Standar Madu Dunia yang
Mengejutkan!
Madu kerap dianggap sebagai hadiah
alam yang murni, sehat, dan penuh khasiat. Madu sebagai
produk alami yang istimewa. Namun, di balik manisnya, madu juga memiliki
standar mutu yang ketat agar bisa diperdagangkan secara internasional. Kualitas
madu tidak hanya dinilai dari rasanya, tetapi juga dari kandungan gula, kadar
air, keasaman, hingga tingkat kesegarannya. Semua ini diatur dalam standar
internasional yang disusun oleh badan resmi dunia.
Dua acuan utama yang menjadi rujukan adalah European
Honey Directive dan Codex Alimentarius Standard for Honey. Keduanya saat ini sedang
direvisi untuk menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
analisis madu. Komisi Madu Internasional (International
Honey Commission/IHC), yang berdiri sejak 1990, berperan penting dalam hal
ini. Di bawah kepemimpinan para pakar, termasuk Stefan Bogdanov dan Werner von
der Ohe, IHC menyusun metode pengujian madu yang dipakai hingga sekarang.
Codex vs Standar Uni
Eropa: Apa Bedanya?
Sekilas, rancangan standar madu
Codex dan Uni Eropa terlihat serupa. Namun, ada beberapa perbedaan penting.
Draft Codex lebih detail, terutama dalam menyinggung isu kontaminasi,
kebersihan, dan pemalsuan gula—isu yang sangat relevan bagi kualitas madu global.
Sementara itu, standar Uni Eropa memasukkan definisi khusus untuk madu industri
atau madu roti, yaitu madu yang masih layak dikonsumsi tetapi memiliki mutu
lebih rendah karena difermentasi, dipanaskan berlebihan, atau memiliki kadar
senyawa tertentu di luar batas.
Perbedaan lain muncul pada persoalan
serbuk sari madu. Apakah serbuk sari dianggap komponen esensial? Uni Eropa
menegaskan bahwa tidak ada bagian penting madu yang boleh dihilangkan.
Sebaliknya, Codex menyatakan madu tidak boleh diproses hingga mengubah
komposisi alaminya. Dua kalimat sederhana ini memunculkan interpretasi berbeda,
terutama karena serbuk sari meski jumlahnya kecil, penting untuk menentukan
asal-usul madu.
Faktor-Faktor Penentu
Kualitas Madu
Ada beberapa kriteria utama yang
menjadi sorotan dalam revisi standar madu:
- Kadar
Air
Madu dengan kadar air tinggi mudah berfermentasi. Standar
baru menetapkan batas maksimum 21 g/100 g, termasuk untuk madu semanggi. Namun,
pada praktiknya, sebagian besar madu memiliki kadar air jauh di bawah itu.
- Kandungan
Gula
Komposisi gula menjadi indikator penting. Sebagian besar
madu bunga kaya akan gula pereduksi (fruktosa dan glukosa). Namun, beberapa
jenis madu, seperti madu melon, mengandung oligosakarida non-pereduksi yang
lebih tinggi. Perbedaan ini menimbulkan variasi standar antara Codex dan Uni Eropa.
- Keasaman
Fermentasi meningkatkan
keasaman madu. Standar lama menetapkan batas 40 miliekuivalen/kg, sedangkan
draft terbaru Codex menaikkannya menjadi 50 miliekuivalen/kg untuk
mengakomodasi madu dengan keasaman alami tinggi.
- Aktivitas Enzim (Diastase dan Invertase)
Enzim menjadi indikator
kesegaran dan perlakuan panas pada madu. Nilai diastase (DN) minimum 8 dinilai
bermanfaat, sementara aktivitas invertase juga diusulkan sebagai standar baru
karena sangat sensitif terhadap panas dan penyimpanan.
- Hidroksimetilfurfural (HMF)
Senyawa ini muncul
ketika madu disimpan terlalu lama atau dipanaskan berlebihan. Standar Uni Eropa
menetapkan batas maksimal 40 mg/kg, sedangkan Codex lebih longgar dengan 60
mg/kg, mengingat kondisi iklim panas di banyak negara produsen madu.
- Konduktivitas Listrik
Ukuran ini kini banyak
dipakai untuk menggantikan kadar abu. Konduktivitas membantu menentukan asal
botani madu, membedakan antara madu bunga dengan madu honeydew, serta
mendeteksi keaslian madu.
Menuju Standar Internasional yang Lebih Baik
Selain faktor-faktor di atas, penelitian terbaru
mendorong penggunaan parameter tambahan, seperti kandungan prolin (indikator
kematangan dan keaslian madu) dan rotasi optik (untuk membedakan jenis madu
tertentu). Meskipun belum masuk standar global, kriteria ini mulai digunakan di
berbagai negara sebagai penunjang pengendalian mutu.
Penting untuk diingat, tidak semua negara bisa menerapkan
standar yang sama secara ketat. Beberapa asosiasi perlebahan bahkan menetapkan
syarat lebih tinggi dibanding standar internasional, terutama untuk madu
premium. Contohnya, Jerman dan Belgia menetapkan batas kelembaban maksimal
hanya 17,5–18,5%, lebih rendah dari standar umum 21%.
Simpulan dan Saran
Revisi standar madu internasional menjadi langkah penting
dalam menjaga mutu madu yang beredar di pasaran dunia. Dengan pengujian ilmiah
yang lebih canggih, konsumen bisa mendapatkan madu yang benar-benar asli dan
berkualitas. Di sisi lain, produsen juga mendapat kepastian dalam perdagangan
global karena adanya aturan yang jelas dan seragam.
Madu bukan sekadar pemanis alami. Ia
adalah produk bernilai tinggi yang kualitasnya dijaga dengan ketat. Standar
internasional yang sedang dibangun saat ini menjadi kunci agar madu tetap
terjaga keaslian, kesehatan, dan keadilannya dalam perdagangan dunia.
SUMBER
Terungkap!
Ini Standar Madu Kelas Dunia. Jurnal Atani Tokyo. https://atanitokyo.blogspot.com/2021/08/tinjauan-kualitas-madu-dan-standar.html
#StandarMadu
#CodexHoney
#KualitasMadu
#PerlebahanDunia
#FoodSafety

No comments:
Post a Comment