dan respons imun humoral ayam pedaging, dibandingkan dengan penggunaan antibiotik flavofosfolipol.

Bahan dan Metode:

Sebanyak 312 ekor anak ayam pedaging (Ross 308) berumur satu hari dibagi secara acak ke dalam enam perlakuan dengan empat ulangan kandang per perlakuan. Keenam perlakuan tersebut terdiri atas pakan basal berbasis jagung–bungkil kedelai (kontrol); kontrol ditambah 4,5 mg/kg flavofosfolipol; serta kontrol yang disuplenen dengan ekstrak etanolik propolis sebanyak 50, 100, 200, dan 300 mg/kg. Perlakuan diberikan selama 42 hari.

Hasil:
Baik propolis maupun antibiotik tidak berpengaruh nyata terhadap parameter performa, meskipun perlakuan pakan menunjukkan kecenderungan peningkatan bobot badan dan konsumsi pakan harian ayam pedaging dibandingkan kelompok kontrol (p>0,05). Tidak ada perlakuan yang secara signifikan memengaruhi pertambahan bobot badan (PBB); namun, ayam pedaging yang diberi pakan mengandung 200 mg/kg propolis menunjukkan nilai PBB yang lebih baik dibandingkan kelompok lain pada fase starter, grower, dan keseluruhan periode pemeliharaan (p>0,05). Hasil karkas dan bobot relatif organ dalam tidak dipengaruhi oleh perlakuan pada hari ke-42, kecuali bobot lemak abdominal yang menurun pada ayam pedaging yang diberi antibiotik. Tidak ada perlakuan yang secara signifikan memengaruhi respons imun humoral. Perlakuan pakan juga tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap parameter biokimia serum (p>0,05), meskipun ayam pedaging yang menerima 100 mg/kg propolis memiliki kadar kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL) yang lebih tinggi dan kadar trigliserida yang lebih rendah dibandingkan kelompok lain.

Kesimpulan:
Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak etanolik propolis pada pakan ayam pedaging berbasis jagung dan kedelai tidak memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap parameter performa pertumbuhan, meskipun menunjukkan potensi perbaikan profil lipid darah.

Kata kunci: ayam pedaging, antibiotik, biokimia serum, performa pertumbuhan, propolis, respons imun

 

PENDAHULUAN


Antibiotic growth promoter (AGP) telah digunakan selama sekitar 60 tahun dalam produksi ternak untuk meningkatkan performa pertumbuhan dan menjaga kesehatan hewan [1–7]. AGP dianggap dapat meningkatkan performa pertumbuhan unggas dengan cara mengubah kondisi saluran pencernaan, sehingga meningkatkan kapasitas penyerapan nutrien [8]. Namun, penggunaan AGP secara luas pada dosis subterapeutik dalam pakan ternak menimbulkan kekhawatiran karena dapat menyebabkan perkembangan resistensi antibiotik pada patogen manusia, yang berpotensi menjadi risiko kesehatan jika gen resistensi tersebut ditransfer dari hewan ke mikrobiota manusia [9,10]. Oleh karena itu, peternak unggas mulai mencari strategi untuk mengurangi atau mengganti penggunaan AGP dalam produksi unggas. Akibatnya, permintaan terhadap alternatif alami pengganti antibiotik subterapeutik yang mampu mempertahankan atau bahkan meningkatkan performa ayam pedaging dan keamanan produk unggas terus meningkat.

 

Propolis merupakan bahan resin yang lengket dan kenyal, dikumpulkan oleh lebah madu pekerja (Apis mellifera) dari tunas dan kuncup muda berbagai jenis pohon serta semak tertentu, kemudian dicampur dengan lilin dan enzim saliva [11]. Propolis mengandung flavonoid, asam aromatik, asam kafeat, terpena, dan senyawa fenolik yang memiliki berbagai aktivitas biologis terbukti, antara lain antibakteri [12–14], antivirus [15], antijamur [16], antiinflamasi [17], analgesik dan regeneratif jaringan [18], antioksidan [19,20], serta aktivitas sitostatik dan hepatoprotektif [19].

 

Khojasteh dan Shivazad [21] melaporkan adanya efek menguntungkan ekstrak etanolik propolis terhadap indeks performa ayam pedaging. Namun, penelitian lain oleh Kleczek dkk. [22] tidak menemukan pengaruh signifikan propolis terhadap performa atau karakteristik karkas ayam pedaging. Eyng dkk. [23] bahkan melaporkan efek negatif pemberian ekstrak etanolik propolis terhadap performa pertumbuhan ayam pedaging selama fase starter, meskipun tidak ditemukan perbedaan signifikan pada umur 42 hari. Asam kafeat dan quercetin yang diisolasi dari propolis juga dilaporkan tidak memengaruhi produksi antibodi pada tikus [12]. Sebaliknya, Freitas dkk. [24] menunjukkan bahwa suplementasi propolis pada ayam petelur meningkatkan produksi imunoglobulin (Ig) G spesifik terhadap sel darah merah domba (SRBC) dan antibodi alami, serta berpotensi meningkatkan respons antibodi spesifik antigen terhadap vaksin.

 

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh ekstrak etanolik propolis terhadap performa pertumbuhan, karakteristik karkas, biokimia serum, dan respons imun humoral pada ayam pedaging.

 

BAHAN DAN METODE

 

Persetujuan Etik

Semua prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini telah ditinjau dan disetujui oleh Komite Etika Perawatan Hewan, Universitas Isfahan.

 

Preparasi Propolis

Propolis dikumpulkan dari sarang lebah madu menggunakan jaring plastik. Larutan propolis 30% disiapkan dengan mencampurkan 700 mL etanol 96% dan 300 g propolis. Campuran tersebut disimpan dalam wadah tertutup, terlindung dari cahaya langsung, pada suhu ruang, dan dikocok dua kali setiap hari. Setelah 2 minggu, larutan disaring, kemudian ekstrak diuapkan menggunakan evaporator vakum pada suhu 35°C hingga diperoleh konsentrasi akhir.

 

Penentuan Total Kandungan Fenol

Total kandungan polifenol dalam ekstrak etanol propolis ditentukan sesuai dengan metode yang dijelaskan oleh Pierpoint [25].

 

Hewan dan Perlakuan Pakan

Sebanyak 312 ekor anak ayam pedaging Ross 308 berumur satu hari ditimbang saat kedatangan, kemudian dibagi secara acak ke dalam enam perlakuan, masing-masing dengan empat kandang ulangan yang berisi 13 ekor anak ayam. Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut:

  • pakan basal berbahan dasar jagung dan bungkil kedelai tanpa aditif (Tabel 1) sebagai kontrol negatif (C);
  • pakan C + 4,5 mg flavofosfolipol/kg pakan sebagai kontrol positif;
  • pakan C yang disuplementasi dengan ekstrak etanol propolis masing-masing sebanyak 50, 100, 200, atau 300 mg/kg pakan.

 

Tabel 1. Bahan dan komposisi nutrien yang dihitung pada pakan dasar fase starter dan grower (berdasarkan bahan segar)

Item

Starter (1–21 hari)

Grower (22–42 hari)

Bahan pakan (berdasarkan bahan segar), g/kg

Jagung

560

580

Bungkil kedelai 44% PK

389

350

Minyak kedelai

10

34

Mono-kalsium fosfat (15% Ca, 23% P)

13

9,3

CaCO₃ (kalsium karbonat)

17,3

17

NaCl (garam)

3,5

3,3

Premiks mineral jejak¹

2,7

2,7

Premiks vitamin²

2,7

2,7

DL-metionin

1,8

1,0

Komposisi yang dihitung, g/kg

Energi metabolis, kkal/kg

2825

3030

Protein kasar (PK)

204

189

Kalsium

9,8

9,0

Fosfor tersedia

4,4

3,5

Metionin + sistein

8,7

7,4

Lisin

11,9

10,9

 

¹ Premiks mineral menyediakan komponen berikut per kilogram pakan: 120 mg Zn dari ZnSO₄, 120 mg Mn dari MnSO₄, 80 mg Fe dari FeSO₄·5H₂O, 10 mg Cu dari CuSO₄, 2,5 mg I dari Ca(IO₄)₂, 1 mg Co dari CoSO₄, dan 0,2 mg Se dari Na₂SeO₃.

² Premiks vitamin menyediakan komponen berikut per kilogram pakan: 13.200 IU vitamin A, 4.000 ICU vitamin D, 66 IU vitamin E, 39,6 µg vitamin B₁₂, 13,2 mg riboflavin, 110 mg niasin, 22 mg D-pantotenat, 0,4 mg vitamin K, 2,2 mg asam folat, 4,0 mg tiamin, 7,9 mg piridoksin, 0,253 mg biotin, dan 100 mg etoksikuin.

PK = Protein Kasar

 

BAHAN DAN METODE

 

Pakan Basal dan Pemeliharaan Ayam

Pakan basal diformulasikan untuk memenuhi atau melampaui standar nutrisi ayam pedaging yang direkomendasikan oleh NRC (1994) [26]. Program pemberian pakan terdiri atas pakan starter (umur 1–21 hari; 2.825 kkal ME/kg, 20,4% protein kasar [PK]) dan pakan grower (umur 22–42 hari; 3.030 kkal ME/kg, 18,9% PK).

 

Percobaan dilakukan selama 6 minggu di kandang berukuran 120 × 120 × 80 cm, dengan penyediaan air minum dan pakan secara ad libitum selama seluruh periode penelitian. Jadwal pencahayaan diatur selama 23 jam terang dan 1 jam gelap setiap hari. Suhu kandang dikontrol pada 32°C (hari ke-1 hingga ke-7), 29°C (hari ke-8 hingga ke-14), 26°C (hari ke-15 hingga ke-21), dan 22°C (hari ke-22 hingga akhir percobaan).

 

Performa dan Komponen Karkas

Bobot badan (BB) dan mortalitas ayam pedaging dicatat pada umur 21 dan 42 hari. Pertambahan bobot badan harian (PBH) dan konsumsi pakan harian (DFI) diukur pada akhir minggu ke-3 dan ke-6, sedangkan rasio konversi pakan (DFI/PBH; g:g) dihitung berdasarkan data tersebut.

 

Pada umur 42 hari, dua ekor ayam jantan dari setiap ulangan dipilih secara acak, ditimbang, dan dimatikan dengan dislokasi serviks. Hasil karkas dihitung sebagai persentase bobot karkas (tanpa kepala, kaki, bantalan lemak abdomen, dan organ dalam) terhadap bobot hidup. Berat lemak abdomen, hati, jantung, pankreas, dan sekum ditentukan dan dinyatakan sebagai persentase dari bobot hidup.

 

Respons Kekebalan (Imunitas)

 

Pada umur 9 hari, anak ayam disuntik secara subkutan di daerah dorsal leher dengan 0,2 mL vaksin inaktif penyakit Newcastle (NDV) dan vaksin flu burung (AI; subtipe H9). Selanjutnya, vaksin hidup Lasota strain dari NDV diberikan secara oral pada umur 21 hari.

 

Titer antibodi terhadap NDV, virus flu burung (AIV), dan sel darah merah domba (SRBC), serta rasio heterofil terhadap limfosit (H:L) diukur untuk menilai respons imun. Pada umur 25 hari, dua ekor ayam jantan dari setiap ulangan diinokulasi secara intravena dengan 1 mL suspensi SRBC 1%. Enam hari setelah inokulasi, darah diambil, dan titer antibodi ditentukan. Total antibodi SRBC dinyatakan dalam log₂ dari kebalikan pengenceran tertinggi yang menunjukkan aglutinasi [27].

 

Pada umur 28 hari, darah diambil dari dua ekor ayam jantan untuk mengukur antibodi terhadap NDV dan AIV menggunakan uji penghambatan hemaglutinasi (HI). Hasil titer HI kemudian dikonversi menjadi log₂.

 

Pada umur 42 hari, delapan ekor ayam dari setiap perlakuan digunakan untuk menentukan rasio H:L. Darah diambil dari vena brakialis menggunakan spuit yang mengandung heparin sebagai antikoagulan. Apusan darah dibuat dan diwarnai dengan pewarnaan May–Grünwald–Giemsa [28]. Jumlah heterofil dan limfosit dihitung hingga total 60 sel, kemudian rasio H:L dihitung [29].

 

Biokimia Serum

 

Pada umur 42 hari, setelah puasa selama 12 jam, sekitar 2 mL darah per ekor dikumpulkan dari vena brakialis menggunakan tabung vakum tanpa litium heparin. Sampel diinkubasi pada suhu 37°C selama 2 jam, kemudian disentrifugasi pada 2.000 ×g selama 10 menit pada suhu 8°C (SIGMA 4-15 Lab Centrifuge, Jerman). Serum yang diperoleh digunakan untuk analisis biokimia.

 

Dua sampel serum dari setiap ulangan dianalisis untuk trigliserida, kolesterol total, lipoprotein densitas tinggi (HDL), lipoprotein densitas rendah (LDL), dan kolesterol total menggunakan kit komersial (Pars Azmoon Co., Teheran, Iran).

 

Analisis Statistik

Data dianalisis menggunakan analisis varians (ANOVA) untuk rancangan acak lengkap (RAL) dengan prosedur General Linear Model (GLM) pada perangkat lunak SAS [30]. Perbandingan rata-rata dilakukan dengan uji Tukey, dan perbedaan dianggap signifikan pada tingkat p<0,05.

 

HASIL

 

Kandungan Fenolik Total

 

Ekstrak etanol propolis yang digunakan dalam penelitian ini mengandung 173,6 mg/g total polifenol.

 

Performa dan Sifat Karkas

 

Data indeks performa ayam pedaging disajikan pada Tabel 2. Berat badan ayam pedaging tidak menunjukkan perbedaan antar perlakuan pada hari ke-21 (periode starter), meskipun terdapat kecenderungan peningkatan pada ayam yang diberi pakan mengandung antibiotik atau ekstrak etanol propolis dengan berbagai tingkat konsentrasi.

 

Demikian pula, selama fase pertumbuhan (hari ke-22 hingga 42), berat badan ayam pedaging tidak berbeda secara statistik antar perlakuan, meskipun cenderung lebih tinggi pada kelompok yang menerima pakan mengandung antibiotik atau ekstrak etanol propolis dibandingkan dengan kontrol.

 

Tidak terdapat perbedaan signifikan dalam asupan pakan harian (DFI) antar perlakuan selama periode starter. Perlakuan juga tidak memberikan pengaruh nyata terhadap DFI selama periode pertumbuhan maupun selama keseluruhan masa pemeliharaan (hari ke-1 hingga 42), meskipun ayam pedaging yang diberi pakan disuplementasi antibiotik atau ekstrak etanol propolis cenderung memiliki DFI sedikit lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.

 

Selama fase starter, fase grower, maupun keseluruhan periode percobaan, ayam pedaging yang menerima pakan dengan suplementasi ekstrak etanol propolis 200 mg/kg menunjukkan nilai rasio konversi pakan (feed:gain) yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok lain, meskipun perbedaan tersebut tidak signifikan secara statistik.

Tidak ditemukan perbedaan nyata (p>0,05) pada tingkat mortalitas antar perlakuan.

 

Tabel 2. Pengaruh pakan perlakuan terhadap indeks performa ayam broiler pada berbagai umur

Parameter

Perlakuan

SEM

Kontrol

Antibiotik

Bobot badan (BW), g

Hari ke-21

617,5

632,1

Hari ke-42

2164

2252

Konsumsi pakan harian (DFI), g/ekor/hari

Hari 1–21

45,2

45,7

Hari 22–42

147,3

152,1

Hari 1–42

95,7

99,1

Rasio konversi pakan (Feed:gain, g:g)

Hari 1–21

1,66

1,63

Hari 22–42

2,00

1,97

Hari 1–42

1,89

1,87

 

Keterangan:

  • BW = Body Weight (bobot badan)
  • DFI = Daily Feed Intake (konsumsi pakan harian)
  • SEM = Standard Error of the Mean (galat baku rata-rata)
  • Feed:gain = rasio antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan

 

Tabel 3 menunjukkan rata-rata bobot relatif organ sebagai persentase terhadap bobot hidup. Dalam percobaan ini, hasil karkas dan bobot relatif organ dalam tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan akibat perlakuan pakan, kecuali pada bobot relatif bantalan lemak perut yang menurun pada ayam pedaging yang diberi suplemen antibiotik.

 

Tabel 3. Pengaruh perlakuan pakan terhadap hasil karkas dan bobot relatif organ dalam ayam broiler pada umur 42 hari

Bobot relatif organ (%)

Perlakuan percobaan

SEM

Kontrol

Antibiotik

Karkas

70,0

70,1

Lemak abdominal

1,53ᵃᵇ

1,34ᵇ

Hati

2,19

2,33

Jantung

0,56

0,63

Pankreas

0,23

0,24

Sekum

0,58

0,53

Keterangan:
ᵃ,ᵇ Nilai pada baris yang sama dengan superskrip berbeda menunjukkan perbedaan nyata (p < 0,05).
SEM = Standard Error of the Mean (galat baku rata-rata).

 

Respons Imun

Pengaruh perlakuan terhadap respons imun humoral disajikan pada Tabel 4. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh perlakuan pakan terhadap parameter imun yang diukur, termasuk titer antibodi terhadap NDV, AI, SRBC, serta rasio H:L.

 

Tabel 4. Pengaruh perlakuan pakan terhadap titer antibodi terhadap virus Newcastle dan Influenza pada umur 28 hari, antibodi terhadap SRBC pada umur 31 hari, serta rasio H/L dan albumin terhadap globulin pada umur 42 hari

Parameter

Perlakuan percobaan

SEM

Kontrol

Antibiotik

Newcastle (log₂)

7,25

7,10

Influenza (log₂)

5,25

4,50

SRBC (log₂)

7,75

6,80

H/L

0,44

0,51

Keterangan:
SEM = Standard Error of the Mean (galat baku rata-rata)

H/L = rasio Heterofil terhadap Limfosit

SRBC = Sel darah merah domba (Sheep Red Blood Cells)

 

Biokimia Serum

Tabel 5 merangkum pengaruh perlakuan terhadap komponen biokimia serum pada umur 42 hari. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p > 0,05) pada parameter biokimia serum akibat perlakuan. Namun, ayam broiler yang diberi ekstrak etanol propolis sebanyak 100 mg/kg menunjukkan kadar kolesterol HDL yang lebih tinggi dan kadar trigliserida yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lainnya.

 

Tabel 5. Pengaruh perlakuan pakan terhadap parameter biokimia serum ayam broiler pada umur 42 hari

Parameter

Perlakuan percobaan

SEM

Kontrol

Antibiotik

Trigliserida, mg/100 mL

73

56

Kolesterol total, mg/100 mL

98

106

Kolesterol LDL, mg/100 mL

26

29

Kolesterol HDL, mg/100 mL

79

81

Keterangan:
SEM = Standard Error of the Mean (galat baku rata-rata)

LDL = Low-Density Lipoprotein

HDL = High-Density Lipoprotein


PEMBAHASAN

 

Dalam penelitian ini, baik antibiotik maupun propolis tidak memengaruhi performa ayam pedaging. Hasil ini sejalan dengan laporan Kleczek et al. [22] yang menyatakan bahwa penggunaan Flavomycin atau propolis tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja ayam pedaging. Namun, temuan tersebut berbeda dengan hasil penelitian Attia et al. [31] yang melaporkan bahwa penggunaan propolis secara kontinu maupun berkala dapat meningkatkan bobot badan dan efisiensi konversi pakan sepanjang periode penelitian dibandingkan dengan kelompok kontrol. Roodsari et al. [32] juga melaporkan bahwa suplementasi propolis dalam pakan meningkatkan bobot badan akhir serta memperbaiki konversi pakan dibandingkan dengan ayam yang hanya diberi pakan basal.

 

Dalam penelitian ini, suplementasi flavofosfolipol tidak menunjukkan efek signifikan terhadap performa pertumbuhan. Hasil tersebut berbeda dengan laporan beberapa peneliti lain [1,2,33,34]. Coates et al. [35] melaporkan bahwa suplementasi antibiotik pada ayam broiler yang dipelihara dalam kondisi bebas kuman tidak meningkatkan pertumbuhan dibandingkan dengan ayam yang dipelihara secara konvensional. Para peneliti tersebut menyimpulkan bahwa antibiotik bekerja dengan menekan pertumbuhan bakteri patogen yang dapat menyebabkan penurunan performa. Dengan demikian, dalam penelitian ini, tidak adanya efek positif dari propolis maupun antibiotik terhadap performa pertumbuhan kemungkinan disebabkan oleh kondisi higienis lingkungan percobaan yang optimal.

 

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap karakteristik karkas, kecuali pada bobot relatif bantalan lemak perut yang menurun pada ayam broiler yang diberi suplemen antibiotik. Temuan ini sejalan dengan hasil Torki et al. [36] yang melaporkan bahwa pemberian ekstrak etanol propolis tidak berpengaruh terhadap bobot relatif dada, kaki, hati, jantung, bantalan lemak perut, maupun kantong empedu pada ayam broiler pada usia pemotongan. Denli et al. [37] juga melaporkan tidak adanya perbedaan signifikan pada bobot relatif karkas, lemak perut, hati, ampela, proventrikulus, dan usus halus pada puyuh yang diberi ransum dengan berbagai tingkat propolis. Sementara itu, Seven et al. [38] melaporkan bahwa pemberian ekstrak etanol propolis dapat meningkatkan hasil karkas ayam broiler yang dipelihara di bawah kondisi stres panas. Oleh karena itu, tidak adanya pengaruh signifikan propolis terhadap karakteristik karkas dalam penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh komposisi pakan basal yang sangat mudah dicerna dan/atau kondisi lingkungan percobaan yang ideal.

 

Selain itu, perlakuan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap parameter imunologis. Kadar antibodi merupakan salah satu indikator respons imun humoral; dengan demikian, hasil ini menunjukkan bahwa suplementasi ekstrak etanol propolis tidak efektif dalam meningkatkan imunitas humoral pada ayam broiler. Hasil ini sejalan dengan laporan Eyng et al. [39] yang menemukan bahwa penambahan 1–4% residu ekstraksi propolis yang mengandung polifenol dan flavonoid ke dalam pakan ayam broiler tidak meningkatkan respons imun. Namun, beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa propolis dapat meningkatkan produksi imunoglobulin [40–42] dan berpotensi digunakan sebagai adjuvan dalam vaksin untuk meningkatkan imunogenisitas. Kemungkinan, pada penelitian ini, kadar ekstrak etanol propolis yang diberikan belum cukup untuk menstimulasi respons imun yang nyata pada ayam broiler.

 

Fuliang et al. [43] melaporkan bahwa suplementasi ekstrak etanol dan air propolis pada tikus dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL, serta meningkatkan kolesterol HDL dalam serum. Denli et al. [37] juga melaporkan bahwa ayam broiler yang menerima propolis asal Turki dalam pakan cenderung memiliki kadar HDL serum lebih tinggi dan LDL serum lebih rendah. Peningkatan kadar kolesterol HDL serum yang diamati pada ayam broiler yang diberi ekstrak etanol propolis 100 mg/kg dalam penelitian ini mungkin berkaitan dengan penurunan aktivitas enzim yang berperan dalam sintesis kolesterol. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengklarifikasi mekanisme kerja propolis sebagai agen hipolipidemik.

 

KESIMPULAN

 

Dalam penelitian ini, suplementasi ekstrak etanol propolis dalam pakan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap performa ayam broiler. Meskipun demikian, suplementasi ekstrak etanol propolis menunjukkan kecenderungan memberikan efek positif terhadap parameter biokimia darah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diperlukan studi lebih lanjut untuk mengonfirmasi temuan ini dan mengevaluasi potensi propolis sebagai aditif pakan alami pengganti antibiotik.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

1.Landy N, Ghalamkari G. H, Toghyani M. Performance, carcass characteristics, and immunity in broiler chickens fed dietary neem (Azadirachta indica) as alternative for an antibiotic growth promoter. Livest. Sci. 2011a;142:305–309. [Google Scholar]

2.Landy N, Ghalamkari G. H, Toghyani M, Moattar F. The effects of Echinacea purpurea L. (purple coneflower) as an antibiotic growth promoter substitution on performance, carcass characteristics and humoral immune response in broiler chickens. J. Med. Plants Res. 2011b;5:2332–2338. [Google Scholar]

3.Landy N, Ghalamkari G. H, Toghyani M. Evaluation of St. John’s Wort (Hypericum perforatum L.) as an antibiotic growth promoter substitution on performance, carcass characteristics, some of the immune responses, and serum biochemical parameters of broiler chicks. J. Med. Plants Res. 2012;6:510–515. [Google Scholar]

4.Yazdi F. F, Ghalamkari G. H, Toghiani M, Modaresi M, Landy N. Anise seed (Pimpinella anisum L.) as an alternative to antibiotic growth promoters on performance, carcass traits and immune responses in broiler chicks. Asian Pac. J. Trop. Dis. 2014a;4:447–451. [Google Scholar]

5.Yazdi F. F, Ghalamkari G. H, Toghiani M, Modaresi M, Landy N. Efficiency of Tribulus terrestris L. as an antibiotic growth promoter substitute on performance and immune responses in broiler chicks. Asian Pac. J. Trop. Dis. 2014b;4(Suppl 2):S1014–S1018. [Google Scholar]

6.Nanekarani S, Goodarzi M, Heidari M, Landy N. Efficiency of ethanolic extract of peppermint (Mentha piperita) as an antibiotic growth promoter substitution on performance, and carcass characteristics in broiler chickens. Asian Pac. J. Trop. Biomed. 2012;2:S1–S4. [Google Scholar]

7.Goodarzi M, Nanekarani S. H, Landy N. Effect of dietary supplementation with onion (Allium cepa L.) on performance, carcass traits and intestinal microflora composition in broiler chickens. Asian Pac. J. Trop. Dis. 2014;4:S297–S301. [Google Scholar]

8.Visek W. J. The mode of growth promotion by antibiotics. J. Anim. Sci. 1978;46:1447–1469. [Google Scholar]

9.Nasir Z, Grashorn M. A. Effects of Intermittent Application of Different Echinacea purpurea Juices on Broiler Performance and Some Blood Indices. PhD Dissertation. Stuttgart, Germany: University of Hohenheim; 2006. [Google Scholar]

10.Toghyani M, Mosavi S. K, Modaresi M, Landy N. Evaluation of kefir as a potential probiotic on growth performance, serum biochemistry and immune responses in broiler chicks. Anim. Nutr. 2015;1:305–309. doi: 10.1016/j.aninu.2015.11.010. [DOI] [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]

11.Greenaway W, Scaysbrook T, Whatley F. R. The composition and plant origins of propolis. Bee World. 1990;71:107–118. [Google Scholar]

12.Sforcin J. M, Orsi R. O, Bankova V. Effect of propolis, some isolated compounds and its source plant on antibody production. J. Ethnopharmacol. 2005;98:301–305. doi: 10.1016/j.jep.2005.01.042. [DOI] [PubMed] [Google Scholar]

13.Kujumgiev A, Tsvetkova I, Serkedjieva Y, Bankova V, Christov R, Popov S. Antibacterial, antifungal and antiviral activity of propolis of different geographic origin. J. Ethnopharmacol. 1999;64:235–240. doi: 10.1016/s0378-8741(98)00131-7. [DOI] [PubMed] [Google Scholar]

14.Silici S, Kutluca S. Chemical composition and antibacterial activity of propolis collected by three different races of honeybees in the same region. J. Ethnopharmacol. 2005;99:69–73. doi: 10.1016/j.jep.2005.01.046. [DOI] [PubMed] [Google Scholar]

15.Vynograd N, Vynograd I, Sosnowski Z. A comparative multicentre study of the efficacy of propolis, acyclovir and placebo in the treatment of genital herpes (HSV) Phytomedicine. 2000;7:1–6. doi: 10.1016/S0944-7113(00)80014-8. [DOI] [PubMed] [Google Scholar]

16.Ota C, Unterkircher C, Fantinato V, Shimizu M. T. Antifungal activity of propolis on different species of candida. Mycoses. 2001;44:375–378. doi: 10.1046/j.1439-0507.2001.00671.x. [DOI] [PubMed] [Google Scholar]

17.Orsatti C. L, Missima F, Pagliarone A. C, Sforcin J. M. Th1/Th2 cytokines’expression and production by propolis-treated mice. J. Ethnopharmacol. 2010;129:314–318. doi: 10.1016/j.jep.2010.03.030. [DOI] [PubMed] [Google Scholar]

18.De Castro S. L. Propolis: Biological and pharmacological activities. Therapeutic uses of this bee product. Annu. Rev. Biomed. Sci. 2001;3:49–83. [Google Scholar]

19.Banskota A. H, Tezuka Y, Adnyana I. K, Midorikawa K, Matsushige K, Message D, Huertas A. A, Kadota S. Cytotoxic, hepatoprotective and free radical scavenging effects of propolis from Brazil, Peru, the Netherlands and China. J. Ethnopharmacol. 2000;72:239–246. doi: 10.1016/s0378-8741(00)00252-x. [DOI] [PubMed] [Google Scholar]

20.Orhan H, Marol S, Hepsen I. F, Sahin G. Effects of some probable antioxidants on selenite-induced cataract formation and oxidative stress-related parameters in rats. Toxicology. 1999;139:219–232. doi: 10.1016/s0300-483x(99)00128-6. [DOI] [PubMed] [Google Scholar]

21.Khojasteh S, Shivazad M. The effect of diet propolis supplementation on ross broiler chicks performance. Int. J. Poult. Sci. 2006;5:84–88. [Google Scholar]

22.Kleczek K, Wilkiewicz-Wawro E, Wawro K, Makowski W, Murawska D, Wawro M. The effect of dietary propolis supplementation on the growth performance of broiler chickens. Pol. J. Nat. Sci. 2014;29:105–117. [Google Scholar]

23.Eyng C, Murakami A. E, Duarte C. R, Santos T. C. Effect of dietary supplementation with an ethanolic extract of propolis on broiler intestinal morphology and digestive enzyme activity. J. Anim. Physiol. Anim. Nutr. 2014;98:393–401. doi: 10.1111/jpn.12116. [DOI] [PubMed] [Google Scholar]

24.Freitas J. A, Vanat N, Pinheiro J. W, Balarin M. R. S, Sforcin J. M, Venancio E. J. The effects of propolis on antibody production by laying hens. Poult. Sci. 2011;90:1227–1233. doi: 10.3382/ps.2010-01315. [DOI] [PubMed] [Google Scholar]

25.Pierpoint W. S. The extraction of enzymes from plant tissues rich in phenolic compounds. Methods Mol. Biol. 2004;244:65–74. doi: 10.1385/1-59259-655-x:65. [DOI] [PubMed] [Google Scholar]

26.NRC. Nutrient Requirements of Poultry. 9th Revised ed. Washington, DC: National Academy Press; 1994. [Google Scholar]

27.Wegmann T. G, Smithies O. A simple hemagglutination system requiring small amounts of red blood cells and antibodies. Transfusion. 1966;6:67–73. [Google Scholar]

28.Lucas A. M, Jamroz C. Atlas of Avian Hematology. 1st ed. Washington, DC: USDA; 1961. [Google Scholar]

29.Gross W. B, Siegel P. S. Evaluation of heterophil to lymphocyte ratio as a measure of stress in chickens. Avian Dis. 1983;27:972–979. [PubMed] [Google Scholar]

30.SAS Institute. SAS/STAT® User’s Guide: Statistics, Version 6.12. Cary, NC: SAS Institute Inc; 1996. [Google Scholar]

31.Attia Y. A, Al-Hamid A. E. A, Ibrahim M. S, Al-Harthi M. A, Bovera F, Elnaggar A. S. H. Productive performance, biochemical and hematological traits of broiler chickens supplemented with propolis, bee pollen, and mannan oligosaccharides continuously or intermittently. Livest. Sci. 2014;164:87–95. [Google Scholar]

32.Roodsari M. H, Mehdizadeh M, Kasmani F. B, Lotfelahian H, Mosavi F, Abolghasemi A. H. Effects of oil-extracted propolis on the performance of broiler chicks. Agric. Sci. Technol. 2004;18:57–65. [Google Scholar]

33.Kavyani A, Shahne A. Z, PorReza J, Haji-abadi S. M. A, Landy N. Evaluation of dried powder of mushroom (Agaricus bisporus) as an antibiotic growth promoter substitution on performance, carcass traits and humoral immune responses in broiler chickens. J. Med. Plants Res. 2012;6:94–100. [Google Scholar]

34.Landy N, Kavyani A. Effect of using multi-strain probiotic on performance, Immune responses, and cecal microflora composition in broiler chickens reared under heat stress condition. Iran. J. Appl. Anim. Sci. 2014;3:703–708. [Google Scholar]

35.Coates M. E, Fuller R, Harrison G. F, Lev M, Suffolk S. F. A comparison of the growth of chicks in the gustafsson germ-free apparatus and in a convectional environment, with and without dietary supplements of penicillin. Br. J. Nutr. 1963;17:141–151. doi: 10.1079/bjn19630015. [DOI] [PubMed] [Google Scholar]

36.Torki M, Soltani J, Mohammadi H. Effects of adding ethanol extract of propolis and cumin essential oil to diet on the performance, blood parameters, immune response and carcass traits of broiler chicks. Iran. J. Appl. Anim. Sci. 2015;5:911–918. [Google Scholar]

37.Denli M, Cankaya S, Silici S, Okan F, Uluocak A. N. Effect of dietary addition of Turkish propolis on the growth performance, carcass characteristics and serum variables of quail (Coturnix coturnix japonica) Asian Aust. J. Anim. Sci. 2005;18:848–854. [Google Scholar]

38.Seven P. T, Seven I, Yılmaz M, Simsşek U. G. The effects of Turkish propolis on growth and carcass characteristics in broilers under heat stress. Anim. Feed Sci. Technol. 2008;146:137–148. [Google Scholar]

39.Eyng C, Murakami A. E, Santos T. C, Silveira T. G, Pedroso R. B, Lourenço D. A. Immune responses in broiler chicks fed propolis extraction residue-supplemented diets. Asian Aust. J. Anim. Sci. 2015;28:135–142. doi: 10.5713/ajas.14.0066. [DOI] [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]

40.Ziaran H. R, Rahmani H. R, Pourreza J. Effect of dietary oil extract of propolis on immune response and broiler performance. Pak. J. Biol. Sci. 2005;8:1485–1490. [Google Scholar]

41.Çetin E, Silici S, Çetin, N. and Güçlü B K. ( Effects of diets containing different concentrations of propolis on hematological and immunological variables in laying hens. Poult. Sci. 2010;89:1703–1708. doi: 10.3382/ps.2009-00546. [DOI] [PubMed] [Google Scholar]

42.Daneshmand A, Sadeghi G. H, Karimi A, Vaziry A, Ibrahim S. A. Evaluating complementary effects of ethanol extract of propolis with the probiotic on growth performance, immune response and serum metabolites in male broiler chickens. Livest. Sci. 2015;178:195–201. [Google Scholar]

43.Fuliang H. U, Hepburn H. R, Xuan H, Chen M, Daya S, Radloff S. E. Effects of propolis on blood glucose, blood lipid and free radicals in rats with diabetes mellitus. Pharmacol. Res. 2005;51:147–152. doi: 10.1016/j.phrs.2004.06.011. [DOI] [PubMed] [Google Scholar]

 

SUMBER:

Abbasali Gheisari, Shekofa Shahrvand, Nasir Landy. 2017. Effect of ethanolic extract of propolis as an alternative to antibiotics as a growth promoter on broiler performance, serum biochemistry, and immune responses. Vet World. 2017 Feb 24;10(2):249–254. doi: 10.14202/vetworld.2017.249-254