RINGKASAN
Secara
global, sektor peternakan mengalami perubahan cepat sebagai respons terhadap
globalisasi dan meningkatnya permintaan pangan hewani berkualitas. Performa
ternak optimal hanya dapat dicapai bila faktor lingkungan berada pada kondisi
ideal, namun hal ini sulit terpenuhi karena sifatnya yang sangat bervariasi.
Tingkat dan jenis stres akibat lingkungan fisik dipengaruhi oleh iklim suatu
wilayah, kemampuan adaptasi hewan, karakteristik ras, serta intervensi
manajemen manusia untuk meminimalkan kerugian.
Perubahan iklim menjadi ancaman serius bagi produktivitas ternak, keberlanjutan pertanian dan vegetasi, ketersediaan air, produksi susu, kesehatan dan reproduksi ternak, serta keanekaragaman hayati. Emisi metana dari pencernaan enterik dan pengelolaan kotoran ternak merupakan sumber utama kontribusi peternakan terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, diperlukan strategi multidisiplin yang menitikberatkan pada nutrisi, manajemen perumahan, dan kesehatan hewan untuk mengurangi dampak negatif stres lingkungan terhadap ternak.
PENDAHULUAN
Iklim
India secara umum dapat digolongkan sebagai iklim monsun tropis dengan empat
musim utama: musim dingin (Januari–Februari), musim panas (Maret–Mei), monsun
barat daya (Juni–September), dan monsun timur laut (Oktober–Desember). Namun,
terdapat variasi spesifik di wilayah tertentu, misalnya lembah Kashmir yang
beriklim sedang serta Ladakh yang memiliki iklim gurun dingin-kering. Proyek
Penelitian Pertanian Nasional (NARP) dan indeks panas–kelembapan Thornthwaite
digunakan untuk mengklasifikasikan iklim di India.
Secara
global, perubahan iklim merupakan masalah kompleks yang memengaruhi aspek
biologis, lingkungan, hingga sosial-politik. Meningkatnya suhu bumi, pola musim
yang tidak menentu, serta kejadian cuaca ekstrem—seperti gelombang panas,
kekeringan, banjir, dan curah hujan berlebihan—menimbulkan tantangan besar bagi
produksi pertanian dan peternakan.
Sejarah
mencatat, untuk pertama kalinya konsentrasi CO₂ atmosfer melebihi 400 ppm pada
tahun 2013. Tren jangka panjang suhu dan curah hujan digunakan sebagai
indikator utama perubahan iklim, di samping faktor lain seperti kelembapan dan
tekanan lingkungan. Dampak yang paling
nyata meliputi perubahan pola cuaca, mencairnya lapisan es, serta kenaikan
permukaan laut.
Menurut
Carney (2015), terdapat dua jenis risiko yang terkait dengan perubahan iklim,
yaitu risiko fisik dan risiko transisi. Risiko fisik umumnya berkaitan dengan
dampak negatif terhadap masyarakat, rantai pasok, serta operasi bisnis akibat
bencana iklim (Tankov & Tantet, 2019). Sementara itu, risiko transisi
berhubungan dengan perubahan menuju ekonomi rendah karbon, termasuk
implikasinya bagi bahan bakar fosil dan sektor yang bergantung padanya (Curtin
et al., 2019).
Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC)
memperkirakan suhu permukaan global akan meningkat rata-rata 0,2 °C per dekade,
dan pada tahun 2100 kenaikan bisa mencapai 1,8–4 °C (IPCC, 2007). Pemanasan
global juga memengaruhi siklus hidrologi. IPCC mencatat suhu global rata-rata
telah meningkat 0,85 °C sejak 1880. Jika suhu naik 1,5–2,5 °C, maka 20–30%
spesies tumbuhan dan hewan diprediksi terancam punah.
Di India, sekitar 70% populasi ternak dimiliki oleh
petani kecil dan buruh tanpa lahan, sehingga dampak perubahan iklim terhadap
sektor peternakan akan sangat signifikan.
A) Dampak Perubahan Iklim pada Pertanian
Perubahan iklim memengaruhi pertanian melalui dampak
langsung maupun tidak langsung pada tanaman, tanah, ternak, dan hama.
- Tanaman dengan jalur fotosintesis C3 mendapat manfaat dari peningkatan CO₂ atmosfer karena berfungsi sebagai pupuk yang mendorong pertumbuhan dan produktivitas.
- Kenaikan suhu dapat memperpendek umur tanaman, meningkatkan laju respirasi, mengubah proses fotosintesis, serta memengaruhi kelangsungan hidup dan penyebaran populasi serangga.
- Peningkatan frekuensi dan durasi peristiwa cuaca ekstrem, seperti gelombang panas, siklon, banjir, dan kekeringan, berdampak negatif terhadap produktivitas pertanian.
- Produksi menurun di daerah yang mengandalkan hujan akibat meningkatnya kebutuhan air tanaman dan perubahan pola curah hujan.
- Penurunan kualitas terjadi pada komoditas seperti kopi, teh, tanaman aromatik dan obat, buah-buahan, serta sayuran.
- Perubahan pola hama dan penyakit pertanian dipicu oleh meningkatnya sensitivitas inang, percepatan penularan patogen, serta meningkatnya produksi patogen dan vektor.
- Suhu yang lebih hangat, naiknya permukaan laut, curah hujan yang tidak menentu, serta meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana alam menimbulkan ancaman bagi keanekaragaman hayati pertanian.
- Jika suhu di India meningkat 2,5–4,9 °C, hasil panen padi diperkirakan turun 32–40%, sedangkan hasil gandum turun 41–52%.
- Penelitian Institut Penelitian Pertanian India (IARI) menunjukkan bahwa setiap kenaikan suhu 1 °C dapat menurunkan produktivitas gandum sebesar 4–5 juta ton, terutama pada tanaman musim rabi.
B)
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ternak
Perubahan iklim menimbulkan risiko terhadap hasil
produksi ternak, tergantung pada tingkat kinerja, kerentanan hewan, dan kondisi
lingkungan. Hewan semakin rentan karena tuntutan produksi yang tinggi, seperti
pertambahan berat badan, produksi susu, maupun produksi telur. Mengingat bahwa
70% ternak India dimiliki oleh petani kecil dan marjinal, sektor peternakan
sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.
a)
Dampak Iklim pada Produksi Hewan
Kesehatan,
pertumbuhan, dan reproduksi ternak secara langsung dipengaruhi oleh cuaca buruk
dan kondisi iklim ekstrem. Dampak tidak langsung meliputi perubahan kualitas
serta kuantitas pakan, peningkatan biaya produksi, frekuensi kejadian penyakit,
serta perubahan distribusi penyakit dan hama.
Perubahan iklim terutama memengaruhi laju pertumbuhan,
konsumsi pakan, efisiensi reproduksi, serta produksi susu, telur, dan wol.
Stres panas menjadi faktor utama yang menurunkan produktivitas, karena
berdampak pada konsumsi pakan, perkembangan, kesehatan, dan kemampuan
reproduksi hewan.
Suhu tinggi juga memengaruhi emisi metana enterik; pada
kondisi stres panas ekstrem, produksi metana meningkat per unit asupan bahan
kering (Yadav et al., 2012) [18]. Produksi susu menurun baik dari segi jumlah
maupun kualitas, ditandai dengan berkurangnya kadar lemak, SNF, laktosa, serta
meningkatnya kadar asam stearat dan palmitat.
Stres panas juga menekan sistem imun, baik humoral maupun
seluler, misalnya pada ayam. Sebaliknya, pada kondisi stres dingin, asupan
pakan meningkat namun daya cerna menurun karena nutrisi dialihkan untuk
menghasilkan panas. Dengan demikian, baik stres panas maupun dingin sama-sama
berdampak buruk terhadap kondisi fisiologis dan imunologis hewan.
b) Pengaruh Iklim terhadap Pertumbuhan Hewan
Suhu lingkungan yang tinggi menurunkan pertumbuhan ternak
karena mengurangi asupan pakan dan meningkatkan energi yang dikeluarkan untuk
mengatasi stres. Pada kondisi stres panas, asupan pakan menurun, sedangkan pada
stres dingin nutrisi lebih banyak dialihkan untuk produksi panas. Kedua kondisi
ini menyebabkan penurunan pertambahan bobot harian.
Stres panas juga meningkatkan pemecahan protein untuk
energi dan menurunkan daya cerna, sehingga retensi nitrogen berkurang.
Kehilangan nitrogen melalui keringat semakin memperparah kondisi hewan yang
sedang tumbuh.
c)
Efek Iklim pada Produksi Susu, Daging, dan Telur
Secara umum, stres panas menurunkan asupan pakan,
produksi susu, pertambahan bobot harian, produksi telur, serta kualitas
kerabang telur, sementara kebutuhan energi pemeliharaan meningkat.
Pada sapi perah dengan produksi tinggi, stres panas
memberikan dampak besar terhadap kuantitas dan kualitas susu. Komposisi susu
juga berubah, dengan berkurangnya total protein, menurunnya laktosa, serta
perubahan konsentrasi asam lemak. Stres panas memengaruhi produksi susu secara
tidak langsung melalui penurunan hormon tirotropik, perubahan pasokan substrat
untuk sintesis susu, peningkatan adrenalin, dan penurunan hormon aldosteron.
Produksi daging juga terdampak, ditandai dengan rendahnya
asupan pakan, pertumbuhan buruk, penurunan bobot karkas, rendahnya kadar
protein dan pH otot, berkurangnya kandungan glikogen, serta meningkatnya
kehilangan tetesan. Dampak ini terutama terlihat pada unggas.
Suhu dan kelembapan tinggi menurunkan produksi telur,
yang ditunjukkan melalui penurunan ukuran telur, kualitas kerabang, laju
pertambahan bobot ayam, serta meningkatnya mortalitas akibat ketidakseimbangan
hormon.
d)
Pengaruh Iklim terhadap Produksi Wol
Variasi
iklim yang signifikan berdampak negatif terhadap pertumbuhan wol domba. Faktor yang memengaruhi antara lain kondisi
fisiologis, ras, pakan, jenis kelamin, serta waktu pencukuran bulu. Sebagai
hewan yang bereproduksi musiman, fisiologi domba sangat dipengaruhi oleh
panjang siang–malam (fotoperiode).
KESIMPULAN
Perubahan iklim membawa tantangan besar bagi sektor
pertanian dan peternakan, terutama di negara-negara dengan ketergantungan
tinggi pada sumber daya alam dan dominasi petani kecil. Dampaknya terlihat pada
produktivitas tanaman, ketersediaan pakan, kesehatan hewan, pertumbuhan, serta
hasil produksi seperti susu, daging, telur, dan wol. Suhu ekstrem, curah hujan
yang tidak menentu, serta meningkatnya frekuensi bencana alam memperburuk
kerentanan sistem pangan.
Selain itu, perubahan iklim juga memperparah penyebaran
penyakit dan hama, menurunkan kualitas komoditas pertanian, serta memengaruhi
komposisi gizi produk hewani. Kondisi ini tidak hanya mengancam keberlanjutan
produksi, tetapi juga berimplikasi pada ketahanan pangan, pendapatan petani,
dan kesejahteraan masyarakat.
Untuk
menghadapi tantangan ini, diperlukan strategi adaptasi dan mitigasi yang
bersifat multidisiplin. Upaya tersebut mencakup perbaikan manajemen pakan,
perumahan, kesehatan hewan, pemuliaan ternak yang lebih tahan terhadap stres
iklim, serta penerapan teknologi ramah lingkungan guna menekan emisi gas rumah
kaca. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga penelitian, sektor swasta, dan
masyarakat menjadi kunci dalam membangun sistem pertanian dan peternakan yang
lebih tangguh terhadap perubahan iklim.
REFERENSI
1. Aggarwal A,
Upadhyay RC. Pulmonary and cutaneous evaporative water losses in Sahiwal and
Sahiwal x Holstein cattle during solar exposure. Asian Australas Journal of
Animal Sciences. 1997;10:318-323.
2. Barnes A,
Beechener S, Cao Y, Elliot J, Harris D, Jones G, et al. Market Segmentation in
the Agriculture Sector: Climate Change, DEFRA Project FF0201. ADAS, UK; c2008.
3. Bouwman AF.
Direct emission of nitrous oxide from agricultural soils. Nutrient cycling in
agroecosystems.1996;46:53-70.
4. Carvalho G,
Moutinho P, Nepstad D, Mattos L, Santilli M. An Amazon perspective on the
forest-climate connection: opportunity for climate mitigation, conservation and
development. Environment, development and sustainability. 2004;6:163-174.
5. Denef K,
Archibeque S, Paustian K. Greenhouse gas emissions from US agriculture and
forestry: A review of emission sources, controlling factors, and mitigation
potential. Interim report to USDA under Contract# GS-23F8182H, 2011, 53.
6. Dickie A,
Streck C, Roe S, Zurek M, Haupt F, Dolginow A. Strategies for mitigating
climate change in agriculture: Abridged report. Climate focus and California
environmental associates, prepared with the support of the climate and land use
Alliance; c2014.
7. Havlík P,
Valin H, Mosnier A, Obersteiner M, Baker JS, Herrero M, et al. Crop
productivity and the global livestock sector: Implications for land use change
and greenhouse gas emissions. American Journal of Agricultural Economics.
2013;95(2):442-448.
8. Henry B,
Charmley E, Eckard R, Gaughan JB, Hegarty R. Livestock production in a changing
climate: adaptation and mitigation research in Australia. Crop and Pasture
Science. 2012;63(3):191-202.
9. IFAD
(International Fund for Agricultural Development). Livestock and climate
change; c2010. Available at: http://www.ifad.org/lrkm/events/cops/papers/climate.pdf.
2010.
10. IPCC
(Intergovernmental Panel on Climate Change). Climate Change 2007: Synthesis
Report; c2007.
11.
Kurukulasuriya P, Rosenthal S. Climate change and agriculture: A review of
impacts and adaptations; c2013.
12.
Lallawmkimi MC, Singh SV, Dandage SD, Vaidya MM, Upadhyay RC. Impact of vitamin
E supplementation on antioxidants in thermal stressed Murrah buffaloes. Revista
Veterinaria, 2010, 21(1). 13. Rischkowsky B, Pilling D. The state of the
world's animal genetic resources for food and agriculture. Food &
Agriculture Org; c2007.
14. Rowlinson
P. Adapting livestock production systems to climate change–temperate zones.
Livestock and Global Climate Change, 2008, 61.
15. Steinfeld
H. Livestock's long shadow: Environmental issues and options. Food &
Agriculture Org.; c2006.
16. Thornton
PK, Gerber PJ. Climate change and the growth of the livestock sector in
developing countries. Mitigation and adaptation strategies for global change.
2010;15:169-184.
17. UNFCCC
(United Nations Framework Convention on Climate Change). Challenges and
opportunities for mitigation in the agricultural sector: technical paper;
c2008.
18. Yadav B,
Singh G, Wankar A, Dutta N, Verma AK, Chaturvedi VB. Effect of thermal stress
on methane emission in crossbred cattle. In Proceedings of VIIIth Biennial
Conference of ANAC and symposium on Animal Nutrition Research Strategies for
Food Security; c2012 Nov. p. 28-30.
19. Carney M.
Breaking the tragedy of the horizon–climate change and financial stability.
Speech given at Lloyd’s of London. 2015 Sep 29;29:220-30.
20. Tankov P,
Tantet A. Climate data for physical risk assessment in finance. Available at
SSRN 3480156. 2019 Nov 3.
21. Curtin D,
Drewes M, McCullough M, Meade P, Mohapatra RN, Shelton J, et al. Long-lived
particles at the energy frontier: the MATHUSLA physics case. Reports on
progress in physics. 2019 Oct 1;82(11):116201.
22. Kumar K,
Parida M, Katiyar VK. Short term traffic flow prediction for a non-urban
highway using artificial neural network. Procedia-Social and Behavioral
Sciences. 2013 Dec 2; 104:755-64.
SUMBER
Karishma
Choudhary, Vinod Kumar Palsaniya and MC Sharma. 2024. Impact of climate change
on livestock sector. International Journal of Research in Agronomy 2024;
SP-7(3): 34-37
#PerubahanIklim
#Peternakan
#KesehatanTernak
#KetahananPangan
#SektorPertanian

No comments:
Post a Comment