
Di
tengah ancaman perubahan iklim, hilangnya habitat, dan kepunahan spesies,
muncul sosok-sosok luar biasa yang memilih berdiri di garis depan perjuangan
menyelamatkan bumi. Mereka bukan
selebritas atau tokoh politik besar, melainkan individu penuh dedikasi yang
dengan caranya masing-masing melindungi kehidupan—baik melalui hutan tropis,
sabana, gurun, hingga garis pantai. Kisah mereka membuktikan satu hal penting:
bahkan seorang individu pun mampu membawa perubahan nyata bagi planet ini.
Dari Sumatra hingga Afrika, dari padang gurun Amerika
hingga hutan bakau Mumbai, para pahlawan konservasi ini menjadi cahaya harapan
di tengah tantangan global. Dengan keberanian, ilmu pengetahuan, dan
kepedulian, mereka menjaga keseimbangan alam sekaligus mengajarkan kita arti
tanggung jawab terhadap bumi yang kita huni bersama.
Farwiza Farhan: Penjaga Hutan Leuser
Di Aceh, Farwiza Farhan mendirikan HAkA (Hutan, Alam
dan Lingkungan Aceh) untuk melindungi Ekosistem Leuser—rumah bagi gajah,
orangutan, dan harimau Sumatra. Bersama timnya, ia menantang korporasi besar,
memenangkan gugatan terhadap perusahaan sawit, dan mengamankan dana pemulihan
hutan senilai jutaan dolar. Penghargaan internasional pun datang, termasuk
pengakuan dari majalah TIME. Namun yang terpenting, perjuangannya telah
menginspirasi masyarakat Aceh untuk mengambil peran dalam menjaga rumah besar
mereka: hutan.

El
Hadji Salifou Ouédraogo: Penanam Hutan Baobab
Di
Burkina Faso, Ouédraogo menanam lebih dari 3.000 pohon baobab selama 47
tahun. Hasilnya kini berupa hutan seluas 14 hektare yang menjadi sumber
makanan, obat, dan habitat bagi manusia serta satwa liar. Buah baobab yang kaya
vitamin bukan hanya menyelamatkan kehidupan, tetapi juga menghidupkan kembali
kearifan lokal dalam menjaga alam. Ia
membuktikan bahwa kesabaran menanam satu pohon demi satu pohon mampu
menciptakan warisan ekologi lintas generasi.

El Hadji Salifou Ouédraogo (dari Burkina Faso)
David Parsons: Sang Penyelamat Serigala
Sebagai ahli biologi satwa liar, David Parsons
mendedikasikan hidupnya untuk serigala abu-abu Meksiko yang hampir
punah. Ia memimpin program pemulihan di Amerika Serikat dan kini bersama
Project Coyote memperjuangkan perlindungan hukum bagi spesies ini. Dedikasinya
menunjukkan betapa pentingnya predator puncak bagi ekosistem, karena tanpa
mereka, keseimbangan rantai makanan bisa runtuh.

David Parsons (dari Negara Begian New Mexico, AS)
Rose Piccinini: Peneliti Lanskap Gersang yang Kaya
Kehidupan
Rose Piccinini menemukan keajaiban di balik lanskap
semak-stepa Washington yang tampak tandus. Ia membuktikan bahwa wilayah ini
sebenarnya menyimpan kehidupan unik: dari kelinci kerdil hingga lynx Kanada.
Bersama komunitas adat, ia menjalankan program reintroduksi lynx yang
mengembalikan spesies langka ini ke habitat aslinya. Pekerjaannya mengajarkan
kita untuk tidak menilai sebuah lahan dari “tampilan luar” semata, karena
kehidupan tersembunyi bisa jadi sangat berharga.

Rose Piccinini (dari Negara Bagian Woshington, AS)
Dr.
Laurie Marker: Sahabat Cheetah Afrika
Cheetah
adalah kucing tercepat di dunia, tetapi populasinya kian terancam. Dr. Laurie
Marker mendirikan Cheetah Conservation Fund (CCF) di Namibia, membangun
pendekatan unik dengan melibatkan petani. Ia memperkenalkan anjing penjaga
ternak agar konflik manusia-cheetah berkurang. Pendekatan ini tak hanya
melindungi satwa liar, tetapi juga menumbuhkan rasa saling menghargai antara
manusia dan predator.

Dr. Laurie Marker (dari Namibia)
Thai
Van Nguyen: Penyelamat Trenggiling
Trenggiling
adalah mamalia paling banyak diperdagangkan di dunia. Thai Van Nguyen
mendirikan Save Vietnam’s Wildlife (SVW), pusat rehabilitasi pertama
untuk trenggiling di Asia. Ia dan timnya berhasil melepasliarkan ratusan
trenggiling kembali ke alam. Usahanya bahkan mendorong lahirnya larangan
perdagangan trenggiling secara internasional. Dedikasi Nguyen adalah bukti nyata
bahwa edukasi masyarakat bisa menghentikan mitos berbahaya dan menyelamatkan
spesies yang hampir punah.

Thai Van Nguyen (dari Vietnam)
Dr.
Augustin Basabose: Penjaga Gorila di Kongo
Di
Republik Demokratik Kongo, Dr. Augustin Basabose memimpin upaya konservasi gorila
Grauer. Ia mendirikan Primate
Expertise dan menjalankan proyek Ape Trees™, yakni menanam pohon
dari biji yang dikumpulkan melalui kotoran kera. Program ini bukan hanya
memulihkan hutan yang rusak, tetapi juga memberdayakan masyarakat sekitar taman
nasional. Basabose menunjukkan bagaimana ilmu pengetahuan dapat bersinergi dengan
kearifan lokal untuk menyelamatkan primata terbesar di dunia.

Dr. Augustin Basabose (dari Republik Demokaratik Kongo)
Seema Adgaonkar: Perempuan Penjaga Bakau Mumbai
Di tengah hiruk-pikuk Mumbai, Seema Adgaonkar menjaga
hutan bakau yang vital bagi perlindungan pesisir. Sebagai satu-satunya petugas
perempuan di Unit Konservasi Bakau Mumbai, ia memimpin penanaman jutaan
bibit bakau dan menindak pelanggaran perusakan lahan. Bakau bukan hanya
pelindung garis pantai dari banjir, tetapi juga benteng alami menghadapi
perubahan iklim. Dedikasi Adgaonkar adalah simbol bahwa konservasi bisa berakar
di kota besar sekalipun.

Seema Adgaonkar (dari Mumbai)
Kesimpulan: Satu Orang Bisa Menyelamatkan Dunia
Kisah kedelapan pahlawan konservasi ini mengingatkan kita
bahwa perjuangan melestarikan bumi bukanlah tugas segelintir orang, melainkan
tanggung jawab bersama. Mereka telah membuktikan, dari menanam pohon hingga
menyelamatkan satwa, dari menjaga hutan hingga melindungi bakau, setiap langkah
kecil bisa membawa perubahan besar.
Bumi kita sedang menunggu lebih banyak pahlawan—bukan
dengan jubah atau pedang, melainkan dengan hati, ilmu, dan kepedulian.
Pertanyaannya kini: beranikah kita mengambil langkah sederhana hari ini untuk
ikut menjaga kehidupan.
SUMBER
Lindsey Jean
Schueman. Meet eight conservation heroes saving our planet, one species at a
time.
https://www.oneearth.org/meet-eight-conservation-heroes-saving-our-planet-one-species-at-a-time/
No comments:
Post a Comment