Pengaruh Ekstrak Tumbuhan pada Norovirus
Ekstrak
tumbuhan merupakan gudang molekul aktif yang sangat beragam, banyak di
antaranya memiliki sifat antimikroba. Meski laporan tentang aktivitas antivirus
ekstrak tumbuhan masih terbatas, sejumlah penelitian menunjukkan potensi nyata
mereka dalam menonaktifkan norovirus dan virus penggantinya.
Salah
satu contoh menonjol adalah ekstrak biji anggur (GSE). Penelitian menunjukkan GSE mampu menurunkan kemampuan
norovirus untuk menempel pada sel inang dan merusak protein kapsid virus. Pada
dosis yang lebih tinggi, partikel virus bahkan mengalami deformasi total. Hasil
ini menegaskan bahwa GSE dapat secara langsung merusak struktur virus sehingga
virus kehilangan daya infeksinya.
Selain biji anggur, ekstrak tumbuhan lain seperti biji
murbei, kesemek, pial, kopi, dan teh hijau juga menunjukkan efek antivirus.
Beberapa ekstrak mampu menghambat infektivitas virus sejak awal replikasi,
sementara yang lain bekerja dengan mencegah virus menempel ke sel inang. Teh
hijau, misalnya, mengandung katekin yang mampu mengikat reseptor virus secara
non-spesifik sehingga mencegah infeksi. Aktivitas antivirus teh hijau bahkan
meningkat setelah disimpan beberapa jam atau diberi perlakuan panas ringan,
membuka peluang untuk penggunaannya dalam keamanan pangan.
Penelitian juga menyoroti peran ekstrak herbal lain,
seperti cengkeh, jahe, dan berbagai tanaman obat Korea. Ekstrak ini dapat
menurunkan titer virus secara signifikan, menunjukkan bahwa senyawa aktif di
dalamnya mampu bekerja secara efektif terhadap virus pengganti norovirus.
Bahkan beberapa ekstrak cuka, capsaicin dari cabai, dan ekstrak polisakarida
dari Houttuynia cordata menunjukkan kemampuan menonaktifkan virus dengan cara
mengubah bentuk partikel dan menghalangi penetrasi ke dalam sel target.
Beberapa ekstrak, seperti dari Hibiscus sabdariffa dan
Lindera obtusiloba, menunjukkan efektivitas tinggi meskipun mekanisme kerjanya
belum sepenuhnya jelas. Mereka mampu menurunkan infektivitas virus hingga
tingkat yang tidak terdeteksi dalam waktu tertentu, menegaskan potensi
fitokimia sebagai agen antivirus alami.
Secara keseluruhan, studi-studi ini menunjukkan bahwa
ekstrak tumbuhan tidak hanya memiliki efek antivirus, tetapi juga bekerja
melalui berbagai mekanisme: merusak kapsid, menghambat pengikatan virus ke sel,
atau mengganggu tahap awal replikasi virus. Hal ini menjadikan ekstrak tumbuhan
kandidat yang menarik untuk pengembangan pengobatan alami maupun peningkatan
keamanan pangan.
Potensi Aplikasi Fitokimia Tumbuhan sebagai Antivirus Norovirus
Berdasarkan bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian
in vitro dan in situ, jelas bahwa ekstrak tumbuhan, jus buah, dan senyawa
bioaktif tumbuhan memiliki potensi signifikan dalam menonaktifkan norovirus dan
pengganti norovirus (misalnya MNV dan FCV). Mekanisme utama yang diidentifikasi
meliputi denaturasi protein kapsid virus, penghambatan pengikatan virus ke sel
inang, dan gangguan pada fase awal replikasi virus.
Ekstrak biji anggur (GSE), ekstrak murbei (MSE), teh
hijau (GTE), ekstrak kesemek, dan Houttuynia cordata adalah contoh ekstrak
tumbuhan yang terbukti secara langsung merusak kapsid virus atau menghambat
pengikatan virus ke sel target. Selain itu, senyawa bioaktif seperti carvacrol,
timol, citral, aloin, emodin, katekin, polifenol delima, myricetin,
L-epicatechin, dan kurkumin menunjukkan aktivitas antivirus yang kuat dengan
efektivitas tergantung pada dosis dan waktu paparan. Jus buah seperti delima, cranberry,
blueberry, dan raspberry hitam juga menurunkan titer virus, yang kemungkinan
besar terjadi melalui gangguan pada adsorpsi virus dan internalisasi ke dalam
sel inang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa senyawa
dan ekstrak tumbuhan mampu bekerja sinergis, misalnya GTE yang mengalami
penuaan menghasilkan turunan katekin yang lebih efektif, atau kombinasi ekstrak
teh hijau dan karagenan dalam lapisan edible film. Efek sinergis ini
meningkatkan potensi penggunaan fitokimia tumbuhan sebagai agen antivirus alami
dalam aplikasi industri makanan.
Secara praktis, fitokimia tumbuhan telah dieksplorasi
untuk digunakan dalam pengawetan makanan dan kemasan aktif. Beberapa
strategi yang menjanjikan meliputi:
1.
Edible film dan pelapis aktif:
Film yang dibuat dari kitosan atau polimer lain yang dilengkapi ekstrak
tumbuhan atau minyak atsiri (misalnya GTE, GSE) mampu menurunkan infektivitas
MNV hingga tingkat yang tidak terdeteksi. Film ini dapat diaplikasikan pada
buah, sayuran, keju, daging, dan produk ikan tanpa mengubah sifat fisikokimia
makanan.
2.
Enkapsulasi minyak atsiri: Mikro- atau
nanoenkapsulasi minyak atsiri dalam matriks polimer, protein, lemak, atau gom
meningkatkan stabilitas dan efektivitas antimikroba mereka. Teknologi ini
memungkinkan penggunaan minyak atsiri sebagai agen pengawet alami yang aman
(GRAS) untuk berbagai produk makanan.
3.
Jus dan ekstrak sebagai agen kontrol virus:
Jus delima, blueberry, raspberry hitam, dan murbei menunjukkan aktivitas
antivirus yang bergantung pada dosis dan waktu paparan. Produk ini berpotensi
digunakan sebagai aditif alami atau sebagai bagian dari strategi pengendalian
virus dalam rantai pasok pangan, termasuk dalam kondisi simulasi lambung dan
matriks makanan kompleks.
4.
Aplikasi sinergis: Penggunaan kombinasi
senyawa atau ekstrak (misalnya GTE yang dipanaskan ringan bersama karagenan)
dapat meningkatkan efektivitas antivirus, menunjukkan bahwa strategi sinergis
lebih menguntungkan dibandingkan penggunaan satu senyawa saja.
Secara keseluruhan, fitokimia tumbuhan menawarkan
alternatif alami untuk pengendalian norovirus dalam makanan, memberikan potensi
ganda: meningkatkan keamanan pangan sekaligus mengurangi ketergantungan pada
bahan kimia sintetis. Temuan ini mendorong pengembangan produk pengawetan
makanan inovatif yang berbasis tanaman, termasuk edible film, pelapis aktif,
dan aditif makanan, sambil mempertahankan kualitas organoleptik dan nutrisi
makanan.
Kesimpulan dari Bagian I - III
Norovirus sangat tahan terhadap faktor lingkungan, sehingga dapat
ditularkan secara efisien melalui makanan, air, atau permukaan benda yang
terkontaminasi, dan menimbulkan potensi ancaman bagi kesehatan masyarakat.
Metabolit antivirus asal tumbuhan memiliki keunggulan penting dibandingkan
pengawet sintetis yang digunakan sebagai desinfektan makanan segar karena
efektif pada dosis yang aman, tersedia secara umum, dan menggunakan
ketidakmampuan mikroorganisme untuk menjadi resisten terhadap viroid nabati.
Sebagai metabolit sekunder tumbuhan, minyak atsiri, dan ekstrak tumbuhan
merupakan bagian dari sistem pertahanannya terhadap patogen. Oleh karena itu,
mereka sering menunjukkan aktivitas antimikroba, termasuk antivirus.
Spektrum aktivitas metabolit tanaman beragam. Efektivitas sediaan tanaman
dan kemungkinan penggunaannya dalam memerangi virus usus seperti norovirus
terutama bergantung pada komposisi kualitatif dan kuantitatif fitokimia aktif
biologis, dan konsentrasinya dalam makanan.
SUMBER:
Bahan Tanaman Menjadi Antimikroba Norovirus
https://atanitokyo.blogspot.com/2022/10/potensi-bahan-tanaman-sebagai-antivirus.html

No comments:
Post a Comment