Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Saturday 11 September 2021

Mengenal Badai Sitokin pada Penderita COVID-19



Badai sitokin merupakan salah satu komplikasi yang bisa dialami oleh penderita COVID-19. Kondisi ini perlu diwaspadai dan perlu segera ditangani secara intensif. Bila dibiarkan tanpa penanganan, badai sitokin dapat menyebabkan dari kegagalan fungsi organ hingga kematian.

Sitokin merupakan salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Dalam kondisi normal, sitokin membantu sistem imun berkoordinasi dengan baik dalam melawan bakteri atau virus penyebab infeksi.

Namun, jika diproduksi secara berlebihan, sitokin justru dapat menyebabkan kerusakan di dalam tubuh. Inilah yang disebut sebagai badai sitokin.

 

Proses Terjadinya Badai Sitokin

Badai sitokin (cytokine storm) terjadi ketika tubuh melepaskan terlalu banyak sitokin ke dalam darah dalam jangka waktu yang sangat cepat. Kondisi ini membuat sel imun justru menyerang jaringan dan sel tubuh yang sehat, sehingga menyebabkan peradangan. Kondisi ini diketahui dengan pemeriksaan D-dimer dan CRP pada penderita COVID-19. Pemeriksaan D-dimer dilakukan untuk mendeteksi keberadaan protein D-dimer dalam darah. Protein ini berfungsi untuk memecah darah yang membeku di pembuluh darah. Dalam kondisi normal, D-dimer tidak akan terdeteksi. 

 

Pemeriksaan D-dimer dan CRP pada pasien COVID-19 dilakukan untuk mengetahui peningkatan kadar protein dalam darah. Pengukuran kadar protein tersebut dapat dijadikan parameter untuk mengetahui apakah ada gumpalan atau bekuan darah dan mendeteksi infeksi atau peradangan dalam tubuh.

 

Tak jarang peradangan tersebut membuat organ-organ di dalam tubuh menjadi rusak atau gagal berfungsi. Hal inilah yang membuat badai sitokin perlu diwaspadai, karena bisa sampai menyebabkan kematian.

 

Pada penderita COVID-19, badai sitokin menyasar ke jaringan paru-paru dan pembuluh darah. Alveoli atau kantung udara kecil di paru-paru akan dipenuhi oleh cairan, sehingga tidak memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen. Itulah sebabnya mengapa penderita COVID-19 kerap mengalami sesak napas.

 

Gejala Badai Sitokin pada Penderita COVID-19

Sebagian besar penderita COVID-19 yang terkena badai sitokin mengalami dari demam dan sesak napas hingga membutuhkan alat batu napas atau ventilator. Kondisi ini biasanya terjadi sekitar 6–7 hari setelah gejala COVID-19 timbul.

Selain gejala tersebut, badai sitokin juga menyebabkan berbagai gejala, seperti:

·        Merasa kedinginan terlihat menggigil

·        Kelelahan

·        Pembengkakan di tungkai

·        Mual dan muntah

·        Nyeri otot dan persendian

·        Sakit kepala

·        Ruam kulit

·        Batuk

·        Napas cepat

·        Kejang

·        Sulit mengendalikan gerakan

·        Kebingungan dan halusinasi

·        Tekanan darah sangat rendah

·        Penggumpalan darah

 

Perawatan Badai Sitokin

Penderita COVID-19 yang mengalami badai sitokin memerlukan perawatan di unit perawatan intensif (ICU). Beberapa langkah penanganan yang akan dilakukan dokter, meliputi:

·        Pemantauan tanda-tanda vital, yang meliputi tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh, secara intensif

·        Pemasangan mesin ventilator

·        Pemberian cairan melalui infus

·        Pemantauan kadar elektrolit

·        Cuci darah (hemodialisis)

·        Pemberian obat anakinra atau tocilizumab (actemra) untuk menghambat aktivitas sitokin

 

Meski demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penanganan yang tepat terhadap penderita COVID-19 yang mengalami badai sitokin.

Pada penderita COVID-19, badai sitokin dapat menyebabkan kerusakan organ yang bisa mengancam nyawa. Agar terhindar dari kondisi serius ini, disarankan untuk selalu mematuhi protokol kesehatan kapan saja dan di mana saja.

 

Bila terdapat anggota keluarga mengalami gejala COVID-19, seperti batuk, demam, pilek, lemas, sesak napas, anosmia, atau gangguan pencernaan, segera lakukan isolasi mandiri dan hubungi hotline COVID-19 di 119 Ext. 9 untuk mendapatkan pengarahan lebih lanjut.

 

Sumber:

Alodokter.https://www.alodokter.com/mengenal-badai-sitokin-pada-penderita-covid-19

 

No comments: