Jepang dikenal sebagai negara dengan
selera tinggi terhadap buah-buahan. Salah satu buah tropis yang digemari
masyarakat Jepang adalah mangga. Namun, perlu diketahui bahwa Jepang hanya
mampu memproduksi mangga dalam jumlah terbatas, dan itu pun hanya terjadi pada
bulan Juni dan Juli, kecuali mangga Miyazaki. Padahal, kebutuhan akan buah mangga berlangsung sepanjang
tahun. Untuk memenuhi permintaan tersebut, Jepang pun mengimpor mangga dari
berbagai negara yang memiliki musim panen berbeda-beda.
Impor mangga ke Jepang sangat
bergantung pada musim panen di negara asal. Filipina,
misalnya, memanen mangga dari bulan Maret hingga Agustus, sementara Malaysia
memetik mangga pada Agustus–September. Negara-negara lain seperti Brasil
memasok mangga pada Oktober hingga Maret, sedangkan Thailand memiliki musim
panen antara Maret dan Juni. Meksiko pun tak ketinggalan, dengan masa panen
dari April hingga Agustus. Sementara itu, Australia mengirimkan mangga ke
Jepang pada musim panas mereka, yaitu Desember hingga Maret. India juga turut
mengambil bagian dengan panen mangga pada April–Mei, dan Taiwan menyuplai
mangga pada Mei–Juni.
Melihat pola
impor ini, Indonesia sebenarnya memiliki peluang besar untuk ikut meramaikan
pasar mangga di Jepang. Dengan berbagai varietas unggulan seperti mangga harum
manis, gadung, arumanis, dan mangga golek, Indonesia hanya perlu menentukan
waktu yang paling tepat untuk mengirim mangga terbaiknya ke Jepang—yakni saat
negara lain tidak sedang berada pada puncak musim panen. Misalnya, Indonesia
bisa fokus pada periode Februari, atau antara September hingga November, di
mana pasokan dari negara lain mulai berkurang.
Namun, agar mangga Indonesia dapat
diterima dan bersaing di pasar Jepang, ada beberapa hal penting yang harus
dipenuhi. Pertama adalah mutu. Jepang sangat ketat dalam urusan
standar kualitas, baik dari segi tampilan, rasa, kebersihan, hingga keamanan
pangan. Mangga yang
dikirim harus segar, manis, bebas hama, dan dikemas dengan baik. Kedua,
kontinuitas pasokan harus terjaga. Jepang tidak hanya mencari buah yang enak,
tetapi juga menginginkan pasokan yang stabil dan terencana dengan baik
sepanjang musim.
Dengan perencanaan yang matang,
peningkatan kualitas pascapanen, serta pemenuhan standar ekspor Jepang,
Indonesia berpeluang besar menjadi pemain utama dalam ekspor mangga ke Negeri
Sakura. Ini bukan hanya soal buah tropis, tetapi juga tentang membuka pintu
pasar baru bagi petani Indonesia, memperluas ekspor nasional, dan membawa harum
nama bangsa melalui rasa manis mangga dari tanah air.
INDONESIA-JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP
AGREEMENT
Tindak lanjut dari Indonesia-Japan
Economic Partnership Agreement (IJEPA) memberikan peluang yang sangat
penting bagi ekspor mangga Indonesia ke Jepang, terutama dalam hal penghapusan
atau pengurangan bea masuk.
1. IJEPA
dan Fasilitas Tarif
IJEPA merupakan
perjanjian kemitraan ekonomi antara Indonesia dan Jepang yang mulai berlaku
sejak 1 Juli 2008. Salah satu tujuan utama perjanjian ini adalah mendorong
peningkatan ekspor produk pertanian dan hortikultura Indonesia ke Jepang,
termasuk komoditas seperti mangga.
Dalam kerangka
IJEPA, Jepang telah memberikan fasilitas pengurangan hingga penghapusan bea
masuk (zero tariff) untuk sejumlah produk asal Indonesia, dengan catatan
produk-produk tersebut harus memenuhi aturan asal barang (rules of origin)
serta standar mutu dan fitosanitari Jepang.
2. Mangga
Termasuk Komoditas Potensial
Berdasarkan
daftar komoditas yang diberikan preferensi tarif dalam IJEPA, mangga segar
termasuk salah satu produk yang berpeluang mendapat bea masuk 0%, asalkan:
- Produk tersebut berasal sepenuhnya dari Indonesia.
- Produk memiliki Sertifikat Form IJEPA (Form IJEPA/CO Form I) sebagai bukti asal.
- Memenuhi persyaratan kualitas, keamanan pangan, dan sanitasi Jepang.
- Standar fitosanitari dan karantina yang sangat ketat dari Jepang.
- Permintaan Jepang terhadap konsistensi pasokan dan mutu buah yang sangat tinggi.
- Masih terbatasnya kapasitas petani dan eksportir dalam penanganan pascapanen dan pengolahan ekspor.
- Pendampingan teknis kepada eksportir dan petani untuk memenuhi standar Jepang.
- Fasilitasi negosiasi tarif lanjutan dalam kerangka IJEPA review yang sedang berlangsung (IJEPA telah memasuki tahap general review untuk modernisasi ketentuan).
- Pembukaan jalur ekspor langsung (direct access) dan promosi produk hortikultura Indonesia di pasar Jepang.
3. Tantangan
dan Tindak Lanjut
Meskipun peluang
terbuka luas, ekspor mangga Indonesia ke Jepang masih belum optimal karena
beberapa tantangan, antara lain:
Sebagai tindak lanjut, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, dan Badan Karantina Indonesia terus melakukan:
- Pendampingan teknis kepada eksportir dan petani untuk memenuhi standar Jepang.
- Fasilitasi negosiasi tarif lanjutan dalam kerangka IJEPA review yang sedang berlangsung (IJEPA telah memasuki tahap general review untuk modernisasi ketentuan).
- Pembukaan jalur ekspor langsung (direct access) dan promosi produk hortikultura Indonesia di pasar Jepang.
4. Kesimpulan
Dengan dukungan perjanjian IJEPA,
mangga Indonesia berpotensi besar menembus pasar Jepang tanpa bea masuk,
asalkan dapat memenuhi ketentuan yang ditetapkan. Artinya, jalan sudah dibuka,
tinggal bagaimana pelaku usaha dan pemerintah daerah mendorong peningkatan
kualitas, kuantitas, dan kontinuitas pasokan mangga agar dapat bersaing dengan
produk negara lain yang sudah lebih dulu masuk pasar Jepang.
#ManggaIndonesia
#EksporJepang
#IJEPA
#BuahTropis
#Agribisnis

1 comment:
Assalamualaikum Kang Puji
Bagaimana cara mengetahui spesifikasi
mangga yang disukai Buyer dari Jepang? Apakah ada alamat email yang bisa dihubungi?
Terimkasih, Salam
Dedy Kusmanagandi
Post a Comment