Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Saturday, 9 August 2008

Kebijakan Industri Pertanian Republik Rakyat China

Sementara diadakannya pembangunan industri berskala besar, produksi industri pertanian juga dikembangkan secara menyeluruh. Sejak tahun 1952 sampai tahun 1978, industri pertanian RRC menyediakan akumulasi yang sangat besar sejumlah 800 milyar yuan Renminbi untuk industrilisasi ekonomi rakyat, industri pertanian serta pembangunan irigasi di tanah pertanian yang terkait dan sarana teknologi industri pertamain semuanya mendapat perkembangan yang besar. Sejak tahun 1978, RRC melancarkan penyesuaian keseluruhan terhadap kebijakan pedesaan, dan menyusun serangkaian kebijakan pedoman untuk meningkatkan perkembangan industri pertanian.

Kebijakan yang paling utama ialah pelaksanaan Sistem tanggungjawab kontrak keluarga yang dikaitkan dengan hasil produksi, dengan prasyarat alat-alat produksi, misalnya tanah dimiliki oleh kolektif, keluarga petani mengkontrak tanah untuk pengelolaan, pengkontrak mengikuti peraturan kontrak, kecuali membayar pajak kepada negara dan membayar suatu persentase tertentu kepada kolektif, semua produksi dan pendapatan lainnya dimiliki oleh pengkontrak sendiri. Pola perkembangan industri pertanian tersebut membangkitkan antusiasi produk petani yang luas, wajah pedesaan mengalamai perubahan yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kontrak keluarga bukan hanya mendorong perkembangan keseluruhan usaha pertumbuhan, juga mendorong bangkitnya dan perkembangan usaha budidaya keluarga dan perusahaan pedesaan dan kecamatan. Sementara itu, sejumlah besar tenaga kerja yang tersisa dibebaskan dari tanah, masing-masing menuju kota, dan menyediakan sumber tenaga kerja yang memadai untuk pembangunan perkembangan kota.

China melalui upaya sendiri, dengan menggunakan tanah garapan yang hanya menduduki 7% dari total luasnya seluruh dunia, menghidupi populasi sebanyak 22% total jumlah penduduk seluruh dunia. pada tahun 1997, volume produksi bahan pangan Tiongkok mencapai 492 juta ton, katun 4,3 juta ton, berbagai jenis bahan minyak 21,5 juta ton, daging 53,54 juta ton, dan hasil perairan 35,61 juta ton, semua angka mutlaknya menduduki tempat terdepan dunia. di antara berbagai bagian industri pertanian, produksi bahan pangan memelihara kecenderungan pertumbuhan yang stabil, pertumbuhan ekonomi selalu berkembang pesar, lebih-lebih industri hutan, penggembalaan dan perikanan berkembang dengan sangat cepat, dengan demikian, terjaminlah kebutuhan perkembangan ekonomi negara dan peningkatan terus-menerusnya taraf kehidupan rakyat.

Volume total ekonomi penduduk China telah mencapai skala yang sangat besar, pada tahun 1997, GDP Tiongkok telah mencapai 7 trilyun 477 milyar 200 juta yuan Renminbi, atau 903 milyar dolar Amerika, dan menjadi salah satu di antara 10 terdepan urutan daftar berbagai negara seluruh dunia. Akan tetapi, karena jumlah populasi Tiongkok sangat besar, dan dasarnya agak rendah, taraf volume total ekonomi rakyat perkapita tetap sangat rendah, China tetap adalah satu negara berkembang yang berpendapatan relatif rendah.

Dalam kaitan ketahanan pangan, dapat dikaji reformasi kebijakan pertanian RRC yang dimulai tahun 1994 yang disebut Economic and Technological Development Zone (ETDZ). Sasaran ETDZ adalah meningkatkan:
a) efisiensi proses produksi pertanian,
b) mengenalkan sistem produksi massal untuk alternaif beras seperti hortikultura dan akuakultura,
c) menguasai dan meningkatkan performa teknologi yang sudah ada di masyarakat petani, dan
d) mengembangkan teknologi baru terutama dalam bidang pembibitan, pupuk, dan pestisida ramah lingkungan.

Apa yang dilakukan China kelihatan sederhana, tapi pemerinah Beijing melakukannya secara bertahap dengan urutan prioritas yang jelas dan dilaksanakan secara konsisten. Hasilnya, kurang dari satu dekade, RRC berhasil mandiri dan swasembada pangan. Bahkan, produk-produk pertanian China kini mulai diekspor dan mendapat pasaran luas di negara-negara berkembang.

Berdasarkan tinjauan ekonomi dari 117 negara, China berada pada peringkat ke 49 dari seluruh ekonomi dunia, menurut Laporan Kompetitif Global 2005-2006, yang dikeluarkan oleh WEF. Pada tahun 2004, ekonomi China berada pada peringkat ke 46, dan tahun 2003, berada pada peringkat ke 33.

Inflasi tidak ada masalah di RRC pada tahun 2001, tapi, karena mungkin menjadi terlalu panas pada tahun 2004, inflasi yang didapat secara signifikan dan peringkat RRC pada indikator ini berpindah dari lima pada tahun 2001, ke 58 pada tahun 2005.

Gambaran Sekilas Ekonomi Jepang




Ekonomi pasar bebas dan industri Jepang merupakan ketiga terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dan Tiongkok dilihat dari segi paritas daya beli internasional. Ekonominya sangat efisien dan bersaing dalam area yang berhubungan dengan perdagangan internasional, tapi produktivitas lebih rendah di bidang agriklutur, distribusi, dan pelayanan.

Kerjasama di antara pemerintahan dan perindustrian, etika kerja yang sehat, penguasaan teknologi, penekanan terhadap pendidikan dan alokasi yang kecil untuk pertahanan (1% dari PDB) merupakan antara faktor-faktor yang memungkinkan Jepang berkembang pesat sehingga menjadi salah satu negara yang setanding dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa dari segi penguasaan ekonomi.

Ciri-ciri khas ekonomi Jepang di antaranya adalah kerja sama yang erat di antara perusahaan yang bergerak di bidang pengilangan, perbekalan, pengedaran, dan bank (kelompok kerja sama ini disebut keiretsu); negosiasi upah antara perusahaan swasta dengan serikat buruh (shunto); hubungan baik dengan birokrasi pemerintahan, dan jaminan karir sepanjang hayat (shushin koyo) untuk hampir sepertiga tenaga kerja di kota, dan jaminan kontrak kerja bagi buruh. Perusahaan kecil dan sederhana, wanita, dan pekerja asing biasanya tidak mempunyai fasilitas seperti itu. Bagaimanapun, kebanyakan ciri tersebut semakin terkikis, dan keadaan ekonomi kini sedang berhadapan dengan stagnasi.

Perindustrian merupakan sektor ekonomi yang paling utama buat Jepang yang amat bergantung pada impor bahan mentah dan minyak. Pertanian yang merupakan sektor ekonomi yang kecil mempunyai subsidi yang tinggi dan merupakan satu sektor yang dilindungi.

Ini dapat dilihat dengan jelas pada pertanian yang melibatkan beras. Beras yang diimpor dikenakan pajak sebanyak 490% dan pemerintahan hanya membolehkan kuota sebanyak 3% jumlah beras yang ada di pasaran beras. Selain melindungi pasaran beras, Jepang juga mengadakan usaha untuk menciptakan buah-buahan dan sayur-sayuran yang berkualitas tinggi dan enak namun mahal. Biasanya Jepang mampu menampung keperluan beras rakyatnya sendiri (kecuali beras yang dipakai untuk membuat makanan ringan dan makanan olahan), namun negara ini perlu mengimpor kira-kira 50% kebutuhan serealia dan makanan ternak.

Jepang mempunyai salah satu industri perikanan yang terbesar di dunia yang mencakup hampir 15% penangkapan ikan seluruh dunia, mendorong pada dugaan bahwa perikanan Jepang sedang mengakibatkan jumlah ikan di laut yang berkurang secara drastis, khususnya ikan tuna.

Secara keseluruhan, selama tiga dekade, pertumbuhan ekonomi sebenarnya amat mengagumkan: rata-rata 10% pada dekade 1960-an, rata-rata 5% pada 1970-an, dan rata-rata 4% pada 1980-an. Pertumbuhan ini namun mulai melesu pada dekade 1990-an, terutamanya disebabkan dampak sampingan perburuhan secara berlebihan selepas tahun 1980-an dan dasar-dasar ekonomi pengurangan inflasi yang bertujuan membebaskan diri dari kelebihan spekulasi pasaran saham dan harga penjualan tanah. Usaha-usaha pemerintah untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi kurang berhasil dan terus terjepit pada tahun 2000-2001. Pada tahun 2000 GDP Jepang 3,15 trilyun USD, GDP Real growth rate 1,3%, GDP per capita 49,900 USD. Sedangkan GDP berasal dari sektor pertanian 2%, industri 35% dan Jasa 63% (1999).

Pertumbuhan ekonomi Jepang pada kuartal pertama 2008 tumbuh 3,3 persen. Persentase ini muncul lebih cepat dari perkiraan para ekonom, yang disurvei Bloomberg, yang mematok angka 2,5 persen. Keberhasilan Jepang ini disebabkan oleh kegiatan ekspor dan juga bermunculannya pasar-pasar potensial yang baru. Ini membuat atmosfer ekonomi Jepang tertolong dalam menghadapi perlambatan ekonomi AS yang dikhawatirkan akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi banyak negara.

PM Junichiro Koizumi mengesahkan atau meluluskan (tetapi adakalanya gagal) undang-undang perburuhan asing dan swastanisasi secara besar-besaran yang dipercaya dapat membantu merangsang kembali ekonomi Jepang. Sejauh ini undang-undang tersebut kelihatan menunjukkan hasil dalam berbagai aspek seperti perburuhan asing, namun sejauh ini belum dapat membantu ekonomi Jepang untuk tumbuh kembali. Perdana Menteri Koizumi berhasil meluluskan rancangan swastanisasi besar termasuk swastanisasi semua kantor pos Jepang.

Kepadatan penduduk yang tinggi dan usia mayoritas penduduk yang semakin tua mengakibatkan penurunan jumlah penduduk. Hal ini mengakibatkan peningkatan biaya pemeliharaan kesehatan yang harus ditanggung pemerintah. Di masa depan, industri robot diperkirakan menjadi kekuatan ekonomi yang amat penting. Sejumlah 410.000 dari 720.000 buah robot yang beroperasi di seluruh dunia berada di Jepang.

Sektor pertanian
Hasil utama pertanian Negara Jepang adalah bahan pangan. Walaupun hanya 16% dari luas daratan di Jepang yang dipergunakan untuk pertanian, namun hasilnya termasuk memuaskan. Besarnya hasil pertanian didukung oleh kesuburan lahan pertaniannya karena tanahnya mengandung abu vulkanis. Di samping itu, penggarapan lahan pertanian dilakukan secara intensif dengan didukung teknologi maju. Hasil pertanian berupa padi, kentang, jagung, gandum, kacang, kedelai, dan teh. Hasil peternakan berupa babi, ayam, telur, sapi dan susu. Sayur-sayuran berupa lobak, kubis, ketimun, tomat, wortel, bayam, dan selada. Sedangkan buah-buahan yang banyak ditanam adalah jeruk dan apel.

Sektor perikanan
Jepang menempati urutan ke-2 di dunia di belakang RRC dalam tonase penangkapan ikan (tahun 1989: 11,9 juta ton), turun pelan-pelan dari 11,1 juta ton pada tahun 1980. Setelah terjadi krisis energi tahun 1973, perikanan laut dalam di Jepang menurun. Pada tahun 1980-an, jumlah tangkapan ikan per tahun rata-rata 2 juta ton. Perikanan lepas pantai 50 % dari penangkapan ikan total negeri itu pada akhir 1980-an meski beberapa kali mengalami kenaikan dan penurunan.
Perikanan pesisir dilakukan dengan perahu kecil, jala, atau teknik campuran terhitung sekitar sepertiga produksi total industri perikanan Jepang, Sementara itu perikanan pesisir laut dengan kapal ukuran menengah terhitung sekitar lebih dari separuh produksi total. Di antara spesies ikan yang ditangkap misalnya: sarden, tuna, kepiting, udang, salmon, dan makerel.
Jepang mempertahankan armada perikanan terbesar di dunia dan terhitung sekitar 15% penangkapan global, memunculkan sejumlah pernyataan bahwa perikanan Jepang sedang menimbulkan pengurangan stok ikan seperti tuna. Jepang juga menebarkan kontroversi dengan mendukung perburuan ikan paus.

Sektor industri
Industri ekspor utama Jepang adalah otomotif, elektronik konsumen (lihat industri elektronik konsumen Jepang), komputer, semikonduktor, besi, dan baja.
Industri penting lain dalam ekonomi Jepang adalah petrokimia, farmasi, bioindustri, galangan kapal, dirgantara, tekstil, dan makanan yang diproses. Industri manufaktur Jepang banyak bergantung pada impor bahan mentah dan BBM.

Sektor pertambangan
Pertambangan adalah industri yang sedang menurun di Jepang sejak tahun 1980-an. Produksi batu bara dalam negeri anjlok dari puncaknya 55 juta ton pada 1960 ke hampir lebih dari 16 juta ton pada 1985, sedangkan impor batu bara naik hingga sekitar 91 juta ton pada 1987. Perusahaan pertambangan batu bara dalam negeri harus bersaing dengan batu bara murah hasil impor dan biaya produksi batu bara dalam negeri yang tinggi. Puncaknya adalah defisit cadangan batu bara pada tahun 1980-an. Pada tahun 1980-an, hampir sekitar 1 juta ton cadangan batu bara Jepang sebagian besar digunakan untuk batu arang. Sebagian besar batu bara yang dikonsumsi Jepang merupakan bahan bakar bagi pembangkit listrik.

Sektor jasa
Sejumlah tiga perempat dari total penghasilan ekonomi Jepang berasal dari sektor jasa. Industri utama sektor jasa di Jepang berupa bank, asuransi, real estat, transportasi, dan telekomunikasi. Mitsubishi UFJ, Mizuho, NTT, TEPCO, Nomura, Mitsubishi Estate, Tokio Marine, Japan Railway, Seven & I, ANA telah menjadi perusahaan besar dunia. Enam keiretsu utama terdiri dari grup Mitsubishi, Sumitomo, Fuyo, Mitsui, Dai-Ichi Kangyo, dan Sanwa. Sejumlah 326 perusahaan yang berada dalam daftar Forbes Global 2000 (16,3%) berada di Jepang.

SUMBER UTAMA : http://id.wikipedia.org/wiki/Jepang#Sektor_pertanian

Friday, 8 August 2008

Tiga Peraturan Menteri Keuangan (PMK) untuk Implementasi IJEPA

Perjanjian Kerjasama Ekonomi Indonesia Jepang atau Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA) mulai berlaku efektif mulai Selasa 1 Juli 2008 yang ditandai dengan pelaksanaan pertemuan Joint Committee (JC) pertama kedua negara pada hari yang sama di Tokyo, Jepang. Dengan diberlakukannya IJ-EPA ini, maka 80% dari pos tarif bea masuk (BM) produk ekspor Indonesia ke pasar Jepang segera diturunkan menjadi 0%, termasuk tekstil dan produk tekstil (TPT), produk pertanian seperti buah-buahan tropis (a.l nanas dan pisang), udang dan produk kayu.

Berdasarkan perjanjian, 3 tahun mendatang 90% dari pos tarif ekspor Indonesia ke Jepang akan turun menjadi 0%. Untuk memperoleh preferensi tarif tersebut, semua produk yang akan diekspor ke Jepang, diperlukan lampiran Surat Keterangan Asal (SKA) form IJEPA yang dapat diperoleh di 85 kantor penerbit SKA di seluruh Indonesia.

Tiga Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang mengatur tarif bea masuk (BM) sebagai implementasi atas kesepakatan Indonesia-Jepang mengenai kemitraan Ekonomi (IJEPA) yang mulai berlaku sejak 1 Juli 2008 adalah sebagai berikut:

1. PMK Nomor 94/PMK.011/2008 tentang Modalitas Penurunan Tarif BM dalam rangka IJEPA.

2. PMK Nomor 95/PMK.011/2008 tentang penetapan tarif BM dalam rangka
IJEPA.

3. PMK Nomor 96/PMK.011/2008 tentang Penetapan Tarif BM dalam rangka
User Spesicif Duty Free Scheme (USDFS) dalam kerangka IJEPA.

Ingin tahu lebih banyak tentang IJEPA silahkan kunjungi:

http://www.depdag.go.id/index.php?option=link_khusus&task=detil&id=51

Sumber : IQP

Wednesday, 6 August 2008

Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 1,23 miliar

Neraca perdagangan Indonesia pada bulan Mei 2008 kembali mencatat surplus US$ 1,23 miliar. Nilai ekspor Mei 2008 mencapai US$ 12,89 miliar, sementara impor pada bulan yang sama sebesar US$ 11,66 miliar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Ali Rosidi menyampaikan hal tersebut, Selasa(1/7), dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta Pusat,.

Jika dibanding April 2008 , maka nilai ekspor Mei 2008 meningkat 17,47 persen, dan jika dibanding dengan ekspor Mei 2007 juga mengalami peningkatan sebesar 31,41 persen. Sedangkan untuk impor, jika dibanding April 2008 maka nilai impor Mei 2008 meningkat 1,41 persen, yang terdiri dari impor migas dari impor migas sebesar US$ 3,27 miliar (28,03 persen) dan impor nonmigas sebesar US$ 8,39 miliar (71,97 persen).

Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Mei 2008 mencapai US$57,60 miliar atau meningkat 30,03 persen dibanding periode yang sama tahun 2007. Ekpor Indonesia pada peridoe ini masih diominasi oleh ekspor nonmigas mencapai US$ 44,52 miliar atau meningkat 22,27 persen.

Khusus pada Mei 2008, ekspor non-migas Mei 2008 mencapai US$ 9,67 miliar, naik 13,94 persen dibanding April 2008, sedangkan dibanding ekspor Mei 2007 naik 20,68 persen.

“Peningkatan ekspor nonmigas terbesar Mei 2008 terjadi pada lemak & minyak hewan/nabati sebesar US$ 1,22 miliar, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada bahan bakar mineral sebesar US$ 48,3 juta, “ jelas Ali Rosidi.

Ekspor nonmigas ke Amerika Serikat Mei 2008 mencapai angka terbesar yaitu US$ 1,11 miliar, disusul Jepang US$ 1,06 miliar dan Singapura US$ 871,0 juta, dengan kontribusi ketiganya mencapai 31,48 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar US$ 1,48 miliar.

Berdasarkan sektor, ekspor hasil pertanian serta ekspor hasil industri periode Januari-Mei 2008 meningkat 48,54 persen dan 25,20 persen dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara hasil tambang dan lainnya turun sebesar 0,43 persen.
Sementara untuk impor, selama Januari-Mei 2008 nilai impor Indonesia mencapai US$52,88 miliar dengan impor migas sebesar US$ 13,09 miliar (24,75 persen) dan impor nonmigas sebesar US$ 39,79 miliar (75,25 persen).

Pada periode Januari-Mei 2008 impor dari Kawasan Berikat mencapaiUS$10,47 miliar yang terdiri migas sebesar US$ 37,4 juta dan non migas sebesar US$10,43 miliar, sedangkan impor di Luar Kawasn Berikat mencapai US$42,41 miliar atau meningkta 14,61 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Impor non migas selam Januari-Mei 2008 didominasi untuk mesin/pesawat mekanik dengan nilai US$ 7,14 miliar atau 17,94 persen dari total impor non migas Indonesia. Negara pemasok barang impor tebesar Indonesia adalah Jepang (14,41 persen), Cina (14,36 persen) dan Singapura (11,92 persen).

Sumber : The Indonesia Now (www.theindonesianow.blogspot.com.)

HS-Codes for Some Agricultural Products

06 LIVE TREES & OTHER PLANTS
0601 bulbs, tubers; chicory plants & roots; corms, crowns & rhizomes
0602 other live plants (including roots), cuttings & slips; mushroom spawn
0603 cut flowers & buds for bouquets or ornaments; prepared, fresh, dried, bleached, impregnated
0604 foliage, grasses, mosses etc. for bouquets, prepared, fresh, dried, bleached, impregnated

07 EDIBLE VEGETABLES
0701 potatoes (excl. sweet potatoes), fresh or chilled
0702 tomatoes, fresh or chilled
0703 onions, shallots, garlic, leeks & other alliaceous vegetables, fresh or chilled
0704 cabbages, cauliflower, kohlrabi, kale etc., fresh or chilled
0705 lettuce and chicory, fresh or chilled
0706 carrots, turnips & other edible roots, frozen, chilled beetroot, salsify, celeriac, radishes
0707 cucumbers and gherkins, fresh or chilled
0708 leguminous vegetables, shelled or unshelled, fresh or chilled peas, beans, chickpeas, lentils
0709 vegetables nesoi, fresh or chilled
0710 vegetables (uncooked/cooked by steam etc), frozen
0711 vegetables, temporarily preserved, not now edible
0712 vegetables, dried, whole, cut, sliced, broken, powder not further prepared
0713 leguminous vegetables, dried, shelled
0714 cassava, sweet potatoes, roots & tubers nesoi, fresh or dried; sago pith

08 EDIBLE FRUIT & NUTS, CITRUS FRUIT/MELON PEEL
0801 coconuts, brazil nuts & cashew nuts, fresh or dried
0802 nuts nesoi, fresh or dried; almonds, hazelnuts, walnuts, chestnuts, pecan, macadamia
0803 bananas and plantains, fresh or dried
0804 dates, figs, pineapples, avocados, guavas, mangoes, fresh or dried
0805 citrus fruit, fresh or dried
0806 grapes, fresh or dried
0807 melons and papayas, fresh
0808 apples, pears and quinces, fresh
0809 apricots, cherries, peaches, plums & sloes, fresh
0810 fruit nesoi, fresh
0811 fruit & nuts, steamed, boiled, frozen
0812 fruit & nuts temporarily preserved, not now edible
0813 other fruit dried; mixtures of nuts or dried fruit
0814 peel of citrus or melon, fresh, frozen, dried, in brine, sulfur water

09 COFFEE, TEA, MATE & SPICES
0901 coffee; coffee husks & skins; substitutes with coffee
0902 tea
0903 mate
0904 pepper, genus piper; genus capsicum or pimenta
0905 vanilla beans
0906 cinnamon and cinnamon-tree flowers
0907 cloves (whole fruit, cloves and stems)
0908 nutmeg, mace and cardamoms
0909 seeds, anise, badian, fennel, coriander, cumin, caraway etc.
0910 ginger, saffron, tumeric, thyme, bay leaves, curry, origanum etc.

10 CEREALS
1001 wheat and meslin
1002 rye in the grain
1003 barley
1004 oats
1005 corn (maize)
1006 rice
1007 grain sorghum
1008 buckwheat, millet & canary seed; other cereals

11 MILLING PRODUCTS
1101 wheat or meslin flour
1102 cereal flours, excl. of wheat or of meslin
1103 cereal groats, meal and pellets
1104 cereal grains, worked; cereal germs, worked
1105 flour, meal and flakes of potatoes
1106 flour & meal of dry leguminous vegetables, sago, roots/tubers, fruit
1107 malt, whether or not roasted
1108 starches; inulin
1109 wheat gluten, dried or not

12 OIL SEEDS, MISC. GRAINS/SEEDS/FRUIT, INDUSTR./MED. PLANTS, STRAW & FODDER
1201 soybeans, whether or not broken
1202 peanuts (groundnuts), raw
1203 copra
1204 flaxseed (linseed), whether or not broken
1205 rape or colza seeds, whether or not broken
1206 sunflower seeds, whether or not broken
1207 other oil seeds & oleaginous fruits, broken or not
1208 flour & meal of oil seed & oleaginous fruit (no mustard)
1209 seeds, fruit and spores, for sowing
1210 hop cones, fresh, dried, powdered, pellets; lupulin
1211 plants for pharmacy, perfumery, insecticides etc.
1212 locust beans, seaweed etc.; sugar beet/cane; fruits stones/kernels
1213 Cereal straw & husks unprepared w/n chop etc. or pellet
1214 rutabagas, hay, clover & other forage products

13 LAC, GUMS, RESINS ETC.
1301 lac; natural gums, resins, gum-resins and balsams
1302 vegetable saps & extracts

14 VEGETABLE PLAITING MATERIALS
1401 vegetable plaiting materials (bamboos, rattans, reeds, rushes etc.)
1402 vegetable materials for stuffing or padding (kapok etc.)
1403 vegetable materials for brooms & brushes (broomcorn, piassava etc.)
1404 vegetable products nesoi