Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Tuesday, 17 June 2025

Iri Yang Dibolehkan



Menghidupkan Gibthoh: Iri yang Positif dalam Islam


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui orang-orang yang lebih sukses, lebih pintar, atau lebih kaya dari kita. Sayangnya, tidak jarang hal itu menimbulkan rasa iri yang salah arah, mendorong hati untuk dengki dan berharap orang lain gagal. Padahal, Islam tidak melarang semua bentuk iri. Ada satu jenis iri yang justru dianjurkan karena bisa memotivasi kita menjadi lebih baik. Itulah yang disebut gibthoh.

 

Gibthoh adalah iri yang baik, bukan ingin mengambil milik orang lain atau menjatuhkannya, tetapi ingin menjadi sebaik mereka, dengan cara yang halal dan diridhai Allah. Misalnya, bukan iri karena tetangga punya rumah mewah, tapi karena ia menggunakan hartanya untuk membantu banyak orang. Bukan iri karena seseorang terkenal, tapi karena ia menyebarkan ilmu dan kebaikan. Gibthoh semacam inilah yang akan mengangkat derajat manusia, bukan justru menjatuhkannya.

 

1. Iri kepada Si Kaya yang Dermawan

Bayangkan seseorang yang hartanya melimpah, namun hidupnya sederhana. Ia membangun masjid, menyantuni anak yatim, membantu fakir miskin, dan membiayai pendidikan anak-anak dari keluarga tak mampu. Orang seperti ini tidak hanya kaya secara materi, tetapi juga kaya hati. Inilah sosok yang patut kita teladani, yang layak kita gibthohi.

 

Allah SWT berfirman:

"Dan orang-orang yang memberikan apa yang mereka berikan dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan mereka). Mereka itu bersegera dalam mengerjakan kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya." (QS. Al-Mu’minun: 60–61)

 

Rasulullah SAW pun bersabda:

"Tidak ada iri hati kecuali dalam dua hal:

(1) Orang yang diberi harta oleh Allah, lalu ia gunakan untuk membelanjakannya di jalan yang benar, dan

(2) Orang yang diberi hikmah (ilmu), lalu ia memutuskan dengannya dan mengajarkannya kepada orang lain."

(HR. Bukhari dan Muslim)


Maka, jangan hanya iri pada kekayaannya, tapi iri-lah pada bagaimana ia menggunakan kekayaannya untuk kebaikan.

 

2. Iri kepada Si Alim yang Mengamalkan Ilmu

Ilmu adalah cahaya, dan cahaya itu menjadi sangat berarti saat ia tidak hanya disimpan, tapi juga digunakan untuk menerangi orang lain. Dalam Islam, orang yang berilmu memiliki tanggung jawab untuk mengamalkan dan mengajarkannya kepada sesama. Inilah jenis manusia yang paling berharga.

 

Allah SWT berfirman:

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah: 11)

Kalau kita melihat seorang guru yang dengan sabar mendidik, seorang dai yang menyebarkan hikmah, atau seorang penulis yang menginspirasi lewat tulisannya, kita boleh iri. Tapi bukan ingin menggantikannya, melainkan ingin mengikuti jejaknya, agar ilmu yang kita miliki juga bisa bermanfaat.

 

3. Dari Iri Menjadi Aksi: Doa dan Usaha

Gibthoh yang hanya berhenti di hati tak akan membawa perubahan. Ia harus diwujudkan dalam bentuk doa dan usaha.

Doa bukan tanda kelemahan, tapi bentuk pengakuan bahwa kita butuh pertolongan Allah. Sedangkan usaha adalah bentuk kepatuhan kita pada sunnatullah, bahwa hasil tidak datang tanpa ikhtiar.

Langit tidak akan menurunkan keberhasilan tanpa sebab.

Kemenangan tak akan datang dari harapan kosong tanpa tindakan.

Jika kita ingin menjadi kaya yang dermawan, maka belajarlah cara mencari rezeki yang halal dan berlimpah. Bekerjalah dengan sungguh-sungguh, dan minta kepada Allah agar diberi keberkahan. Jika kita ingin menjadi alim yang bermanfaat, maka tekunilah ilmu, ikhlaskan niat, dan ajarkan ilmu itu kepada orang lain.

Gabungkan doa yang tulus dengan usaha yang serius. Di sanalah keberhasilan sejati akan dimulai.

 

Penutup

Iri itu boleh, asal pada tempatnya. Gibthoh bukan rasa ingin menjatuhkan, tapi semangat untuk bangkit dan menjadi lebih baik. Ia adalah energi positif yang membuat kita tidak hanya mengagumi kebaikan orang lain, tetapi juga bertekad untuk menjadi bagian dari kebaikan itu.

Mari kita hidupkan gibthoh dalam diri kita.

Iri kepada orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, dan kepada mereka yang menyebarkan ilmu dengan ikhlas.

Berdoalah kepada Allah, dan berusahalah sekuat tenaga, agar kita pun termasuk dalam golongan itu: Kaya yang dermawan, dan berilmu yang mengamalkan.

No comments: