Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Monday, 22 December 2025

Rezeki Datang dengan Cara Tak Terduga: Pelajaran Sabar dan Ikhlas dari Pedagang Kaki Lima

  


Pelajaran Hidup dan Rezeki dari Seorang Pedagang Kaki Lima


Rezeki sering kali datang bukan semata-mata dari kerja keras, melainkan dari cara seseorang memaknai hidup, meluruskan niat, dan bersabar dalam setiap proses. Pelajaran berharga ini saya peroleh dari sebuah pertemuan sederhana selepas salat Subuh, di sudut masjid yang mungkin luput dari perhatian banyak orang.


Pagi itu, udara masih basah oleh sisa hujan malam. Seusai salat Subuh berjamaah, saya duduk berdampingan dengan seorang jamaah senior yang sehari-harinya berprofesi sebagai pedagang makanan kaki lima. Penampilannya sederhana, tutur katanya tenang, dan wajahnya memancarkan ketulusan. Dari obrolan singkat itulah, pelajaran hidup tentang rezeki mengalir begitu jernih.


Beliau bercerita tentang awal mula berdagang lebih dari dua puluh tahun lalu. Berawal dari kaki lima di perempatan jalan yang belum ramai, dengan pembeli anak-anak, ia belajar memasak dengan penuh kesungguhan. Resep dicoba berulang kali, rasa diperbaiki sedikit demi sedikit, hingga akhirnya layak dijual. Proses panjang itu bukan sekadar soal teknik memasak, tetapi tentang kesabaran, ketekunan, dan keikhlasan untuk terus belajar.


Dalam perjalanan berdagangnya, tidak semua hari berjalan mulus. Ada masa-masa ketika dagangannya kurang laku dan penghasilan tidak menentu. Namun, ia tidak mengeluh. Ia bersabar ketika menghadapi terpaan ujian-ujian, termasuk saat dagangannya sepi pembeli. Kesabaran ini mengingatkan pada firman Allah Swt.:

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)


Kesabaran itu juga tercermin dalam caranya bekerja. Dalam proses membuat dan memasak sup dagangannya, ia membiasakan diri untuk memperbanyak selawat. Baginya, memasak bukan sekadar aktivitas mencari nafkah, melainkan juga sarana berdzikir dan mendekatkan diri kepada Allah. Ia meyakini bahwa makanan yang disiapkan dengan hati yang tenang dan lisan yang basah dengan selawat akan membawa keberkahan bagi dirinya dan orang-orang yang menyantapnya. Sebagaimana sabda Rasulullah :

“Barang siapa berselawat kepadaku satu kali, maka Allah akan berselawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim)


Namun, inti dari kisah beliau bukan terletak pada besarnya omzet atau luasnya jaringan usaha yang kemudian ia miliki. Kunci utama keberhasilan berdagang, menurut beliau, adalah niat. Berdagang makanan ia niatkan sebagai ibadah. Untung atau rugi bukanlah hal utama yang menguasai pikirannya. Sikap ini sejalan dengan firman Allah Swt.:

“Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena agama.” (QS. Al-Bayyinah: 5)


“Kalau orang yang membeli merasa enak dan kenyang, saya ikut gembira,” tuturnya. Kalimat sederhana ini mengandung makna yang dalam. Rezeki ternyata tidak selalu tentang angka, tetapi tentang keberkahan yang tumbuh dari kebahagiaan orang lain. Rasulullah bersabda:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad)


Pelajaran berharga lainnya adalah tentang memuliakan pekerjaan. Meski berstatus pedagang kaki lima, beliau pernah menjadi tokoh masyarakat dan ikut merintis pembangunan masjid di lingkungannya. Seiring berjalannya waktu dan pergantian kepengurusan, peran tersebut mungkin tidak lagi tercatat. Namun, ia tidak mempermasalahkannya. Ia meyakini bahwa amal kebaikan tidak pernah hilang di sisi Allah. Firman-Nya:

“Apa saja kebaikan yang kamu kerjakan, niscaya Allah mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah: 197)


Di sinilah pelajaran hidup itu semakin terasa. Rezeki tidak selalu hadir dalam bentuk materi. Ada rezeki berupa ketenangan hati, rasa cukup, dan kebahagiaan karena bisa bermanfaat bagi sesama. Allah Swt. berfirman:

“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Talaq: 2–3)


Dari seorang pedagang sederhana, saya belajar bahwa menyambut rezeki bukan dengan kegelisahan, melainkan dengan niat yang lurus, kesabaran dalam ujian, keikhlasan dalam bekerja, serta dzikir yang menyertai setiap usaha. Ketika ibadah menjadi tujuan, maka untung dan rugi akan menemukan tempatnya sendiri—bukan sebagai beban, melainkan sebagai bagian dari perjalanan hidup yang penuh makna.


Pada akhirnya, rezeki akan menemukan jalannya sendiri kepada orang-orang yang memuliakan proses, menjaga keikhlasan, dan menyerahkan hasilnya kepada Allah dengan penuh tawakal.


#PelajaranHidup
#RezekiBerkah
#SabarDanIkhlas
#HikmahSubuh
#PedagangKakiLima

No comments: