Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Wednesday, 12 March 2025

Dakwah di Bulan Ramadhan di Negeri Sakura Jepang


Pemeluk agama Islam di Jepang mengalami peningkatan yang signifikan selama dua dekade terakhir, dibuktikan dengan jumlah masjid yang berkembang hingga tujuh kali lipat.

 

Menurut profesor emeritus sosiologi di Universitas Waseda di Tokyo, Hirofumi Tanada, perkembangan itu terjadi karena tingginya angka pernikahan antara warga Muslim dan warga negara Jepang serta orang-orang yang berpindah agama.

 

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Profesor Emiretus Tanada dan rekan-rekannya, terdapat 113 masjid di seluruh Jepang pada Maret 2021, naik tujuh kali lipat dari hanya 15 pada tahun 1999.

 

Studi Tanada dan rekannya juga menunjukkan bahwa sekitar 230.000 Muslim menyebut Jepang sebagai rumah mereka pada akhir tahun 2020.

 

Bulan Ramadhan adalah waktu yang penuh berkah dan kesempatan emas bagi umat Islam untuk memperbanyak ibadah, memperbaiki diri, dan meningkatkan keimanan. Di negara seperti Jepang, yang mayoritas penduduknya bukan Muslim, dakwah di bulan suci ini memiliki tantangan dan kesempatan tersendiri. Berikut adalah berbagai aspek terkait dakwah di Jepang selama bulan Ramadhan yang dapat membantu masyarakat memahami lebih jauh tentang kegiatan umat Islam di sana.

 

1. Penentuan 1 Ramadhan dan Hari Idul Fitri di Jepang

Di Jepang, penentuan tanggal 1 Ramadhan dan Idul Fitri tidak dilakukan secara langsung berdasarkan pengamatan hilal (bulan sabit) seperti di negara-negara dengan mayoritas Muslim. Sebagai gantinya, ada tim yang mengadakan rapat untuk mendengarkan laporan dari beberapa negara, seperti Indonesia atau Malaysia, mengenai apakah hilal terlihat atau tidak. Jika hilal tidak terlihat, Jepang akan merujuk kepada negara Muslim terdekat, seperti Malaysia. Sejauh ini, hilal di Jepang sendiri hampir tidak pernah terlihat, sehingga perayaan Ramadhan dan Idul Fitri di Jepang selalu mengacu pada keputusan yang diambil di Malaysia.

 

2. Sholat Tarawih di Masjid KBRI

Sholat Tarawih di Jepang biasanya dilakukan di Masjid Indonesia Tokyo (MIT), yang terletak di bagian kanan gedung SRIT. Dulu, lokasi ini dikenal sebagai tempat sampah dan jalur keluar-masuk para pejabat, namun kini telah disulap menjadi tempat ibadah yang nyaman. Setiap malam selama Ramadhan, jamaah hadir untuk melaksanakan sholat Tarawih.

 

Terkait dengan pengisi ceramah, biasanya pihak KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) mengirimkan ustadz untuk memberikan ceramah di MIT. Selain ustadz dari KBRI, ada juga ustadz dari lembaga lain seperti Huma Inisiatif (HI), yang sebelumnya dikenal sebagai PKPU, dan Dompet Dhuafa (DD). Para ustadz ini bergiliran memberikan ceramah dan workshop di berbagai tempat, termasuk di MIT, untuk memberikan pemahaman dan mendekatkan masyarakat kepada ajaran Islam.

 

3. Kegiatan Buka Bersama di Masjid

Buka bersama menjadi salah satu tradisi khas Ramadhan yang sangat dinantikan. Di Masjid Indonesia Tokyo (MIT), buka bersama diadakan setiap hari, namun yang paling istimewa adalah acara buka bersama yang diselenggarakan pada akhir pekan, yakni Sabtu dan Minggu. Selain itu, masjid Jami Turki juga mengadakan buka bersama yang mewah setiap hari. Kegiatan buka bersama ini menjadi ajang untuk mempererat ukhuwah antar umat Islam dan mengenalkan keindahan Islam kepada masyarakat non-Muslim yang ingin tahu lebih banyak tentang Ramadhan.

 

4. Sholat Tahajud di Masjid

Sholat Tahajud adalah ibadah malam yang sangat dianjurkan, terutama di 10 hari terakhir Ramadhan. Di Jepang, kegiatan sholat Tahajud biasanya hanya dilaksanakan pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjil di mana umat Islam percaya bahwa malam tersebut adalah malam Lailatul Qadar. Kegiatan ini sangat mendalam maknanya, terutama bagi mereka yang berusaha mencari keberkahan dan ampunan dari Allah SWT.

 

5. Mempersiapkan dan Pelaksanaan Sahur di Rumah-rumah Muslim Jepang / Asing

Pelaksanaan sahur di Jepang tidak jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia. Para Muslim di Jepang biasanya melaksanakan sahur di rumah masing-masing bersama keluarga atau teman-teman. Beberapa komunitas juga menyediakan sahur bersama di masjid. Walaupun suasana Ramadhan di Jepang tidak seramai di negara-negara dengan mayoritas Muslim, umat Islam di sana tetap menjaga kekhusyukan dalam menjalankan ibadah puasa dan sahur.

 

6. Pandangan Non-Muslim Jepang Terhadap Puasa, Sholat Tarawih, dan Idul Fitri

Bagi banyak orang Jepang yang belum familiar dengan praktik Islam, puasa di bulan Ramadhan sering kali menjadi hal yang sulit dipahami. Banyak dari mereka yang mengira bahwa umat Islam tidak makan dan minum sepanjang hari selama sebulan penuh. Namun, setelah penjelasan lebih lanjut bahwa puasa hanya dilakukan pada siang hari dan ada waktu untuk makan di malam hari, mereka mulai mengerti. Mengenai sholat Tarawih dan Idul Fitri, pemahaman mereka masih terbatas, namun beberapa di antara mereka tertarik untuk mengenal lebih jauh melalui kegiatan-kegiatan seperti buka bersama dan dialog antar agama yang diadakan di masjid-masjid.

 

7. Peluang Dakwah kepada Orang Jepang / Asing di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan memberikan peluang yang sangat besar untuk berdakwah, khususnya kepada orang Jepang dan warga asing lainnya yang berada di Jepang. Selain buka bersama yang menjadi ajang interaksi sosial, momen Ramadhan adalah kesempatan untuk menunjukkan nilai-nilai Islam yang penuh dengan kedamaian, kasih sayang, dan kepedulian sosial. Melalui kegiatan-kegiatan seperti buka bersama dan ceramah di masjid, dakwah dapat disampaikan dengan cara yang lebih mudah diterima dan dipahami oleh masyarakat non-Muslim. Dengan pendekatan yang santai namun mendalam, banyak orang Jepang yang akhirnya tertarik dan lebih terbuka untuk mempelajari lebih lanjut tentang Islam.

 

Bulan Ramadhan di Jepang adalah waktu yang penuh berkah bagi umat Islam untuk memperkenalkan ajaran Islam kepada masyarakat luas, termasuk non-Muslim. Melalui kegiatan ibadah, seperti sholat Tarawih, buka bersama, dan sholat Tahajud, serta kesempatan untuk berdialog dengan orang non-Muslim, dakwah di bulan suci ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang Islam. Dengan pendekatan yang penuh hikmah dan kasih sayang, diharapkan masyarakat Jepang dapat semakin memahami nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam dan membangun hubungan yang lebih harmonis antar umat beragama.

 

SUMBER:

1.     Wawancara dengan Dr. Endrijanto Djajadi Muslim di Jepang

2.     rmol.id republik merdeka

No comments: