Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Saturday, 27 September 2025

Stunting Turun Tajam, Indonesia Punya Harapan



Pada Senin, 26 Mei 2025, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melalui Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) resmi mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024. Acara diseminasi yang berlangsung di Auditorium Siwabessy, Gedung Kemenkes, itu membawa kabar menggembirakan: prevalensi stunting nasional berhasil turun dari 21,5% pada 2023 menjadi 19,8% di 2024.

 

Hasil ini sekaligus melampaui target tahunan 2024 yang dipatok sebesar 20,1%. Meski penurunan terlihat tipis, capaian ini berarti nyata—sekitar 337.000 balita berhasil terhindar dari risiko stunting.

 

Target Ambisius, Kerja Kolektif

 

Dalam sambutannya, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menegaskan komitmen pemerintah untuk terus menekan angka stunting hingga mencapai 14,2% pada 2029, sesuai target RPJMN. Ia mengakui bahwa target ini tidak mudah, karena butuh penurunan sekitar 7,3% hanya dalam lima tahun.

 

“Kalau enam provinsi dengan kasus stunting terbanyak bisa turun 10%, maka secara nasional kita bisa menekan angka hingga 4–5%,” tegas Menkes Budi. Enam provinsi yang dimaksud adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Banten, yang menyumbang hampir separuh jumlah balita stunting di Indonesia.

 

Pencegahan Dimulai Sejak Kandungan

 

Salah satu pesan penting Menkes adalah bahwa stunting dimulai sejak dalam kandungan. Karena itu, intervensi gizi kepada ibu hamil dan remaja putri menjadi krusial. Upaya yang sedang diperkuat meliputi pengukuran lingkar lengan, pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb), distribusi tablet tambah darah, dan suplementasi mikronutrien.

 

Kemenkes juga memperkuat kualitas layanan Posyandu dengan distribusi 300.000 alat antropometri baru. Selain itu, kampanye ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan (PMT), serta imunisasi terus digencarkan agar anak mendapat gizi optimal sejak lahir.

 

Data Jadi Kunci Kebijakan

 

Kepala BKPK Kemenkes, Prof. Asnawi Abdullah, menegaskan bahwa SSGI 2024 bukan hanya soal angka, tetapi juga fondasi kebijakan. Survei yang dilakukan di 38 provinsi dan 514 kabupaten/kota ini menghasilkan data lengkap yang bisa diakses publik melalui laman resmi BKPK.

 

“Data ini menunjukkan variasi yang cukup lebar antarwilayah dan antar kelompok sosial ekonomi. Balita dari keluarga berpendapatan rendah masih jauh lebih rentan mengalami stunting. Ini menjadi catatan penting untuk menajamkan intervensi,” jelas Prof. Asnawi.

 

Dengan dukungan WHO, SEAMEO RECFON, dan Prospera, survei ini menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan mitra internasional dalam menurunkan angka stunting.

 

Menjaga Momentum, Menyongsong 2045

 

Meski sudah ada kemajuan, tantangan ke depan tetap besar. Target penurunan stunting pada 2025 adalah 18,8%, yang menuntut upaya lebih masif dan terukur. Dalam jangka panjang, pemerintah menargetkan prevalensi stunting hanya 5% pada 2045, bertepatan dengan Indonesia Emas.

 

Seperti ditegaskan Menkes, penurunan stunting bukan hanya soal angka di atas kertas, melainkan tentang masa depan anak bangsa. Gizi yang baik sejak dini akan menentukan kualitas generasi mendatang—lebih sehat, cerdas, dan produktif.

No comments: