Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Monday, 15 September 2025

Risiko Penularan Schistosoma japonicum Demam Keong


Schistosomiasis, yang juga dikenal sebagai demam keong, merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh cacing dari genus Schistosoma. Di antara beberapa jenisnya, Schistosoma japonicum menjadi penyebab utama penyakit ini di Indonesia. Cacing ini hidup di pembuluh darah kecil usus dan hati, meletakkan telur yang dapat memicu peradangan serius, bahkan menimbulkan komplikasi seperti luka parut di hati, pembesaran limpa, hingga perdarahan pada saluran pencernaan.

 

Di Indonesia, penyakit ini bersifat endemik di dua wilayah Sulawesi Tengah, yaitu Dataran Tinggi Lindu dan Napu, dengan sekitar 15.000 penduduk berisiko tertular. Penularan terjadi melalui air, ketika larva cacing (cercaria) yang dilepaskan dari keong perantara masuk ke tubuh manusia melalui kulit. Setelah itu, larva berubah menjadi cacing dewasa di hati, lalu menetap di pembuluh darah usus kecil dan bertelur di sana. Telur-telur inilah yang keluar bersama tinja, kembali ke lingkungan air, dan melanjutkan siklus hidupnya melalui keong jenis Oncomelania hupensis lindoensis.

 

Risiko penularan meningkat pada masyarakat yang sering berkontak dengan air, seperti petani, nelayan, pekerja irigasi, atau mereka yang terbiasa mencuci dan beraktivitas rumah tangga di sungai atau saluran air. Hewan mamalia, termasuk sapi, kerbau, anjing, babi, dan berbagai jenis tikus, juga dapat menjadi reservoir alami, sehingga memperkuat rantai penularan di daerah endemik.

 

Upaya pengendalian schistosomiasis di Indonesia sudah dilakukan sejak tahun 1970-an, meliputi pengobatan penderita, pemberantasan keong penular dengan molusisida, hingga rekayasa lingkungan. Surveilans rutin juga sangat penting, meliputi pemeriksaan tinja untuk mendeteksi kasus lebih awal, survei habitat keong untuk mencegah perkembangbiakan, serta pemantauan tikus sebagai reservoir. Dengan pendekatan terpadu ini, risiko penularan Schistosoma japonicum diharapkan dapat ditekan, sehingga masyarakat di wilayah endemik bisa terhindar dari ancaman penyakit kronis yang berbahaya ini.

 

SUMBER:

Penularan Schistosoma Japonicum.

https://www.blogger.com/blog/post/edit/7660215345650741072/5599762958168669362

No comments: