Resistensi Leptin dan
Jalur Molekulernya: Variasi Genetik dan Prospek Terapi dalam Manajemen Obesitas
Abstrak
Latar Belakang: Leptin, suatu hormon
yang berasal dari adiposit, mengatur nafsu makan dan pengeluaran energi melalui
pensinyalan hipotalamus. Meskipun kadar
leptin meningkat pada obesitas, efek fisiologisnya berkurang—suatu kondisi yang
dikenal sebagai resistensi leptin.
Tujuan:
Tinjauan ini membahas mekanisme pensinyalan leptin, variasi genetik yang
terkait dengan leptin dan reseptornya, serta kemajuan terapi terbaru yang
bertujuan untuk memulihkan sensitivitas leptin.
Hasil:
Disregulasi pensinyalan leptin melibatkan gangguan aktivasi JAK2–STAT3,
peningkatan regulasi SOCS3, stres retikulum endoplasma, dan interferensi
sitokin inflamasi. Polimorfisme genetik gen LEP dan LEPR semakin memodulasi kerentanan
terhadap obesitas. Strategi terapi
baru meliputi chaperone farmakologis, sensitizer leptin, dan pendekatan yang
menargetkan gen.
Kesimpulan:
Memahami dasar molekuler resistensi leptin menawarkan peluang yang menjanjikan
untuk manajemen obesitas berbasis presisi.
Kata Kunci: Resistensi
leptin; obesitas; pensinyalan leptin; reseptor leptin; polimorfisme; regulasi
metabolik; terapi
1.
Pendahuluan
Obesitas merupakan
tantangan kesehatan global utama yang meningkatkan risiko diabetes tipe 2,
dislipidemia, dan penyakit kardiovaskular [1]. Di antara hormon-hormon yang
mengatur homeostasis energi, leptin—yang dikodekan oleh gen ob—merupakan
adipokine kunci yang menghubungkan simpanan adiposa dengan kontrol energi pusat
[2]. Leptin bekerja melalui hipotalamus untuk menekan nafsu makan dan
merangsang pengeluaran energi. Namun, pada sebagian besar individu obesitas,
peningkatan kadar leptin plasma gagal menghasilkan efek fisiologis yang
diharapkan, suatu kondisi yang disebut resistensi leptin [3]. Tinjauan ini
merangkum pemahaman terkini tentang jalur pensinyalan leptin, variasi genetik
yang memengaruhi aksi leptin, dan intervensi terapeutik yang sedang berkembang
yang menargetkan sensitivitas leptin.
2. Jalur
Pensinyalan Leptin dan Mekanisme Resistensi
Leptin memberikan efeknya
dengan mengikat reseptor leptin (LEPR), suatu reseptor sitokin kelas I yang
utamanya diekspresikan di neuron hipotalamus [4]. Isoform panjangnya, Ob-Rb,
memicu pensinyalan intraseluler melalui jalur Janus kinase 2 (JAK2) dan jalur
transduser sinyal dan aktivator transkripsi 3 (STAT3) [5]. STAT3 yang
teraktivasi mengatur ekspresi gen POMC, NPY, dan AgRP, yang mengoordinasikan
rasa kenyang dan keseimbangan metabolik.
Pada obesitas, beberapa
mekanisme melemahkan responsivitas leptin:
•Ekspresi berlebih SOCS3, yang menghambat
fosforilasi JAK2;
•Stres eneticm endoplasma (ER), yang
mengganggu pelipatan dan pensinyalan reseptor;
•Sitokin inflamasi
(misalnya, TNF-α, IL-6) yang mengganggu
pensinyalan leptin hipotalamus; dan
•Penurunan transpor
leptin melintasi sawar darah-otak (BBB) [6–9].
Mekanisme-mekanisme ini
secara kolektif mempertahankan keadaan resistensi leptin sentral, yang
memperparah hiperfagia dan keseimbangan energi positif.
3. Polimorfisme enetic leptin
dan reseptor leptin
Variasi enetic pada gen LEP dan LEPR secara
signifikan memengaruhi sekresi leptin, afinitas reseptor, dan efisiensi
pensinyalan [10].
Polimorfisme LEP G-2548A pada daerah promotor
meningkatkan aktivitas transkripsi, yang menyebabkan peningkatan kadar leptin
pada individu obesitas [11]. Sebaliknya, varian LEPR Q223R (rs1137101) dan
K656N (rs8179183) mengubah konformasi reseptor, mengurangi pengikatan leptin
dan kapasitas pensinyalan intraseluler [12–14].
Studi berbasis populasi menunjukkan bahwa
polimorfisme LEPR berkorelasi dengan IMT, resistensi insulin, dan variabilitas
profil lipid [15,16]. Efek spesifik etnis dan jenis kelamin semakin menekankan
interaksi gen-lingkungan dalam menentukan sensitivitas leptin dan kerentanan
obesitas.
4.
Pendekatan terapeutik yang menargetkan resistensi leptin
Meskipun terdapat
kemajuan dalam gaya hidup dan intervensi farmakologis, manajemen obesitas
jangka panjang masih dibatasi oleh resistensi leptin yang persisten. Strategi
terapeutik baru kini berfokus pada pemulihan respons leptin atau peningkatan
pensinyalan hilirnya.
4.1 Modulasi Farmakologis
Agen yang mengurangi
peradangan hipotalamus dan stres ER, seperti chaperone kimia (4-fenilbutirat)
dan salisilat, dapat memulihkan sensitivitas leptin sebagian pada model hewan
[17].
4.2 Sensitizer Leptin dan Terapi Kombinasi
Regimen kombinasi yang
menggabungkan leptin dengan analog amilin (pramlintide) atau agonis reseptor
GLP-1 (liraglutide) menghasilkan efek sinergis, meningkatkan rasa kenyang dan
penurunan berat badan [18,19].
4.3 Intervensi Genetik dan Molekuler
Strategi yang sedang
berkembang meliputi penyuntingan gen (CRISPR/Cas9) untuk mengoreksi mutasi LEPR
dan terapi berbasis RNA yang menargetkan regulator negatif (SOCS3, PTP1B) [20].
Pendekatan molekuler ini menjanjikan untuk terapi metabolik individual, meskipun
keamanan dan skalabilitasnya masih dalam tahap penelitian.
5.
Kesimpulan
Resistensi leptin
merupakan kendala utama dalam pengobatan obesitas. Pemahaman yang lebih mendalam tentang
pensinyalan reseptor leptin, determinan genetik, dan regulasi molekuler sangat
penting untuk mengembangkan terapi yang ditargetkan. Penelitian di masa
mendatang yang mengintegrasikan genomik, farmakologi, dan biologi sistem dapat
memungkinkan intervensi berbasis presisi untuk mengatasi resistensi leptin dan
mencapai kesehatan metabolik yang berkelanjutan.
Referensi
1.World Health Organization. Obesity and
overweight. WHO Fact Sheet; 2023.
2.Zhang Y, et al. Positional cloning of the
mouse obese gene and its human homologue. Nature.
1994;372(6505):425–432.
3.Friedman JM. Leptin and the regulation of body
weight. Keio J Med. 2019;68(1):1–9.
4.Myers MG, et al. Mechanisms of leptin action
and leptin resistance. Annu Rev Physiol. 2008;70:537–556.
5.Bjørbaek C, Kahn BB. Leptin signaling in the
central nervous system and the periphery. Recent Prog Horm Res.
2004;59:305–331.
6.Ozcan L, et al. Endoplasmic reticulum stress
plays a central role in development of leptin resistance. Cell Metab.
2009;9(1):35–51.
7.Pan W, Myers MG. Leptin and the maintenance of
elevated body weight. Nat Rev Neurosci. 2018;19:95–105.
8.Myers MG, Cowley MA, Münzberg H. Mechanisms of
leptin action and leptin resistance. Annu Rev Physiol. 2008;70:537–556.
9.Gruzdeva O, et al. Leptin resistance:
underlying mechanisms and diagnosis. Diabetes Metab Syndr Obes.
2019;12:191–198.
10.Hoffstedt J, et al. The leptin gene promoter
polymorphism -2548 G/A is associated with serum leptin levels and obesity. Obes
Res. 2002;10(4):336–341.
11.Chagnon YC, et al. Leptin receptor gene
polymorphisms are associated with obesity-related phenotypes. Int J Obes.
2000;24(2):206–212.
12.Yiannakouris N, et al. The Q223R polymorphism
of the leptin receptor gene is associated with obesity in women. Obes Res.
2001;9(11):938–943.
13.Quinton ND, et al. Leptin binding activity and
soluble leptin receptor concentrations. Clin Endocrinol.
2001;54:597–604.
14.Paracchini V, et al. LEPR gene variants and
obesity: a meta-analysis. Obes Res. 2005;13(6):970–978.
15.Ravussin E, et al. Enhanced weight loss with
pramlintide/metreleptin: a randomized, double-blind trial. Obesity.
2009;17(9):1736–1743.
16.Tschöp MH, et al. Mechanisms of leptin action
and leptin resistance. Cell Metab. 2011;14(5):646–655.

No comments:
Post a Comment