Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Saturday, 21 June 2025

Coelacanth: Ikan Purba yang Tak Mati


PENEMUAN IKAN PURBA COELACANTH: coelacanth, ikan purba, latimeria chalumnae, latimeria menadoensis, ikan prasejarah, ikan fosil hidup, coelacanth indonesia, coelacanth afrika, ikan langka, ikan purba masih hidup.

 

Coelacanth berasal dari ordo Coelacanthiformes dalam kelas Sarcopterygii (ikan bersirip lobus), yang juga mencakup nenek moyang hewan berkaki empat (tetrapoda). Ikan ini dianggap punah sejak 66 juta tahun lalu, hingga penemuan mengejutkan pada tahun 1938 di perairan timur Afrika Selatan (dekat Sungai Chalumna).

 

Spesimen itu kemudian dinamai Latimeria chalumnae, untuk menghormati Marjorie Courtenay-Latimer, ahli museum yang pertama mengenalinya sebagai penemuan yang penting. Spesies kedua, Latimeria menadoensis, ditemukan pada 1997 di perairan Manado, Sulawesi Utara, Indonesia.

 

CIRI BIOLOGIS DAN MORFOLOGI

Coelacanth memiliki sejumlah ciri unik yang membedakannya dari ikan modern:

1.Sirip berlobus (lobed fins): Struktur siripnya menyerupai dahan yang berotot dan bertulang, mirip dengan kaki primitif—menjadi kunci dalam studi evolusi tetrapoda.

2.Organ elektrosensorik: Coelacanth memiliki organ yang mendeteksi medan listrik mangsa (seperti ampula Lorenzini pada hiu).

3.Rostral organ: Bagian unik pada moncongnya untuk mendeteksi lingkungan.

4.Notochord berongga: Sebagai pengganti tulang belakang sejati.

5.Jantung primitif dan paru vestigial: Menunjukkan ciri transisi antara ikan dan hewan darat.

6.Gerakan berenang simetris (gaya bergerak di air): Sirip lobus kiri-kanan bergerak bergantian seperti langkah kaki pada hewan darat.


Ukuran tubuhnya dapat mencapai 2 meter dan berat hingga 90 kg. Coelacanth adalah ikan hidup terpanjang masa inkubasinya, diperkirakan lebih dari 5 tahun kehamilan secara ovovivipar (telur menetas dalam tubuh induk).

 

HABITAT

  • Hidup di perairan dalam, biasanya kedalaman 150–700 meter.
  • Bersembunyi di gua-gua lava bawah laut atau lereng curam di sekitar pulau gunung berapi.
  • Bersifat nokturnal: aktif di malam hari dan diam di siang hari.
  • Makanannya: ikan kecil, cumi-cumi, dan hewan laut kecil lainnya.
  • Evolusi gen Coelacanth berlangsung sangat lambat, disebut sebagai “fosil hidup”.
  • Kode genetik Coelacanth lebih dekat dengan vertebrata darat dibandingkan ikan modern lainnya.
  • Gen homeobox (HOX) dan gen regulator untuk perkembangan anggota gerak menunjukkan kemiripan dengan nenek moyang hewan darat, memberikan petunjuk penting dalam transisi ikan → amfibi.
  • Coelacanth dianggap sebagai “jendela menuju masa lalu” dalam evolusi vertebrata.
  • Menjadi contoh klasik spesies Lazarus: makhluk yang dianggap punah tapi ditemukan hidup.
  • Masih misterius: populasi di alam liar sangat kecil dan sulit diteliti langsung karena habitat dalam dan tekanan air tinggi.
  • Amemiya et al., 2013. "The African coelacanth genome provides insights into tetrapod evolution". Nature.
  • Friedman, M. & Coates, M.I., 2006. "A newly recognized fossil coelacanth highlights the early morphological diversification of the clade". Proceedings of the Royal Society B.
  • Smithsonian Ocean Portal, "Coelacanth", 2023.

 

KEKERABATAN GENETIK DAN FILOGENETIK

Coelacanth termasuk dalam kelompok Sarcopterygii (ikan bersirip daging) bersama lungfish (ikan paru) dan tetrapoda. Ini berbeda dengan Actinopterygii (ikan bersirip sejati) seperti salmon dan tuna.

Analisis genom Latimeria chalumnae (dipublikasikan 2013 dalam Nature) menunjukkan:

 

PERAN EKOLOGIS DAN FUNGSIONAL

Coelacanth bukan predator dominan, tetapi punya fungsi penting di ekosistem laut dalam:

1.Predator tingkat menengah: Mengontrol populasi ikan kecil dan cumi-cumi.

2.Indikator kesehatan ekosistem laut dalam: Keberadaannya menunjukkan kestabilan habitat laut dalam.

3.Kunci ilmiah evolusi vertebrata: Memberikan gambaran tentang struktur tubuh dan genetik transisi dari air ke darat.


SIGNIFIKANSI ILMIAH

 

REFERENSI:

No comments: