Menghidupkan Gibthoh: Iri yang
Positif dalam Islam
Dalam kehidupan sehari-hari, kita
sering menemui orang-orang yang lebih sukses, lebih pintar, atau lebih kaya
dari kita. Sayangnya, tidak jarang hal itu menimbulkan rasa iri yang salah arah,
mendorong hati untuk dengki dan berharap orang lain gagal. Padahal, Islam tidak
melarang semua bentuk iri. Ada satu jenis iri yang justru dianjurkan karena
bisa memotivasi kita menjadi lebih baik. Itulah yang disebut gibthoh.
Gibthoh adalah iri yang baik, bukan
ingin mengambil milik orang lain atau menjatuhkannya, tetapi ingin menjadi
sebaik mereka, dengan cara yang halal dan diridhai Allah. Misalnya, bukan iri
karena tetangga punya rumah mewah, tapi karena ia menggunakan hartanya untuk
membantu banyak orang. Bukan iri karena seseorang terkenal, tapi karena ia
menyebarkan ilmu dan kebaikan. Gibthoh semacam inilah yang akan mengangkat
derajat manusia, bukan justru menjatuhkannya.
1. Iri kepada Si Kaya yang Dermawan
Bayangkan seseorang yang hartanya
melimpah, namun hidupnya sederhana. Ia membangun masjid, menyantuni anak yatim,
membantu fakir miskin, dan membiayai pendidikan anak-anak dari keluarga tak
mampu. Orang seperti ini tidak hanya kaya secara materi, tetapi juga kaya hati.
Inilah sosok yang patut kita teladani, yang layak kita gibthohi.
Allah SWT berfirman:
"Dan orang-orang yang memberikan
apa yang mereka berikan dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa mereka
akan kembali kepada Tuhan mereka). Mereka itu bersegera dalam mengerjakan
kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya." (QS. Al-Mu’minun: 60–61)
Rasulullah SAW pun bersabda:
"Tidak ada iri hati kecuali
dalam dua hal:
(1) Orang yang diberi harta oleh
Allah, lalu ia gunakan untuk membelanjakannya di jalan yang benar, dan
(2) Orang yang diberi hikmah (ilmu),
lalu ia memutuskan dengannya dan mengajarkannya kepada orang lain."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, jangan hanya iri pada
kekayaannya, tapi iri-lah pada bagaimana ia menggunakan kekayaannya untuk
kebaikan.
2. Iri kepada Si Alim yang
Mengamalkan Ilmu
Ilmu adalah cahaya, dan cahaya itu
menjadi sangat berarti saat ia tidak hanya disimpan, tapi juga digunakan untuk
menerangi orang lain. Dalam Islam, orang yang berilmu memiliki tanggung jawab
untuk mengamalkan dan mengajarkannya kepada sesama. Inilah jenis manusia yang
paling berharga.
Allah SWT berfirman:
"Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah: 11)
Kalau kita melihat seorang guru yang
dengan sabar mendidik, seorang dai yang menyebarkan hikmah, atau seorang
penulis yang menginspirasi lewat tulisannya, kita boleh iri. Tapi bukan ingin
menggantikannya, melainkan ingin mengikuti jejaknya, agar ilmu yang kita miliki
juga bisa bermanfaat.
3. Dari Iri Menjadi Aksi: Doa dan
Usaha
Gibthoh yang hanya berhenti di hati
tak akan membawa perubahan. Ia harus diwujudkan dalam bentuk doa dan usaha.
Doa bukan tanda kelemahan, tapi bentuk pengakuan bahwa kita butuh pertolongan Allah. Sedangkan usaha adalah bentuk kepatuhan kita pada sunnatullah, bahwa hasil tidak datang tanpa ikhtiar.
Langit tidak akan menurunkan
keberhasilan tanpa sebab.
Kemenangan tak akan datang dari
harapan kosong tanpa tindakan.
Jika kita ingin menjadi kaya yang
dermawan, maka belajarlah cara mencari rezeki yang halal dan berlimpah.
Bekerjalah dengan sungguh-sungguh, dan minta kepada Allah agar diberi
keberkahan. Jika kita ingin menjadi alim yang bermanfaat, maka tekunilah ilmu,
ikhlaskan niat, dan ajarkan ilmu itu kepada orang lain.
Gabungkan doa yang tulus dengan usaha
yang serius. Di sanalah keberhasilan sejati akan dimulai.
Penutup
Iri itu boleh, asal pada tempatnya.
Gibthoh bukan rasa ingin menjatuhkan, tapi semangat untuk bangkit dan menjadi
lebih baik. Ia adalah energi positif yang membuat kita tidak hanya mengagumi
kebaikan orang lain, tetapi juga bertekad untuk menjadi bagian dari kebaikan
itu.
Mari kita hidupkan gibthoh dalam diri
kita.
Iri kepada orang yang menginfakkan
hartanya di jalan Allah, dan kepada mereka yang menyebarkan ilmu dengan ikhlas.
Berdoalah kepada Allah, dan
berusahalah sekuat tenaga, agar kita pun termasuk dalam golongan itu: Kaya yang
dermawan, dan berilmu yang mengamalkan.

No comments:
Post a Comment