Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Showing posts with label Penyakit Hewan Menular Strategis. Show all posts
Showing posts with label Penyakit Hewan Menular Strategis. Show all posts

Tuesday, 23 December 2025

PPR Mengintai Peternakan: Ancaman Global Kambing dan Domba yang Harus Diwaspadai

 


Peste des Petits Ruminants (PPR): Tinjauan Komprehensif

 

1. Pendahuluan

 

Peste des petits ruminants (PPR) adalah penyakit hewan menular strategis yang menyerang terutama kambing dan domba, bersifat sangat menular, dan menimbulkan dampak ekonomi yang signifikan (WOAH, 2023). Penyakit ini ditandai oleh demam tinggi, stomatitis erosif, diare, dan pneumonia, dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang dapat mencapai lebih dari 90% pada populasi rentan (Diallo et al., 2016). PPR saat ini menjadi perhatian global karena mengancam ketahanan pangan, mata pencaharian peternak kecil, serta perdagangan hewan dan produk hewan (FAO & WOAH, 2015).

 

2. Sejarah

 

PPR pertama kali dideskripsikan secara ilmiah pada tahun 1942 di Pantai Gading oleh Gargadennec dan Lalanne (1942). Pada awalnya, penyakit ini dianggap sebagai bentuk ringan dari Rinderpest, namun kemudian dibedakan sebagai entitas penyakit tersendiri berdasarkan karakteristik klinis, epidemiologis, dan virologisnya (Baron et al., 2011). Setelah keberhasilan eradikasi global Rinderpest pada tahun 2011, PPR ditetapkan sebagai target berikutnya untuk eradikasi global oleh FAO dan WOAH (FAO & WOAH, 2015).\

 

3. Aetiologi

 

PPR disebabkan oleh Peste des petits ruminants virus (PPRV), anggota genus Morbillivirus dalam famili Paramyxoviridae (WOAH, 2023). Virus ini memiliki genom RNA untai tunggal berpolaritas negatif dan secara antigenik berkerabat dekat dengan virus Rinderpest, Measles, dan Canine distemper (Diallo, 2003).

 

Secara genetik, PPRV diklasifikasikan ke dalam empat garis keturunan (lineage I–IV), dengan lineage IV saat ini mendominasi penyebaran global, termasuk di Asia dan Timur Tengah (Banyard et al., 2010).

 

4. Epidemiologi

 

PPR bersifat endemik di banyak wilayah Afrika, Timur Tengah, dan Asia (FAO, 2022). Penularan terjadi terutama melalui kontak langsung dengan hewan terinfeksi melalui sekresi hidung, mata, saliva, dan feses (WOAH, 2023). Faktor epidemiologis utama meliputi kepadatan ternak, pergerakan hewan tanpa pengawasan, rendahnya cakupan vaksinasi, serta lemahnya penerapan biosekuriti (Diallo et al., 2016).

 

Anak kambing dan domba menunjukkan tingkat keparahan penyakit yang lebih tinggi dibandingkan hewan dewasa, terutama pada populasi yang belum memiliki kekebalan sebelumnya (naïf imunologis) (Munir et al., 2013).

 

5. Distribusi Geografis

 

Saat ini PPR tersebar luas di Afrika Sub-Sahara, Afrika Utara, Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Tengah, dan sebagian Asia Timur (FAO, 2022). Penyakit ini belum dilaporkan secara resmi di Amerika, Eropa Barat, dan Oseania, namun tetap menjadi ancaman serius akibat meningkatnya perdagangan dan pergerakan hewan lintas batas (WOAH, 2023).

 

6. Induk Semang (Host Range)

 

Induk semang utama PPR adalah kambing dan domba. Namun, infeksi subklinis telah dilaporkan pada ruminansia lain seperti sapi, kerbau, dan unta, serta beberapa spesies satwa liar, termasuk antelop dan gazelle (Banyard et al., 2010; WOAH, 2023). Spesies ini berpotensi berperan sebagai inang epidemiologis tanpa menunjukkan gejala klinis yang jelas.

 

7. Gejala Klinis

 

Gejala klinis PPR meliputi demam tinggi (40–41,5 °C), depresi, anoreksia, lelehan hidung dan mata mukopurulen, lesi erosif dan nekrotik pada rongga mulut, diare berat, dehidrasi, serta pneumonia dengan pernapasan cepat dan dangkal (Diallo et al., 2016). Kematian umumnya terjadi akibat kombinasi dehidrasi, gangguan pernapasan, dan infeksi bakteri sekunder (WOAH, 2023).

 

8. Pencegahan

 

Pencegahan PPR bertumpu pada vaksinasi massal menggunakan vaksin hidup dilemahkan yang terbukti aman dan memberikan kekebalan jangka panjang (FAO & WOAH, 2015). Langkah pendukung lainnya meliputi pengendalian lalu lintas hewan, karantina, surveilans aktif, peningkatan biosekuriti peternakan, serta edukasi peternak dan tenaga kesehatan hewan (FAO, 2022).

 

9. Pengendalian dan Penanggulangan

 

Pengendalian wabah PPR dilakukan melalui deteksi dini, pelaporan cepat, pembatasan pergerakan hewan, dan vaksinasi darurat (ring vaccination) (WOAH, 2023). Pendekatan zonasi dan kompartementalisasi dapat diterapkan untuk membatasi penyebaran penyakit. FAO dan WOAH telah meluncurkan Global Strategy for the Control and Eradication of PPR dengan target eradikasi global pada tahun 2030 (FAO & WOAH, 2015).

 

10. Pengobatan

 

Tidak tersedia pengobatan spesifik untuk PPR. Penanganan bersifat suportif, meliputi pemberian cairan, antibiotik untuk mencegah infeksi bakteri sekunder, antipiretik, serta perbaikan manajemen pemeliharaan (Diallo et al., 2016). Oleh karena itu, vaksinasi tetap menjadi strategi pengendalian paling efektif.

 

11. Regulasi Internasional dan Nasional

 

11.1 Regulasi Internasional

PPR termasuk dalam daftar penyakit yang wajib dilaporkan kepada WOAH. Standar pengendalian, diagnosis, dan vaksinasi diatur dalam WOAH Terrestrial Animal Health Code dan Manual of Diagnostic Tests and Vaccines for Terrestrial Animals (WOAH, 2023).

 

11.2 Regulasi Nasional (Indonesia)

Di Indonesia, PPR dikategorikan sebagai Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS). Pengendalian penyakit ini diatur melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, serta peraturan teknis Kementerian Pertanian yang mengatur surveilans, kesiapsiagaan, dan pengendalian penyakit hewan eksotik.

 

12. Penutup

 

PPR merupakan ancaman serius bagi sektor peternakan kecil dan ketahanan pangan global. Pendekatan terpadu yang mencakup vaksinasi, surveilans, pengendalian lalu lintas hewan, serta penguatan regulasi nasional dan internasional menjadi kunci dalam pengendalian dan eradikasi penyakit ini. Dengan komitmen global yang kuat, target eradikasi PPR pada tahun 2030 berpeluang besar untuk dicapai (FAO & WOAH, 2015).

 

Daftar Referensi

 

Banyard, A. C., Parida, S., Batten, C., Oura, C., Kwiatek, O., & Libeau, G. (2010). Global distribution of peste des petits ruminants virus and prospects for improved diagnosis and control. Journal of General Virology, 91, 2885–2897.

 

Baron, M. D., Diallo, A., Lancelot, R., & Libeau, G. (2011). Peste des petits ruminants virus. Advances in Virus Research, 80, 1–46.

 

Diallo, A. (2003). Control of peste des petits ruminants and poverty alleviation? Journal of Veterinary Medicine Series B, 50, 1–11.

 

Diallo, A., Minet, C., Le Goff, C., Berhe, G., Albina, E., Libeau, G., & Barrett, T. (2016). The threat of peste des petits ruminants: progress in diagnosis and control. Journal of General Virology, 97, 2881–2895.

 

FAO. (2022). Peste des petits ruminants (PPR): Situation update and risk analysis. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations.

 

FAO & WOAH. (2015). Global strategy for the control and eradication of peste des petits ruminants. Rome & Paris.

 

WOAH. (2023). Terrestrial Animal Health Code dan Manual of Diagnostic Tests and Vaccines for Terrestrial Animals. Paris: World Organisation for Animal Health.


#PPR 

#PenyakitHewan 

#KesehatanVeteriner 

#KetahananPangan 

#Biosekuriti



x