Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Monday, 22 September 2025

Potensi Bahan Tanaman sebagai Antivirus Norovirus (Bagian III)

 



Pengaruh Ekstrak Tumbuhan pada Norovirus

 

Ekstrak tumbuhan merupakan gudang molekul aktif yang sangat beragam, banyak di antaranya memiliki sifat antimikroba. Meski laporan tentang aktivitas antivirus ekstrak tumbuhan masih terbatas, sejumlah penelitian menunjukkan potensi nyata mereka dalam menonaktifkan norovirus dan virus penggantinya.

 

Salah satu contoh menonjol adalah ekstrak biji anggur (GSE). Penelitian menunjukkan GSE mampu menurunkan kemampuan norovirus untuk menempel pada sel inang dan merusak protein kapsid virus. Pada dosis yang lebih tinggi, partikel virus bahkan mengalami deformasi total. Hasil ini menegaskan bahwa GSE dapat secara langsung merusak struktur virus sehingga virus kehilangan daya infeksinya.

 

Selain biji anggur, ekstrak tumbuhan lain seperti biji murbei, kesemek, pial, kopi, dan teh hijau juga menunjukkan efek antivirus. Beberapa ekstrak mampu menghambat infektivitas virus sejak awal replikasi, sementara yang lain bekerja dengan mencegah virus menempel ke sel inang. Teh hijau, misalnya, mengandung katekin yang mampu mengikat reseptor virus secara non-spesifik sehingga mencegah infeksi. Aktivitas antivirus teh hijau bahkan meningkat setelah disimpan beberapa jam atau diberi perlakuan panas ringan, membuka peluang untuk penggunaannya dalam keamanan pangan.

 

Penelitian juga menyoroti peran ekstrak herbal lain, seperti cengkeh, jahe, dan berbagai tanaman obat Korea. Ekstrak ini dapat menurunkan titer virus secara signifikan, menunjukkan bahwa senyawa aktif di dalamnya mampu bekerja secara efektif terhadap virus pengganti norovirus. Bahkan beberapa ekstrak cuka, capsaicin dari cabai, dan ekstrak polisakarida dari Houttuynia cordata menunjukkan kemampuan menonaktifkan virus dengan cara mengubah bentuk partikel dan menghalangi penetrasi ke dalam sel target.

 

Beberapa ekstrak, seperti dari Hibiscus sabdariffa dan Lindera obtusiloba, menunjukkan efektivitas tinggi meskipun mekanisme kerjanya belum sepenuhnya jelas. Mereka mampu menurunkan infektivitas virus hingga tingkat yang tidak terdeteksi dalam waktu tertentu, menegaskan potensi fitokimia sebagai agen antivirus alami.

 

Secara keseluruhan, studi-studi ini menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan tidak hanya memiliki efek antivirus, tetapi juga bekerja melalui berbagai mekanisme: merusak kapsid, menghambat pengikatan virus ke sel, atau mengganggu tahap awal replikasi virus. Hal ini menjadikan ekstrak tumbuhan kandidat yang menarik untuk pengembangan pengobatan alami maupun peningkatan keamanan pangan.

 

Potensi Aplikasi Fitokimia Tumbuhan sebagai Antivirus Norovirus

 

Berdasarkan bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian in vitro dan in situ, jelas bahwa ekstrak tumbuhan, jus buah, dan senyawa bioaktif tumbuhan memiliki potensi signifikan dalam menonaktifkan norovirus dan pengganti norovirus (misalnya MNV dan FCV). Mekanisme utama yang diidentifikasi meliputi denaturasi protein kapsid virus, penghambatan pengikatan virus ke sel inang, dan gangguan pada fase awal replikasi virus.

 

Ekstrak biji anggur (GSE), ekstrak murbei (MSE), teh hijau (GTE), ekstrak kesemek, dan Houttuynia cordata adalah contoh ekstrak tumbuhan yang terbukti secara langsung merusak kapsid virus atau menghambat pengikatan virus ke sel target. Selain itu, senyawa bioaktif seperti carvacrol, timol, citral, aloin, emodin, katekin, polifenol delima, myricetin, L-epicatechin, dan kurkumin menunjukkan aktivitas antivirus yang kuat dengan efektivitas tergantung pada dosis dan waktu paparan. Jus buah seperti delima, cranberry, blueberry, dan raspberry hitam juga menurunkan titer virus, yang kemungkinan besar terjadi melalui gangguan pada adsorpsi virus dan internalisasi ke dalam sel inang.

 

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa senyawa dan ekstrak tumbuhan mampu bekerja sinergis, misalnya GTE yang mengalami penuaan menghasilkan turunan katekin yang lebih efektif, atau kombinasi ekstrak teh hijau dan karagenan dalam lapisan edible film. Efek sinergis ini meningkatkan potensi penggunaan fitokimia tumbuhan sebagai agen antivirus alami dalam aplikasi industri makanan.

Secara praktis, fitokimia tumbuhan telah dieksplorasi untuk digunakan dalam pengawetan makanan dan kemasan aktif. Beberapa strategi yang menjanjikan meliputi:

 

1.     Edible film dan pelapis aktif: Film yang dibuat dari kitosan atau polimer lain yang dilengkapi ekstrak tumbuhan atau minyak atsiri (misalnya GTE, GSE) mampu menurunkan infektivitas MNV hingga tingkat yang tidak terdeteksi. Film ini dapat diaplikasikan pada buah, sayuran, keju, daging, dan produk ikan tanpa mengubah sifat fisikokimia makanan.

 

2.     Enkapsulasi minyak atsiri: Mikro- atau nanoenkapsulasi minyak atsiri dalam matriks polimer, protein, lemak, atau gom meningkatkan stabilitas dan efektivitas antimikroba mereka. Teknologi ini memungkinkan penggunaan minyak atsiri sebagai agen pengawet alami yang aman (GRAS) untuk berbagai produk makanan.

 

3.     Jus dan ekstrak sebagai agen kontrol virus: Jus delima, blueberry, raspberry hitam, dan murbei menunjukkan aktivitas antivirus yang bergantung pada dosis dan waktu paparan. Produk ini berpotensi digunakan sebagai aditif alami atau sebagai bagian dari strategi pengendalian virus dalam rantai pasok pangan, termasuk dalam kondisi simulasi lambung dan matriks makanan kompleks.

 

4.     Aplikasi sinergis: Penggunaan kombinasi senyawa atau ekstrak (misalnya GTE yang dipanaskan ringan bersama karagenan) dapat meningkatkan efektivitas antivirus, menunjukkan bahwa strategi sinergis lebih menguntungkan dibandingkan penggunaan satu senyawa saja.

 

Secara keseluruhan, fitokimia tumbuhan menawarkan alternatif alami untuk pengendalian norovirus dalam makanan, memberikan potensi ganda: meningkatkan keamanan pangan sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis. Temuan ini mendorong pengembangan produk pengawetan makanan inovatif yang berbasis tanaman, termasuk edible film, pelapis aktif, dan aditif makanan, sambil mempertahankan kualitas organoleptik dan nutrisi makanan.

 

Kesimpulan dari Bagian I - III

 

Norovirus sangat tahan terhadap faktor lingkungan, sehingga dapat ditularkan secara efisien melalui makanan, air, atau permukaan benda yang terkontaminasi, dan menimbulkan potensi ancaman bagi kesehatan masyarakat.

 

Metabolit antivirus asal tumbuhan memiliki keunggulan penting dibandingkan pengawet sintetis yang digunakan sebagai desinfektan makanan segar karena efektif pada dosis yang aman, tersedia secara umum, dan menggunakan ketidakmampuan mikroorganisme untuk menjadi resisten terhadap viroid nabati.

 

Sebagai metabolit sekunder tumbuhan, minyak atsiri, dan ekstrak tumbuhan merupakan bagian dari sistem pertahanannya terhadap patogen. Oleh karena itu, mereka sering menunjukkan aktivitas antimikroba, termasuk antivirus.

 

Spektrum aktivitas metabolit tanaman beragam. Efektivitas sediaan tanaman dan kemungkinan penggunaannya dalam memerangi virus usus seperti norovirus terutama bergantung pada komposisi kualitatif dan kuantitatif fitokimia aktif biologis, dan konsentrasinya dalam makanan.

 

SUMBER:

Bahan Tanaman Menjadi Antimikroba Norovirus

https://atanitokyo.blogspot.com/2022/10/potensi-bahan-tanaman-sebagai-antivirus.html

No comments: