Manado, N Sulawesi - North Sulawesi will have a modern virgin coconut oil (VCO) factory which will be build at an investment value of Rp1.3 billion from provincial budget, an official has said.
"Bid for a contract to build the factory will finish this year and the factory will be operated next year," North Sulawesi Plantation Office head Rene Hosang said here Tuesday.
The proposed factory would use stainless steel machinery in a bid to maintain quality of VCO which was widely known as panacea, he said.
"Operation of the VCO factory will be handed over to a private firm which is required to make contribution to the provincial coffer. The VCO will be produced based on Indonesia''s National Standard (SNI) that it can be exported to many countries," he said.
The proposed VCO factory could be utilized by household business to purify their homemade VCO, Rene said.
North Sulawesi Coconut Farmer Association chairman Marthen Nelwan said the upcoming VCO factory would help improve quality of VCO which was mainly produced as home industry in many North Sulawesi households. (Source:Antara080507)
Wednesday, 16 May 2007
Modern VCO Factory to be Built in North Sulawesi
Posted by
Drh.Pudjiatmoko,PhD
at
07:29
0
comments
Labels: News
Breaking! Jepang Longgarkan Bea Impor—Pisang & Mangga Indonesia Siap Kuasai Pasar!
Jepang Melonggarkan Bea Impor untuk Pisang dan Mangga Indonesia
Jepang telah melonggarkan bea impor untuk beberapa buah asal Indonesia, seperti pisang, mangga, dan jambu air, sebagai tindak lanjut dari Perjanjian Kemitraan Ekonomi (EPA) yang ditandatangani dengan Jakarta pada pertengahan April 2007, menurut seorang pejabat.
Dalam putaran keenam negosiasi EPA, Jepang sepakat untuk membeli buah-buahan Indonesia serta membantu Jakarta dalam mengatasi hama lalat buah, kata Atase Pertanian Kedutaan Besar Indonesia di Jepang, Pudjiatmoko, di Tokyo pada Selasa.
Ia menambahkan bahwa produsen buah Indonesia harus dapat memanfaatkan kesepakatan ini dengan memasok buah-buahan berkualitas yang memenuhi standar mutu Jepang.
Pisang memiliki permintaan yang sangat tinggi di Jepang, melampaui apel mandarin dan jeruk yang selama beberapa tahun terakhir mendominasi selera masyarakat Jepang. "Hasil penelitian terbaru di Jepang menunjukkan bahwa permintaan terhadap apel menurun, sementara permintaan pisang meningkat," ujarnya.
Berdasarkan studi yang dilakukan pada tahun 2004, peningkatan konsumsi pisang diyakini disebabkan oleh harga pisang yang relatif lebih murah.
Jepang menerapkan peraturan ketat terhadap buah-buahan impor, terutama untuk mencegah masuknya hama tanaman yang dapat menyerang buah-buahan lokal.
SUMBER:
Antara, 1 Mei 2007
#EksporBuah
#PisangIndonesia
#ManggaIndonesia
#PasarJepang
#EPA
Posted by
Drh.Pudjiatmoko,PhD
at
07:28
0
comments
Labels: ekspor buah Indonesia, EPA Indonesia–Jepang, industri hortikultura, kebijakan impor Jepang, peluang pasar Jepang, perdagangan internasional, pisang dan mangga, Standar mutu Jepang
Indonesia Minta Konfirmasi EPA Kepada Jepang
Indonesia Akan Meminta Konfirmasi Jepang Terkait Penyelesaian EPA
Indonesia akan meminta konfirmasi dari Jepang mengenai penyelesaian Perjanjian Kemitraan Ekonomi (Economic Partnership Agreement/EPA) dengan negara tersebut, kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu di Jakarta pada Rabu.
"Kami akan pergi ke Jepang untuk meminta konfirmasi mengenai tindak lanjut EPA. Saat ini, kami masih menunggu informasi dari Menteri Perdagangan, Ekonomi, dan Industri serta Menteri Luar Negeri Jepang terkait rencana pertemuan bilateral kami," ujarnya.
Mari menyatakan bahwa negosiasi perjanjian tersebut telah memasuki tahap akhir. "Kami berupaya mendorong penyelesaian negosiasi secepat mungkin dan meminta kepastian mengenai jadwal serta waktu penandatanganan perjanjian oleh kepala negara kedua negara," katanya.
Mari berencana berangkat ke Jepang pada 16 Mei, kemudian melanjutkan perjalanan ke Amerika Serikat untuk mempromosikan investasi.
Menurut Ketua Perunding, Halida Miljani, dalam negosiasi pada bulan Maret, kedua pihak masih belum mencapai kesepakatan terkait substansi kerja sama.
"Kami berharap perjanjian ini dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak," ujarnya beberapa waktu lalu.
Indonesia menginginkan Jepang tidak hanya memberikan bantuan dalam bentuk peningkatan kapasitas, tetapi juga membantu pembangunan pusat manufaktur agar Indonesia dapat memasok komponen dengan standar kualitas Jepang bagi industri otomotif, teknik, dan elektronik.
"Jika Indonesia dapat melakukan ini, manfaatnya akan sangat besar. EPA akan mendukung pengembangan industri," katanya.
Halida mengakui bahwa pembangunan pusat manufaktur tidak dapat direalisasikan dalam waktu singkat karena EPA memang dirancang untuk kemitraan jangka panjang.
Ia juga mengakui bahwa dana dari Jepang untuk tujuan ini sangat terbatas, sementara pembangunan pusat manufaktur tidak dapat sepenuhnya mengandalkan bantuan pembangunan resmi (ODA). Selain itu, Jepang tidak dapat memaksa industri mereka untuk memberikan bantuan lain di luar bantuan teknis.
Dalam negosiasi mengenai liberalisasi perdagangan barang, Indonesia telah menyetujui penghapusan bea impor atas bahan baku untuk produksi komponen yang digunakan oleh perusahaan Jepang di Indonesia.
Halida mengatakan bahwa mekanisme dan kriteria perjanjian tersebut masih dalam pembahasan.
Sebelumnya, Indonesia telah menghapus produk baja untuk industri otomotif, elektronik, dan teknik dari daftar barang yang mendapat pembebasan bea impor.
Kesepakatan mengenai pembebasan bea impor ini dicapai dengan syarat bahwa Jepang akan membantu Indonesia dalam meningkatkan kapasitas industri komponen baja. "Kami akan terus membahasnya hingga mencapai kesepakatan," ujarnya.
SUMBER:
Antara, 10 Mei 2007
Posted by
Drh.Pudjiatmoko,PhD
at
07:27
0
comments
Labels: News
Indonesia to Open 50,000 New Rubber Plantations
Indonesia to Open 50,000 New Rubber Plantations Until 2010
Jakarta - Indonesia plans to rejuvenate 250,000 hectares of traditional rubber plantations and create 50,000 new plantations starting this year until 2010 in an effort to become the world''s largest natural rubber producer, an industry spokesman said.
Sudarto Mangunkusumo, executive director of the Association of Indonesia Rubber Companies (Gapkindo), said here on Monday the government would provide up to Rp2 trillion for the project.
He said Gapkindo had suggested that the government speed up the issuance of land certificates to the people so that they could have access to bank loans.
Indonesia should be fast in the effort so that it would not lose the momentum, he said, adding that China was already trying to invest in the development of three million hectares of rubber plantations in Indochina to meet its future needs.
"In 25 years, China will have three million hectares of rubber plantations in Indochina. If a hectare could produce a ton of rubber China''s need later will be met. So where will we sell ours," he said.
He said Gapkindo had also suggested that the government provide the seeds for the program.
If the program was successful the country''s natural rubber production would rise from 2.9 million tons in 2010 to 3.5 million tons in 2015.
Based upon data from the National Industry Roadmap 2010 and Vision 2030 of the Indonesian Chamber of Commerce and Industry in 2005 the country''s natural rubber production reached 2.27 million tons mostly coming from traditional plantations (1.8 million tons) while 210,000 tons from state-owned PT Perkebunan Nusantara plantations and 222,000 tons from private plantations.
(Source:Antara080507)
Posted by
Drh.Pudjiatmoko,PhD
at
07:25
0
comments
Labels: News
Guangxi Province Interested in Investing in Indonesia
China’s Guangxi Province Interested in Investing in RI Sugar Industry
Jakarta - The Guangxi Province in China is exploring possibilities of investment in the sugar industry in Indonesia, Industry Minister Fahmi Idris said.
"They are interested in building a sugar mill and open sugarcane plantations in Indonesia," Fahmi told the press after a meeting with Liu Qibao, a Guangxi provincial administration official, here on Monday.
He said the government will soon issue a policy on investment in the sugar industry under which those wishing to set up sugar mills in the country are also required to build sugarcane plantations. Investors would be given three years to prepare their sugarcane plantations.
Fahmi said, in his meeting with Liu Qibao, he had suggested that the Chinese investor set up a sugar mill and open a sugarcane plantation in Merauke district, Papua.
Merauke was a good location for the Chinese investment as vast tracts of land suitable for sugarcane planting were available there, he said. (Source: Antara 15/05/07)
Posted by
Drh.Pudjiatmoko,PhD
at
07:24
0
comments
Labels: News
