Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Saturday, 15 November 2025

Terungkap! Perbedaan Rahasia Standar Madu Internasional yang Menentukan Mana Madu Asli dan Bermutu Tinggi

 


 

Standar Madu Dunia yang Mengejutkan!

 

Madu kerap dianggap sebagai hadiah alam yang murni, sehat, dan penuh khasiat. Madu sebagai produk alami yang istimewa. Namun, di balik manisnya, madu juga memiliki standar mutu yang ketat agar bisa diperdagangkan secara internasional. Kualitas madu tidak hanya dinilai dari rasanya, tetapi juga dari kandungan gula, kadar air, keasaman, hingga tingkat kesegarannya. Semua ini diatur dalam standar internasional yang disusun oleh badan resmi dunia.

 

Dua acuan utama yang menjadi rujukan adalah European Honey Directive dan Codex Alimentarius Standard for Honey. Keduanya saat ini sedang direvisi untuk menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi analisis madu. Komisi Madu Internasional (International Honey Commission/IHC), yang berdiri sejak 1990, berperan penting dalam hal ini. Di bawah kepemimpinan para pakar, termasuk Stefan Bogdanov dan Werner von der Ohe, IHC menyusun metode pengujian madu yang dipakai hingga sekarang.

 

Codex vs Standar Uni Eropa: Apa Bedanya?

Sekilas, rancangan standar madu Codex dan Uni Eropa terlihat serupa. Namun, ada beberapa perbedaan penting. Draft Codex lebih detail, terutama dalam menyinggung isu kontaminasi, kebersihan, dan pemalsuan gula—isu yang sangat relevan bagi kualitas madu global. Sementara itu, standar Uni Eropa memasukkan definisi khusus untuk madu industri atau madu roti, yaitu madu yang masih layak dikonsumsi tetapi memiliki mutu lebih rendah karena difermentasi, dipanaskan berlebihan, atau memiliki kadar senyawa tertentu di luar batas.

 

Perbedaan lain muncul pada persoalan serbuk sari madu. Apakah serbuk sari dianggap komponen esensial? Uni Eropa menegaskan bahwa tidak ada bagian penting madu yang boleh dihilangkan. Sebaliknya, Codex menyatakan madu tidak boleh diproses hingga mengubah komposisi alaminya. Dua kalimat sederhana ini memunculkan interpretasi berbeda, terutama karena serbuk sari meski jumlahnya kecil, penting untuk menentukan asal-usul madu.

 

Faktor-Faktor Penentu Kualitas Madu

Ada beberapa kriteria utama yang menjadi sorotan dalam revisi standar madu:

  1. Kadar Air

Madu dengan kadar air tinggi mudah berfermentasi. Standar baru menetapkan batas maksimum 21 g/100 g, termasuk untuk madu semanggi. Namun, pada praktiknya, sebagian besar madu memiliki kadar air jauh di bawah itu.

  1. Kandungan Gula

Komposisi gula menjadi indikator penting. Sebagian besar madu bunga kaya akan gula pereduksi (fruktosa dan glukosa). Namun, beberapa jenis madu, seperti madu melon, mengandung oligosakarida non-pereduksi yang lebih tinggi. Perbedaan ini menimbulkan variasi standar antara Codex dan Uni Eropa.

  1. Keasaman

Fermentasi meningkatkan keasaman madu. Standar lama menetapkan batas 40 miliekuivalen/kg, sedangkan draft terbaru Codex menaikkannya menjadi 50 miliekuivalen/kg untuk mengakomodasi madu dengan keasaman alami tinggi.

  1. Aktivitas Enzim (Diastase dan Invertase)

Enzim menjadi indikator kesegaran dan perlakuan panas pada madu. Nilai diastase (DN) minimum 8 dinilai bermanfaat, sementara aktivitas invertase juga diusulkan sebagai standar baru karena sangat sensitif terhadap panas dan penyimpanan.

  1. Hidroksimetilfurfural (HMF)

Senyawa ini muncul ketika madu disimpan terlalu lama atau dipanaskan berlebihan. Standar Uni Eropa menetapkan batas maksimal 40 mg/kg, sedangkan Codex lebih longgar dengan 60 mg/kg, mengingat kondisi iklim panas di banyak negara produsen madu.

  1. Konduktivitas Listrik

Ukuran ini kini banyak dipakai untuk menggantikan kadar abu. Konduktivitas membantu menentukan asal botani madu, membedakan antara madu bunga dengan madu honeydew, serta mendeteksi keaslian madu.

 

Menuju Standar Internasional yang Lebih Baik

Selain faktor-faktor di atas, penelitian terbaru mendorong penggunaan parameter tambahan, seperti kandungan prolin (indikator kematangan dan keaslian madu) dan rotasi optik (untuk membedakan jenis madu tertentu). Meskipun belum masuk standar global, kriteria ini mulai digunakan di berbagai negara sebagai penunjang pengendalian mutu.

 

Penting untuk diingat, tidak semua negara bisa menerapkan standar yang sama secara ketat. Beberapa asosiasi perlebahan bahkan menetapkan syarat lebih tinggi dibanding standar internasional, terutama untuk madu premium. Contohnya, Jerman dan Belgia menetapkan batas kelembaban maksimal hanya 17,5–18,5%, lebih rendah dari standar umum 21%.

 

Simpulan dan Saran

Revisi standar madu internasional menjadi langkah penting dalam menjaga mutu madu yang beredar di pasaran dunia. Dengan pengujian ilmiah yang lebih canggih, konsumen bisa mendapatkan madu yang benar-benar asli dan berkualitas. Di sisi lain, produsen juga mendapat kepastian dalam perdagangan global karena adanya aturan yang jelas dan seragam.

 

Madu bukan sekadar pemanis alami. Ia adalah produk bernilai tinggi yang kualitasnya dijaga dengan ketat. Standar internasional yang sedang dibangun saat ini menjadi kunci agar madu tetap terjaga keaslian, kesehatan, dan keadilannya dalam perdagangan dunia.

 

SUMBER

Terungkap! Ini Standar Madu Kelas Dunia. Jurnal Atani Tokyo. https://atanitokyo.blogspot.com/2021/08/tinjauan-kualitas-madu-dan-standar.html

#StandarMadu

#CodexHoney

#KualitasMadu

#PerlebahanDunia

#FoodSafety


No comments: