Hutan bakau adalah ekosistem unik yang tumbuh di wilayah pesisir, tepat di pertemuan antara daratan dan laut. Pohon bakau mampu hidup di air asin dan payau, serta tumbuh di pantai dan muara daerah tropis dan subtropis. Meski luasnya hanya sebagian kecil dari hutan tropis dunia, hutan bakau memiliki peran yang sangat penting bagi lebih dari 2,4 miliar orang yang tinggal di sekitar pesisir.
Hutan bakau melindungi pantai dari badai, banjir, dan erosi. Selain itu, hutan ini juga membantu menjaga kualitas air dan menyediakan sumber pangan serta kayu bagi masyarakat setempat. Ekosistem ini menjadi rumah bagi lebih dari 1.500 spesies hewan dan tumbuhan, termasuk ikan-ikan yang penting bagi nelayan.
Sayangnya, hutan bakau menghadapi banyak ancaman dari aktivitas manusia seperti pembukaan lahan untuk tambak, pembangunan di wilayah pesisir, polusi, dan dampak perubahan iklim. Dalam 20 tahun terakhir, hutan bakau dunia mengalami penyusutan sekitar 3,4% akibat penebangan dan kerusakan. Jika terus dibiarkan, hal ini akan merugikan lingkungan dan kesejahteraan jutaan penduduk pesisir yang bergantung pada ekosistem ini.
Melindungi dan memulihkan hutan bakau sangat penting untuk menghadapi perubahan iklim. Pohon bakau mampu menyimpan karbon dalam jumlah besar, sehingga membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Selain itu, menjaga hutan bakau berarti melestarikan keanekaragaman hayati dan memastikan ketahanan pangan bagi masyarakat pesisir. Saat ini, ada banyak inisiatif global, seperti Dekade PBB tentang Restorasi Ekosistem, yang mendukung pelestarian hutan bakau dan berbagai ekosistem penting lainnya.
Upaya untuk melindungi hutan bakau membutuhkan kerja sama dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Jika kita semua bekerja sama, hutan bakau akan terus berfungsi sebagai pelindung alam, penyedia sumber daya, dan penyeimbang iklim. Mari kita jaga hutan bakau demi masa depan yang lebih baik bagi lingkungan dan manusia.
Contoh Upaya Pelestarian di Indonesia
Di Indonesia, hutan bakau memiliki peran penting sebagai pelindung pantai dari abrasi, peredam tsunami, habitat bagi berbagai spesies, dan penyaring polusi dari daratan. Namun, ekosistem ini sering terancam oleh aktivitas manusia seperti penebangan liar dan reklamasi. Di Dusun Rangko, Kabupaten Manggarai Barat, tantangan serupa juga terjadi. Banyak warga yang memanfaatkan kayu bakau untuk kayu bakar dan kebutuhan lainnya.
Untuk mengatasi masalah ini, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dusun Rangko bekerja sama dengan WWF-Indonesia dan berbagai pihak lain. Mereka mengadakan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan bakau. Kegiatan ini, yang diadakan pada 14 September 2023, melibatkan peserta dari berbagai kalangan, termasuk pemerintah daerah, lembaga pendidikan, kelompok masyarakat, dan organisasi lingkungan.
Selain edukasi, program ini juga mendukung pengembangan wisata mangrove berbasis konservasi dengan menyediakan fasilitas seperti kayak untuk kegiatan wisata. Anggota Pokdarwis juga mendapatkan pelatihan untuk membimbing wisatawan, yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian lokal sambil menjaga ekosistem bakau yang berharga.
Ahmad Burhan, Ketua Kelompok Alam Sejati, menjelaskan pentingnya akar bakau yang kuat dalam mencegah erosi pantai. Akar ini juga membantu pohon mangrove mendapatkan oksigen dari lumpur yang miskin oksigen, sehingga memperkuat ekosistem di sekitar pantai. Upaya bersama ini menjadi langkah nyata untuk menjaga kelestarian ekosistem mangrove demi masa depan masyarakat pesisir dan lingkungan kita.
Manfaat Mangrove untuk Kesehatan
Nanopartikel perak (AgNP) semakin menarik perhatian dalam dunia medis dan bioteknologi karena potensinya yang besar. Biasanya, pembuatannya menggunakan bahan kimia sintetis, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa tanaman mangrove bisa menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Ekstrak mangrove mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoid, fenolat, dan tanin, yang mampu mereduksi dan menstabilkan nanopartikel perak tanpa perlu bahan kimia berbahaya.
Penggunaan ekstrak mangrove dalam proses pembuatan AgNP adalah contoh penerapan teknologi bio-nanoteknologi laut. Senyawa alami dari mangrove berperan sebagai agen pereduksi, sehingga nanopartikel perak yang dihasilkan berukuran 11 hingga 100 nanometer dengan bentuk bulat. Ukuran dan bentuk ini sangat sesuai untuk berbagai aplikasi di bidang bioteknologi.
Nanopartikel perak memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya seperti Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, sehingga potensial digunakan sebagai bahan antimikroba. Selain itu, AgNP juga memiliki potensi dalam terapi kanker dan sebagai antioksidan. Ukurannya yang fleksibel mempermudah pengiriman obat langsung ke target dalam tubuh, menjadikannya pilihan yang menjanjikan dalam dunia medis.
Keuntungan lainnya dari biosintesis AgNP dengan mangrove adalah prosesnya yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis. Karena tidak menggunakan bahan kimia berbahaya, dampaknya terhadap ekosistem menjadi lebih rendah. Mangrove yang digunakan juga mudah didapat dan merupakan sumber daya yang terbarukan, sehingga biaya produksinya lebih hemat.
Inovasi ini selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG), khususnya SDG 3 untuk mendukung kehidupan sehat dan sejahtera, serta SDG 12 yang mendorong produksi dan konsumsi berkelanjutan. Penggunaan bahan alami seperti mangrove dalam pembuatan AgNP menunjukkan bahwa kita bisa menghasilkan produk yang bermanfaat bagi kesehatan manusia tanpa merusak lingkungan.
SUMBER:
Pangan News 24 Oktober 2024, Melindungi Hutan Bakau untuk Menjaga Kelestarian Pesisir dan Kehidupan.
https://pangannews.id/berita/1729731578/melindungi-hutan-bakau-untuk-menjaga-kelestarian-pesisir-dan-kehidupan
No comments:
Post a Comment