Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Saturday, 27 September 2025

Indonesia Ketiga Tertinggi Kelaparan Asia Tenggara

 


 Fakta Mengejutkan dari Survei Global Hunger Index

 

Kelaparan masih menjadi persoalan serius di Indonesia. Meski negeri ini dikenal sebagai tanah yang subur dan kaya hasil bumi, kenyataannya masih ada masyarakat yang kesulitan memenuhi kebutuhan pangan. Data Global Hunger Index (GHI) 2023 mencatatkan bahwa Indonesia menempati posisi kedua tertinggi tingkat kelaparan di Asia Tenggara, dengan skor 17,6. Angka ini memang masuk kategori “sedang”, tetapi tetap menjadi peringatan keras bagi bangsa ini.

 

Jika dibandingkan dengan periode 2000–2015, kondisi Indonesia sudah lebih baik. Saat itu, tingkat kelaparan berada pada kategori “serius” dengan skor di atas 20. Namun, penurunan angka kelaparan bukan berarti pekerjaan rumah sudah selesai. Masih banyak tantangan yang harus diatasi untuk mencapai ketahanan pangan yang berkeadilan dan berkelanjutan.

 

Sementara itu, laporan Global Food Security Index (GFSI) 2022 menempatkan Indonesia di peringkat 69 dari 113 negara. Indeks ini mengukur ketahanan pangan dari aspek keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kualitas gizi dan keamanan pangan, hingga ketahanan sumber daya alam. Posisi ini menunjukkan bahwa meski ada perbaikan, jalan menuju kemandirian pangan masih panjang.

 

Inovasi Sosial: Dari Sampah Makanan hingga Donasi Ramadan

 

Di tengah tantangan tersebut, berbagai pihak mulai bergerak. Salah satunya Bank DBS Indonesia, yang secara konsisten mengembangkan program ketahanan pangan melalui kegiatan sukarela karyawannya atau People of Purpose (PoP).

 

Salah satu masalah besar di Indonesia adalah lonjakan sampah makanan saat Ramadan, yang menurut data KLHK meningkat 10–20 persen. Untuk menekan angka ini, Bank DBS bekerja sama dengan FoodCycle Indonesia menggelar program Ramadhan Food Donation. Makanan sisa yang masih layak konsumsi diolah dan disalurkan kepada mereka yang membutuhkan.

 

Hasilnya cukup menggembirakan. Program ini diikuti 775 karyawan DBS, menghasilkan 700 paket makanan yang didistribusikan ke enam yayasan dan panti asuhan di Jakarta. Tak hanya itu, kegiatan ini berhasil menyelamatkan 750 kilogram makanan dari tempat pembuangan akhir (TPA).

 

Menyelamatkan Makanan, Menolong Sesama

 

Selain itu, DBS bersama Surplus Foundation menjalankan program Ramadhan Food Drive, dengan mengalihkan stok makanan berlebih dari toko untuk disalurkan kepada masyarakat rentan. Program ini membantu 400 penerima manfaat di Kampung Pemulung, Cilincing, dan Panti Al-Andalas, Jakarta Selatan, sekaligus menyelamatkan 385,5 kilogram makanan.

 

Ada pula program Bread Sorting, di mana roti kemasan dipilah antara yang masih layak konsumsi dan yang sudah melewati masa kedaluwarsa. Lewat inisiatif ini, sebanyak 1.221 kilogram roti berhasil diselamatkan dan disalurkan ke empat yayasan mitra FoodCycle Indonesia.

 

Dari Minyak Jelantah hingga Berkebun

 

Ketahanan pangan ternyata tidak hanya soal distribusi makanan, tetapi juga soal lingkungan. Data tahun 2020 mencatat bahwa di Jakarta saja terdapat lebih dari 525 ribu liter minyak jelantah terbuang setiap bulan. Padahal, pembuangan sembarangan minyak jelantah bisa mengurangi kesuburan tanah dan mencemari air tanah.

 

Menyadari hal ini, Bank DBS juga mendorong masyarakat untuk mengelola minyak jelantah agar tidak mencemari lingkungan. Selain itu, mereka menginisiasi program Gardening Seed Starting bersama Kebun Kumara, yang mengajarkan karyawan menanam caisim dan mint, sekaligus mengolah sampah makanan menjadi kompos. Dengan begitu, kebutuhan pupuk kimia bisa berkurang dan lingkungan tetap terjaga.

 

Menuju Masa Depan Pangan Berkelanjutan

 

Data GHI dan GFSI menunjukkan bahwa masalah kelaparan dan ketahanan pangan di Indonesia belum benar-benar teratasi. Namun, berbagai inisiatif—mulai dari penyelamatan makanan, pengelolaan limbah, hingga urban farming—membuktikan bahwa solusi selalu ada jika dilakukan bersama.

 

Seperti yang disampaikan oleh Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia, Mona Monika: “Ke depannya, kami ingin menginspirasi lebih banyak pihak untuk memulai gaya hidup berkelanjutan dan berkontribusi dalam membangun ketahanan pangan.”

 

Langkah kecil seperti tidak membuang makanan, bijak mengonsumsi produk sebelum kedaluwarsa, atau mengolah sampah organik menjadi kompos, ternyata bisa membawa dampak besar. Jika setiap individu ikut berperan, bukan tidak mungkin Indonesia suatu saat bisa keluar dari daftar negara dengan tingkat kelaparan tinggi.

No comments: