Wednesday, 16 October 2019
DKI Jakarta Peringati Hari Rabies
Dinas KPKP DKI Jakarta Gelar Peringatan Hari Rabies Sedunia
Posted by
Drh.Pudjiatmoko,PhD
at
12:53
0
comments
Labels: World Rabies Day
Tuesday, 15 October 2019
Alarm ASF! Terungkap Fakta Mengejutkan tentang Ancaman Mematikan yang Mengintai Peternakan Babi Indonesia!
1. PENGANTAR
Penyakit African
Swine Fever (ASF) adalah penyakit viral yang menyerang ternak babi dan babi
liar (Suidae). Penyakit ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang tinggi
karena morbiditas yang tinggi (100%), mortalitas yang tinggi (10–100%),
bersifat sangat menular, dapat mengganggu stabilitas perdagangan domestik
maupun internasional, menimbulkan larangan ekspor-impor dan pembatasan lalu
lintas antar daerah, serta memerlukan tindakan depopulasi karena hingga kini
belum terdapat vaksin. ASF juga menyebabkan epidemi yang dapat berlangsung
terus menerus.
Penyakit ini
sangat sulit dikendalikan karena virus ASF sangat tahan terhadap lingkungan.
Virus dapat bertahan beberapa hari di dalam feses, beberapa bulan di kandang
yang terkontaminasi, hingga 18 bulan di dalam darah. Virus juga dapat bertahan
selama 140 hari di dalam produk olahan daging babi serta bertahun-tahun di
dalam karkas. Penularan ASF dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung.
Strategi
pencegahan meliputi karantina, biosekuriti peternakan, serta berbagai langkah
lain untuk meminimalisir risiko penularan. Rencana kontingensi harus mencakup
seluruh tindakan yang diperlukan untuk memastikan penularan ASF dapat dikenali
dan dikendalikan sebelum mencapai fase epidemi, sekaligus memantau kemajuan
program eliminasi. Karena tidak adanya vaksin, strategi pengendalian dan
pemberantasan ASF yang paling memungkinkan adalah depopulasi.
2. ETIOLOGI
Virus ASF
diklasifikasikan dalam genus Asfivirus, anggota satu-satunya dari famili
Asfaviridae. ASF juga
merupakan satu-satunya virus DNA yang ditransmisikan oleh artropoda. Virulensi
isolat virus bervariasi dari rendah hingga tinggi.
a. Hewan Peka
Hewan yang peka terhadap ASF adalah babi domestik
dan babi liar. Semua babi liar Afrika rentan namun tidak menunjukkan gejala
klinis sehingga dianggap sebagai reservoir. Babi liar Eropa (Sus
scrofa) rentan dengan tingkat fatalitas yang mirip babi domestik. Babi liar di Amerika Selatan dan Karibia
juga memiliki kerentanan tinggi. Manusia tidak rentan terhadap ASF.
b. Penyebaran di Dunia dan Kejadian di Indonesia
ASF pertama dilaporkan di Afrika bagian selatan
pada 1900–1905, kemudian menyebar ke Afrika tengah dan utara (Sub-Sahara). Pada
1957, ASF dilaporkan di Portugal dan kemudian menyebar ke Eropa tengah hingga
Rusia pada 2008. Pada Agustus 2018 penyakit ini dilaporkan di China.
Setelah itu ASF ditemukan di Mongolia (Januari
2019), Vietnam (Februari 2019), Kamboja (Maret 2019), Hongkong (Mei 2019),
Korea Utara (Mei 2019), Laos (Juni 2019), Myanmar (Agustus 2019), Filipina dan
Timor Leste (September 2019). Hingga informasi terakhir, penyakit ini
belum dikonfirmasi di Indonesia.
c. Kriteria Diagnosis
- Kasus Terduga ASF
Babi yang
menunjukkan demam, anoreksia, lesu, kemerahan kulit, atau kematian dengan
mortalitas >5%, atau kematian mendadak >30% tanpa gejala klinis khas.
- Kasus Terduga Kuat ASF
Disertai perubahan patologi:
• Pembengkakan limfoglandula gastrohepatika
• Pembengkakan limpa berwarna kehitaman dan rapuh
- Kasus Telah Dikonfirmasi ASF
Positif melalui
isolasi/identifikasi virus atau deteksi gen ASF menggunakan PCR di laboratorium
yang ditunjuk.
Tanda-Tanda Klinis (Perakut,
Akut, Subakut, Kronis)
• Mati mendadak tanpa gejala (perakut)
• Demam hingga 42°C
• Hiperemia/sianosis ekstremitas (telinga, moncong)
• Hilang nafsu makan
• Tidak mampu berdiri, konvulsi
• Inkoordinasi
PATOLOGI
Patologi Anatomi
a. Bentuk Akut
• Hemoragi limfoglandula (ginjal, usus halus, gastrohepatika, submandibular)
• Pembesaran limpa 2–3 kali ukuran normal, gelap, lunak, mudah hancur
• Hemoragi hampir di semua organ
• Udema septa paru-paru
• Cairan dalam rongga tubuh
b. Bentuk Subakut
• Hemoragi limfoglandula dan ginjal
• Pembesaran limpa tanpa penyumbatan
• Konsolidasi lobular paru bagian kranial
• Hemoragi pada intestinal, limfoglandula, ginjal
c. Bentuk Kronis
• Pembesaran limfoglandula
• Perikarditis fibrinosa dan pleurisy
• Perlekatan lobular paru-paru, dapat menjadi nekrosis
• Paru mengecil, keras, dengan nodular putih
• Arthritis
• Ulser kulit
• Kondisi tubuh buruk
HISTOPATOLOGI
Nekrosis jaringan limfatik umum
terjadi, terutama limfoglandula, dengan karioreksis dan hemoragi. Nekrosis
lebih berat dibandingkan CSF. Terdapat vasculitis dengan degenerasi endotel dan
perubahan fibrinoid arteri. Dapat
ditemukan inflamasi pada otak, sumsum tulang belakang, dan saraf spinal tanpa
nanah.
a. Uji Laboratorium
Deteksi dan karakterisasi:
• RT-PCR, isolasi virus, ELISA antigen, PCR konvensional, sequencing
Uji serologi:
• ELISA, imunoperoksidase
b. Spesimen
• Identifikasi agen: darah berantikoagulan, jaringan organ (tonsil, limpa,
limfoglandula, paru, ginjal, usus halus)
• Serologi: serum
• Histopatologi: jaringan dalam PBS
c. Pengiriman Spesimen
Sampel harus didinginkan dan dikirim menggunakan gel beku.
d. Diagnosis Laboratorium
Deteksi virus menggunakan PCR, isolasi virus, ELISA. Karakterisasi dengan
sequencing. Serologi menggunakan imunoperoksidase.
e. Diagnosis Banding
• CSF
• Penyakit Aujeszky
• Erysipelas
• Salmonellosis
• Keracunan (warfarin)
• Pasteurellosis/pneumonia
• Aborsi/mumifikasi/stillbirth
• Mulberry heart disease
• Isoimmune thrombocytopenia
• Viral encephalomyelitis
RESISTENSI DAN IMUNITAS
Virus ASF adalah virus DNA besar
dengan 165 gen dan 50 protein.
Imunitas Bawaan
Populasi babi yang belum terpapar sangat rentan. Populasi yang pernah terpapar
memiliki resistensi lebih tinggi. Di Mozambik, sekitar 40% babi menunjukkan
variasi imunitas bawaan.
Imunitas Dapatan
Perbedaan gejala lebih disebabkan variasi virulensi strain dibandingkan status
imun. Babi yang selamat terlindung terhadap strain homolog tetapi rentan
terhadap strain heterolog. Virus ASF dapat menghindari respons imun dengan
bereplikasi pada makrofag.
a. Vaksinasi dan Penanganan
Hewan Terinfeksi
• Belum ada vaksin komersial
• Vaksin hidup dilemahkan memberi perlindungan homolog, tetapi belum aman
• Vaksin inaktif menghasilkan antibodi tetapi tidak cukup protektif
• Tidak ada pengobatan efektif
EPIDEMIOLOGI
a. Siklus ASF
• Siklus silvatik (babi liar–caplak)
• Siklus caplak–babi domestik
• Siklus domestik (babi–produk babi)
b. Masa Inkubasi
5–15 hari, kadang hingga 20 hari
c. Persistensi Virus dan Transmisi
• Bertahan pada pH 4–10
• Bertahan berbulan-bulan pada daging mentah/beku
• Bertahan 1 bulan di kandang terkontaminasi
• Diinaktivasi Cresol, NaOH 2%, Formalin 1%, sodium carbonate, iodofor, asam
fosfor, deterjen non-ionik, pelarut lemak
d. Transmisi
• Kontak langsung antar babi, termasuk melalui semen
• Kontak tidak langsung melalui feses, urine, pakan, kendaraan, peralatan
• Penularan melalui caplak
e. Vektor
Ornithodorus spp., Phacochoerus spp., Potamochoerus spp., Hylochoerus spp.;
nyamuk dan lalat sebagai penyebar mekanis.
RISIKO MASUKNYA ASF KE INDONESIA
Risiko terbesar berasal dari daging
babi dan produk babi terkontaminasi, bahan genetik babi, serta masuknya babi
hidup. Produk babi ilegal yang dibawa penumpang kapal, pesawat, atau barang
kiriman merupakan rute utama. Sampah kapal pesiar dan bahan genetik impor
ilegal juga menjadi jalur risiko.
#ASF
#SwineFever
#Biosecurity
#PigHealth
#DiseaseAlert
Posted by
Drh.Pudjiatmoko,PhD
at
18:22
0
comments
Labels: Biosekuriti Peternakan Babi, Deteksi dan Diagnosis ASF, Epidemiologi ASF, Kesehatan Hewan Ternak, Kesiagaan ASF, Pencegahan African Swine Fever, Risiko ASF Indonesia, Strategi Pengendalian ASF
Monday, 14 October 2019
Kelangsungan Hidup Virus ASF
Kelangsungan hidup virus African Swine Fever di berbagai kondisi dan dalam daging
Virus ASF pada suhu kamar bisa bertahan selama 11 hari. Virus African Swine Fever apabila terkena suhu 50 oC bisa bertahan selama 180 menit, pada suhu 56 oC bisa bertahan selama 70 menit dan pada panas suhu 60 oC bertahan selama 20 menit.
Virus ASF pada pen kandang yang terkontaminasi bisa bertahan selama sebulan.
Apabila virus ASF dalam darah disimpan pada suhu 4 oC bisa bertahan tetap hidup selama 18 bulan. Virus ASF ada darah yang dimurnikan bisa bertahan selama 15 minggu.
Dalam daging segar beku virus ASF
bisa bertahan hidup hingga 1000 hari.
Virus ASF Dalam kulit atau lemak
bertahan selama 300 hari. Virus ASF dalam daging dengan
tulang dikeringkan juga bisa bertahan selama 300 hari.
Visus ASF dalam Parma Ham tahan 183 hari; dalam daging tanpa tulang digarami tahan 182 hari; dalam special ham (serrano) dan Iberian ham tahan 140 hari; dalam jeroan, daging tanpa tulang, daging dengan tulang dan daging giling tahan 105 hari; daging tanpa tulang diasap tahan 30 hari. Sedangkan dalam daging tanpa tulang dimasak dan daging dimasak dikalengkan tidak ditemukan virus ASF.
Sumber : DEFRA (2018)
Posted by
Drh.Pudjiatmoko,PhD
at
16:26
0
comments
Labels: African Swine Fever
Situasi ASF di Asia-Pasifik per 3 Okt 2019
Laporan terbaru (IN / FUR) disampaikan kepada OIE di Asia dan Pasifik.
Kamboja: sejak kejadian pertama penyakit, 13 wabah telah dilaporkan di lima divisi administrasi yang berbeda. Semua wabah telah dilaporkan telah diselesaikan.
China (People's Rep.): Sejak kemunculan pertama di negara itu (1 Agustus 2018), 159 wabah telah dilaporkan di 31 divisi administrasi yang berbeda, dari mana 103 telah diselesaikan. Saat ini, 56 wabah di 17 divisi administrasi yang berbeda masih berlangsung di China (People's Rep. Of).
Hong Kong (SAR-PRC): sejak kemunculan pertama penyakit pada 2 Mei, tiga wabah telah diberitahukan. Virus terdeteksi dalam sampel jaringan yang dikumpulkan dari babi di rumah jagal, sebagai bagian dari sistem pengawasan. Semua acara ASF di negara ini telah diselesaikan.
Korea (Dem. People's Rep.): Memberitahukan kejadian pertama penyakit di negara itu pada 30 Mei. Sejak saat itu, tidak ada pembaruan yang diajukan.
Korea (Republik): negara ini melaporkan kejadian pertama penyakit pada tanggal 18 September. Sembilan wabah saat ini sedang berlangsung di negara itu. Dua divisi administratif telah terkena wabah (Gyeonggi-Do dan Incheon Metropolitan City).
Laos: sejak kemunculan pertama ASF di negara ini pada 20 Juni tahun ini, 94 wabah telah dilaporkan di lima belas divisi administratif yang berbeda. Semua wabah masih berlangsung.
Myanmar: penyakit ini pertama kali dilaporkan di negara itu pada 14 Agustus tahun ini (kejadian dimulai 1 Agustus 2019). Empat wabah telah dilaporkan di Negara Bagian Shan. Semua masih berlangsung.
Mongolia: semua kejadian ASF telah bisa ditanggulangi. Jumlah keseluruhan ada 11 wabah terjadi di negara itu sejak kejadian pertama pada Januari 2019.
Filipina: pada 9 September tahun ini, negara itu memberitahukan kejadian pertama penyakit itu. Tujuh wabah saat ini sedang berlangsung. Kejadian dimulai pada 25 Juli tetapi hanya dikonfirmasi pada 30 Agustus 2019.
Rusia: penyakit ini dilaporkan di Rusia untuk pertama kalinya pada 2007. Baru-baru ini, penyakit ini diberitahukan di tiga divisi administrasi baru (Oblast Amurskaya, Primorskiy Kray, dan Oblast Yevreyskaya Avtonomnaya) yang berbatasan dengan China (People's Rep.). Lima puluh wabah telah dilaporkan dalam kejadian ASF ini. Saat ini ada 26 wabah yang sedang berlangsung di bagian Asia negara itu. Untuk memiliki pandangan tentang total wabah yang sedang berlangsung di negara ini, dapat merujuk ke update global OIE terbaru tentang ASF.
Timor Leste: penyakit ini pertama kali terjadi di negara itu pada 9 September tahun ini dan dikonfirmasi pada 26 September tahun ini. Pada saat ini terdapat 100 wabah yang sedang berlangsung di Kotamadya Dili.
Vietnam: secara total, 6.083 wabah telah dilaporkan di 63 divisi administratif sejak pertama kali penyakit ini muncul di negara tersebut (1 Februari 2019). Tak satu pun dari wabah ini yang dilaporkan telah bisa ditanggulangi. Jumlah cluster sampai sebanyak 447 wabah telah dilaporkan di negara ini.
CATATAN: Kerugian dihitung berdasarkan jumlah hewan yang mati dan dimusnahkan di peternakan yang terinfeksi atau peternakan backyard yang diberitahukan dalam wabah. Namun, OIE tidak mengumpulkan informasi kuantitatif tentang langkah-langkah tambahan pengendalian yang diterapkan dalam menanggapi wabah (misalnya pemusnahan pencegahan di zona sekitar wabah).
OIE telah menerbitkan laporan ASF setiap dua minggu di situs web. Untuk informasi terbaru silakan merujuk ke WAHIS.
Sumber: OIE, Situational updates of ASF in Asia and the Pacific (27 September – 3 October 2019)
Posted by
Drh.Pudjiatmoko,PhD
at
16:05
0
comments
Labels: African Swine Fever
Waspada! Virus ASF Tahan Hidup hingga 83 Hari di Daging Kering Italia — Ancaman Tersembunyi di Balik Lezatnya Produk Babi Olahan
Posted by
Drh.Pudjiatmoko,PhD
at
11:53
0
comments
Labels: African Swine Fever, ASF, Daging Babi, Keamanan Pangan, Penelitian Veteriner, Produk Daging Kering, Swill Feed, Virus ASF

