Hubungan Usia, Keparahan Benign Prostate Hyperplasia (BPH), dan Kejadian
Disfungsi Ereksi
Abstrak
Benign
Prostate Hyperplasia (BPH) dianggap sebagai penyakit degeneratif. Sebagai
masalah yang sering terjadi pada pria seiring bertambahnya usia, BPH dapat
menyebabkan disfungsi ereksi. Tinjauan literatur ini bertujuan mengetahui
hubungan usia dan keparahan BPH dengan kejadian disfungsi ereksi. Penelusuran
artikel berbahasa Inggris dan Indonesia yang diterbitkan tahun 2011–2020
dilakukan melalui PubMed, ScienceDirect, dan Google Scholar. Sebanyak 22
artikel disertakan dalam tinjauan ini. Hasil menunjukkan terdapat hubungan
antara usia dan kejadian BPH, di mana peningkatan usia meningkatkan insidensi
BPH. Selain itu, terdapat hubungan antara keparahan BPH dan
disfungsi ereksi; insidensi disfungsi ereksi meningkat seiring keparahan BPH.
Semakin tinggi skor IPSS maka semakin rendah skor IIEF-5.
Kata kunci: Benign
Prostate Hyperplasia (BPH), Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS), disfungsi
ereksi.
PENDAHULUAN
Benign
Prostate Hyperplasia (BPH) didefinisikan sebagai adenoma prostat yang dapat
menyebabkan kerusakan kandung kemih hingga menyerang ginjal. Keluhan BPH
biasanya diawali dengan retensi urin mendadak dan bila berlanjut dapat
memengaruhi fungsi seksual.¹ Prevalensi BPH di dunia mencapai lebih dari 210
juta pria pada tahun 2010.² Di Indonesia terdapat 9,2 juta kasus BPH pada
laki-laki di atas usia 60 tahun pada tahun 2013.³
Disfungsi
ereksi adalah ketidakmampuan persisten untuk mencapai dan mempertahankan ereksi
yang cukup untuk aktivitas seksual yang memuaskan.⁴ Prevalensinya diperkirakan
meningkat secara global menjadi 322 juta pria pada tahun 2025, naik 111%
dibanding 1995.⁵
BPH dan
disfungsi ereksi merupakan dua kondisi yang saling berhubungan. Berdasarkan
analisis 198 artikel relevan oleh Glina (2013), BPH menjadi salah satu faktor
penyebab disfungsi ereksi.⁶ Survei Multinational Aging Men (MSAM) pada 14.000
pria usia 50–80 tahun menunjukkan bahwa 49% mengalami kesulitan ereksi, 48%
gangguan ejakulasi, dan 7% nyeri saat hubungan seksual akibat BPH.⁷
Tingginya
prevalensi BPH dan disfungsi ereksi, serta progresivitasnya dengan pertambahan
usia, mendorong penulis melakukan tinjauan literatur mengenai hubungan usia,
keparahan BPH, dan kejadian disfungsi ereksi.
METODE
PENULISAN
Metode yang
digunakan adalah narrative literature review. Pencarian literatur
dilakukan pada database elektronik PubMed, ScienceDirect, dan Google Scholar. Artikel tambahan diperoleh dari WHO, Riskesdas, Kementerian Kesehatan RI,
serta daftar pustaka artikel terkait.
Kriteria
inklusi:
- Artikel berbahasa Inggris atau Indonesia
- Tahun publikasi 2011–2020
- Kata kunci: Benign Prostate
Hyperplasia, Lower Urinary Tract Symptoms, erectile
dysfunction
Pencarian
awal menemukan 7.043 artikel (PubMed 91; ScienceDirect 312; Google Scholar
6.640). Setelah seleksi judul, abstrak, duplikasi, dan eksklusi, tersisa 18
artikel. Empat artikel tambahan dimasukkan dari daftar pustaka, sehingga total
artikel yang direview adalah 22 artikel.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
1. Hubungan
Usia dan Keparahan Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
Insidensi BPH
meningkat seiring usia: 20% (usia 41–50), 50% (51–60), 65% (61–70), 80%
(71–80), dan 90% (81–90 tahun).⁸ Pertambahan usia meningkatkan kadar hormon DHT
dan estrogen, memicu proliferasi sel prostat dan menurunkan apoptosis, sehingga
risiko BPH meningkat.⁹
Berbagai
penelitian di Indonesia (Kemalasari 2015; Asalia 2015; Fitriana 2014)
menunjukkan mayoritas penderita berada pada usia 60–70 tahun.¹⁰–¹² Hal ini
sesuai bahwa BPH merupakan penyakit terkait proses penuaan.¹³
Namun
beberapa penelitian luar negeri menunjukkan tren peningkatan BPH terus
berlanjut tanpa penurunan setelah usia 70 tahun, diduga dipengaruhi harapan
hidup yang lebih tinggi.
Keparahan BPH
Penelitian
Indonesia menunjukkan mayoritas pasien masuk kategori BPH berat, sedangkan
penelitian Beijing (Song 2014) menunjukkan mayoritas BPH ringan.¹⁴
Ketidaksamaan ini dipengaruhi perilaku pencarian pengobatan; di Indonesia
pasien cenderung berobat setelah gejala berat. Derajat keparahan juga meningkat
seiring usia (Song 2014). Studi kohort 25.879 pria selama 16 tahun menunjukkan
progresivitas LUTS/BPH seiring bertambah usia.¹⁵
2. Hubungan
BPH dengan Kejadian Disfungsi Ereksi
Berbagai penelitian (Kemalasari 2015; Asalia 2015; Fitriana 2014; Haryanto
2016; Choi 2020; Dogan 2015) menunjukkan hubungan yang konsisten:
- peningkatan
skor IPSS berkaitan dengan penurunan skor IIEF-5
- keparahan BPH berbanding lurus dengan
keparahan disfungsi ereksi
- volume prostat yang lebih besar
menurunkan fungsi ereksi
Mekanisme
biologis yang menghubungkan BPH dan disfungsi ereksi:
1.Penurunan NO synthase/NO pada prostat dan otot polos penis menyebabkan gangguan tonus otot polos
dan ereksi.⁷
2.Hiperaktivitas sistem
saraf otonom memengaruhi pertumbuhan prostat dan
mengganggu regulasi ereksi.¹⁸–¹⁹
3.Peningkatan aktivitas
Rho-kinase menyebabkan vasokonstriksi dan
penurunan eNOS.²⁰
4.Iskemia prostat dan penis akibat aterosklerosis pelvis dapat memicu
BPH dan disfungsi ereksi.²¹
5.Sindrom metabolik (obesitas, hipertensi, resistensi insulin) berkontribusi pada proliferasi
prostat dan gangguan ereksi.²²–²³
6.Faktor psikologis seperti depresi dapat memperburuk LUTS/BPH
dan disfungsi ereksi.⁷
PENUTUP
Kesimpulan
Terdapat hubungan antara usia dan kejadian BPH; semakin tinggi usia,
semakin besar risiko BPH. Keparahan BPH juga berhubungan dengan terjadinya
disfungsi ereksi. Insidensi disfungsi ereksi meningkat seiring peningkatan skor
IPSS dan penurunan skor IIEF-5.
Saran
- Pasien usia
≥40 tahun dianjurkan memeriksakan diri bila mengalami gejala
LUTS untuk mencegah komplikasi.
- Tenaga medis, khususnya
dokter urologi, diharapkan menilai adanya disfungsi ereksi pada pasien BPH
agar dapat ditangani bersamaan.
- Penelitian
lebih lanjut, terutama pada aspek biologi molekuler, diperlukan
untuk memahami mekanisme hubungan BPH dan disfungsi ereksi secara lebih
mendalam.
DAFTAR
PUSTAKA
1.Foo KT. What is a disease? What is the disease clinical
benign prostatic hyperplasia (BPH)? World J Urol. 2019;37(7):1293–6.
2.Lokeshwar SD, Harper BT, Webb E, et al. Epidemiology and
treatment modalities for the management of benign prostatic hyperplasia. Curr
Opin Urol. 2019;8(4):529–39.
3.Amadea RA, Langitan A, Wahyuni RD. Benign prostatic
hyperplasia (BPH). J Med Prof (MedPro). 2019;1(2):172–6.
4.Liu Q, Zhang Y, Wang J, et al. Erectile dysfunction and
depression: a systematic review and meta-analysis. J Sex Med.
2018;15(8):1074.
5.Goldstein I, Goren A, Li WW, Tang WY, Hassan TA.
Epidemiology update of erectile dysfunction in eight countries with high
burden. Sex Med Rev. 2019;1–11.
6.Glina S, Glina FPA. Pathogenic mechanisms linking benign
prostatic hyperplasia, lower urinary tract symptoms and erectile dysfunction. Ther
Adv Urol. 2013;5(4):211–8.
7.Di Nunzio C, Roehrborn CG, Andersson KE, McVary KT.
Erectile dysfunction and lower urinary tract symptoms. Eur Urol Focus.
2017;3(4):1–2.
8.Roehrborn CG, McConnell JD. Etiology, pathophysiology,
epidemiology and natural history of benign prostate hyperplasia. Elsevier.
2015;11:1297–336.
9.Tawale MB, Tendean L, Setiawati L. Gambaran disfungsi
ereksi pada pasien dengan benign prostatic hyperplasia (BPH) di Klinik Advent
Tikala Manado. J e-Biomedik. 2016;4(2):4–7.
10.Kemalasari DW, Nilapsari R, Rusmartini T. Korelasi disfungsi seksual dengan
usia dan terapi pada benign prostate hyperplasia (BPH). Glob Med
Health Commun. 2015;3(2):60–3.
11.Asalia M, Monoarfa R, Lampus HF. Hubungan
antara skor IPSS dan skor IIEF pada pasien BPH dengan gejala LUTS yang berobat
di Poli Bedah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. J e-Clinic.
2015;3(1):477–83.
12.Fitriana N, Zuhirman, Suyanto. Hubungan
benign prostate hypertrophy dengan disfungsi ereksi di RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 2014;1–12.
13.Haryanto H, Rihiantoro T. Disfungsi ereksi
pada penderita benign prostate hyperplasia (BPH) di rumah sakit Kota Bandar
Lampung. J Keperawatan. 2016;12(2):286–94.
14.Song J, Shao Q, Tian Y, et al. Lower urinary
tract symptoms, erectile dysfunction and their correlation in men aged 50 years
and above: a cross-sectional survey in Beijing, China. Med Sci Monit.
2014;2806–10.
15.Chughtai B, Forde JC, Thomas DDM, et al.
Benign prostatic hyperplasia. Nat Rev Dis Prim. 2016;2:1–15.
16.Choi WS, Song WH, Park J, Yoo S, Son H.
Relationship between each IPSS item score and erectile dysfunction in the
Korean Internet Sexuality Survey (KISS): do men with weak streams have low
sexual function? World J Urol. 2020.
17.Dogan Y, Uruc F, Aras B, et al. The
relationships between metabolic syndrome, erectile dysfunction and lower
urinary tract symptoms associated with benign prostatic hyperplasia. Turk
Urol Derg. 2015;41(1):7–12.
18.Kardasevic A, Milicevic S. Correlation of
subjective symptoms in patients with benign prostatic hyperplasia and erectile
dysfunction. Med Arch. 2017;71(1):32–6.
19.Mazur DJ, Helfand BT, McVary KT. Influences
of neuroregulatory factors on the development of lower urinary tract
symptoms/benign prostatic hyperplasia and erectile dysfunction in aging men. Urol
Clin North Am. 2012;39(1):77–88.
20.Zewdie KA, Ayza MA, Tesfaye BA, Wondafrash
DZ, Berhe DF. A systematic review on Rho-kinase as a potential therapeutic
target for the treatment of erectile dysfunction. Dovepress.
2020;12:261–72.
21.Gacci M, Eardley I, Giuliano F, et al.
Critical analysis of the relationship between sexual dysfunctions and lower
urinary tract symptoms due to benign prostatic hyperplasia. Eur Urol.
2011;60:809–25.
22.Corona G, Vignozzi L, Rastrelli G, Lotti F,
Cipriani S, Maggi M. Benign prostate hyperplasia: a new metabolic disease of
the aging male and its correlation with sexual dysfunction. Hindawi
Publishing. 2014:1–14.
23.Vitriani IG, Duarsa GW. Diabetes mellitus,
hipertensi, obesitas, dan usia berhubungan terhadap meningkatnya risiko
terjadinya disfungsi ereksi pada pasien benign prostate hyperplasia di Rumah
Sakit Sanglah, Juni–Oktober 2015. E-Jurnal Medika Udayana.
2015;7(5):198–202.
SUMBER:
Winda Wati, Eka Yudha Rahman, Lena Rosida, Hendra Sutapa, Roselina
Panghiyangani. 2021. Literature Review: Hubungan Usia, Keparahan Benign Prostate
Hyperplasia (BPH), dan Kejadian Disfungsi Ereksi. Homeostasis, Vol. 4 No. 1,
April 2021: 237-244.
#BPH
#DisfungsiEreksi
#KesehatanPria
#KesehatanProstat
#LUTS

No comments:
Post a Comment