Doa: Jalan Pulang Hati kepada Allah
“Kadang Allah
tidak langsung mengabulkan doa kita, namun Dia menarik hati kita untuk kembali
kepada-Nya melalui doa itu sendiri.”
Allah ﷻ berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya
Aku dekat.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Doa bukan sekadar
permintaan. Ia adalah tanda kedekatan, bukti bahwa Allah sedang membuka
pintu untuk hamba-Nya kembali.
Malam itu sunyi.
Seorang murid duduk di hadapan gurunya, membawa doa-doa yang
sering ia baca, namun belum sepenuhnya ia pahami maknanya.
Murid:
“Guru, aku sering membaca zikir dan doa: Laa ilaha
illallah, laa haula walaa quwwata illa billah, inna ma‘al ‘usri
yusra. Namun setiap kali melantunkannya, hatiku bergetar. Seakan aku sedang
memanggil sesuatu. Apa makna semua ini?”
Guru:
“Anakku, engkau tidak sedang memanggil. Engkaulah yang
sedang dipanggil oleh Allah.”
Allah ﷻ berfirman:
فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ
“Maka berlarilah kalian menuju Allah.” (QS. Adz-Dzariyat: 50)
Doa adalah isyarat panggilan itu.
Murid:
“Mengapa doa-doa itu datang justru saat aku lemah dan tidak
berdaya?”
Guru:
“Karena doa
adalah ibadahnya orang yang sadar akan kelemahannya.”
Rasulullah ﷺ bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
‘Doa itu adalah inti ibadah.’ (HR. Tirmidzi)
Dan Allah ﷻ berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ
‘Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat.’ (QS.
Al-Baqarah: 222)
Ketika engkau membaca Laa ilaha illallah, itu
bukan sekadar zikir, tetapi pengakuan tauhid: bahwa tidak ada tempat bergantung
selain Allah.
Guru melanjutkan:
“Dan ketika engkau mengucapkan laa haula walaa quwwata
illa billah,
itu pengakuan bahwa segala daya dan kekuatan hanya milik Allah.”
Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ
الْجَنَّةِ
‘Laa haula walaa quwwata illa billah adalah salah satu perbendaharaan
surga.’ (HR. Bukhari dan Muslim)
Di situlah awal kepasrahan, dan di situlah awal
pulang.
Murid:
“Lalu doa Nabi
Yunus: Laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzholimin…mengapa
terasa sangat menghunjam hati?”
Guru:
“Itu doa
pengakuan dan taubat.”
Allah ﷻ berfirman:
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ
‘Maka Kami
kabulkan doanya dan Kami selamatkan dia dari kesedihan.’ (QS. Al-Anbiya: 88)
Dan Allah
menegaskan:
وَكَذَٰلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ
‘Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.’
Pengakuan dosa
adalah pintu cahaya, bukan kehinaan.
Murid:
“Lalu inna
ma‘al ‘usri yusra… apa maknanya?”
Guru:
“Itu janji
Allah.”
Allah ﷻ berfirman:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
‘Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.’
(QS. Al-Insyirah: 5–6)
Bukan setelah
kesulitan,
tetapi bersama kesulitan, pertolongan Allah hadir.
Murid:
“Dan doa inna
fatahna laka fathan mubina… mengapa begitu menenangkan?”
Guru:
“Karena itu kabar
kemenangan.”
Allah ﷻ berfirman:
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا
‘Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.’ (QS.
Al-Fath: 1)
Kemenangan sejati
bukan selalu berubahnya keadaan, tetapi tenangnya hati yang kembali kepada
Allah.
Guru menutup dengan nasihat lembut:
Guru:
“Anakku, doa-doa
itu bukan sekadar lafaz. Ia adalah jalan ruhani: dari gelisah menuju pasrah, dari
pasrah menuju sabar, dari sabar menuju yakin.”
Allah ﷻ berfirman:
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
‘Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.’ (QS.
Ar-Ra‘d: 28)
Murid:
“Guru… jadi aku tidak tersesat?”
Guru:
“Tidak, anakku. Engkau hanya sedang dipanggil untuk pulang
kepada Allah.”
#JalanPulangHati
#MaknaDoa
#RenunganIslam
#TausiyahHati
#DakwahReflektif
#JurnalAtaniTokyo

No comments:
Post a Comment