Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sunday, 6 September 2009

Special SOM AMAF Agustus 2009

 

 Laporan Special SOM AMAF 11 – 13 Agustus 2009 di Ho Chi Minh City

 
 
I. PENDAHULUAN

Pertemuan Special Senior Officials’ Meeting of the 30th Meeting of the ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (Special SOM-30th AMAF) telah diselenggarakan di Ho Chi Minh City, Vietnam, 11-13 Agustus 2009. Pertemuan dipimpin oleh Dr. Le Van Minh, Director-General of International Cooperation Department, Ministry of Agriculture and Rural Development of Vietnam dan dihadiri oleh seluruh negara anggota ASEAN, wakil dari Asian Development Bank (ADB) serta Sekretariat ASEAN. Delegasi RI dipimpin oleh Dr. Tachrir Fathoni, Kepala Badan Litbang Kehutanan dengan anggota delri yang terdiri dari unsur-unsur Deptan, Dephut, DKP dan Deplu.

II. JALANNYA DAN HASIL-HASIL PERTEMUAN

Roadmap of ASEAN Community

Pertemuan menggarisbawahi usulan dari ASEAN Task Force on Codex (ATCF) dan ASEAN Sectoral Working Group on Livestock (ASWGL) bahwa pengembangan Good Animal Husbandry Practices dan ASEAN Good Hygiene Practices sebagaimana tercantum dalam AEC Blueprint, tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus dikoordinasikan dengan badan sektoral lainnya yang terkait, termasuk ASEAN Expert Group on Food Safety (AEGFS).

ASEAN Integrated Food Security (AIFS) Framework and Strategic Plan of Action on Food Security (SPA-FS)

Sekretariat ASEAN menyampaikan perkembangan mengenai implementasi AIFS Framework and SPA. Sejumlah kegiatan yang telah dilaksanakan sejauh ini, antara lain: pembuatan video ASEAN and World Food Security, penyelenggaraan 2009 Roundtable Conference on East Asia Food Security Cooperation Strategy, 21-22 April 2009 di Beijing, serta ASEAN-FAO Regional Conference on Food Security, 27-28 Mei 2009 di Bangkok.

Dalam kesempatan ini, perwakilan ADB, Mr. Katsuji Matsunami, menyampaikan presentasi proposal berjudul ADB Support for ASEAN Integrated Food Security. Proposal ini memiliki 3 (tiga) fokus, yaitu mendukung pengembangan ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR), mengembangkan pasar beras internasional yang stabil serta memperkuat sistem informasi ketahanan pangan.

Pertemuan pada prinsipnya dapat menyetujui proposal ADB tersebut, namun meminta agar dalam tahap finalisasinya juga dikaitkan dengan inisiatif yang telah ada sebelumnya, yaitu: East Asia Emergency Rice Reserve (EAERR) dan ASEAN Food Security Information System (AFSIS). Selain itu, mengingat beras merupakan komoditas yang sensitif secara politis, maka ADB diminta untuk dapat menyampaikan beberapa alternatif opsi dukungan pengembangan ketahanan pangan agar SOM-AMAF dapat memutuskan opsi mana yang paling dapat diterima oleh seluruh negara ASEAN pada pertemuan Prep-SOM – 31st AMAF mendatang di bulan Oktober 2009.

Progress of Country Initiatives for Programmes or Projects on Food, Agriculture and Forestry By ASEAN Member States

Indonesia telah menyampaikan agar 2 (dua) inisiatif proposal yang diajukan Indonesia, yaitu: Indonesia’s Initiative on the ASEAN Networking for Agriculture Vulnerability to Climate Change (agenda item 4.1) dan Indonesia’s Initiative on ASEAN Strategy in Addressing the Impact of Climate Change on Agriculture, Fisheries and Forestry (agenda item 4.2) digabungkan menjadi satu inisiatif baru yang terfokus pada strategi adaptasi pertanian dan pengembangan sumber daya terbarukan.

Pertemuan juga menerima laporan perkembangan dari beberapa inisiatif lainnya, yaitu: i) Malaysia’s Initiative on the Establishment of a Network for Pesticide Regulatory Database dan APHCN, ii) Philippines Initiative on ASEAN IPM Network, iii) Singapore Initiative on ASEAN GMF Testing Network dan AARNET, serta iv) Thailand’s Initiative on ASEAN Food Safety Network, ASEAN Rapid Alert System for Food and Feed, dan Collaboration of ASEAN R&D in Sericulture.

Consideration of the Report of the 16th Meeting of the Joint Committee (JC) on ASEAN Cooperation in Agriculture and Forest Products Promotion Scheme, 14-16 July 2009, Siem Reap, Cambodia

Pertemuan menyepakati draft MoU on ASEAN Cooperation in Agriculture and Forest Products Promotion Scheme (lampiran 1) setelah membahas beberapa perubahan. Pertama, Indonesia telah mengusulkan agar judul MoU perlu ditambahkan kata ‘fishery’, namun judul MoU yang disepakati tidak memasukkan fishery, dengan pertimbangan bahwa ‘agriculture’ sudah mencakup livestock dan fishery. Selanjutnya, Malaysia menarik kembali usulan untuk menambahkan istilah ‘secrecy’ dalam chapter IX karena dianggap cukup menggunakan ‘confidentiality’. Selain itu, pertemuan juga menyetujui rekomendasi pertemuan ASOF ke-12 untuk menghapuskan National Focal Point on Promotion of Forest Product agar tidak terjadi duplikasi, memperhatikan bahwa dalam kerangka ASOF telah dibentuk ASEAN Experts Group on Forest Product Development yang memiliki tujuan, agenda dan program kerja yang sama.

Selain itu, disepakati pula bahwa draft MOU on ASEAN Cooperation in Agriculture and Forest Products Promotion Scheme, komoditi forest products akan ditangani oleh ASEAN Forest Products Industry Club (AFPIC). Indonesia mengusulkan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan (BPK), Dephut sebagai national coordinator dan focal point untuk Forest Products. Selanjutnya, ASEAN NFPWG on Forest Products ditangani oleh AFPIC-Malaysia.

Cooperation in Food

Thailand selaku tuan rumah pertemuan ke-29 ASEAN Food Security Reserve Board (AFSRB) menginformasikan bahwa penyelenggaraannya akan dilaksanakan pada akhir tahun 2009. Sehubungan dengan hal ini, pertemuan mengimbau Thailand agar jadwal dan tempat penyelenggaraan pertemuan ke-29 ASFRB dapat disampaikan kepada seluruh negara anggota pada kesempatan pertama.

Pertemuan juga menerima laporan dan rekomendasi Brunei Darussalam (Chairman AWG on Halal Food) dan Lao PDR (Chairman ATF on Codex).

Consideration of the Report of the 16th Meeting of the ASEAN Sectoral Working Group on Crops (ASWGC), 20-22 May 2009, Manila, Philippines

Pertemuan dapat menerima laporan Philippina selaku Chairman ASWGC dan sepakat untuk merekomendasikan beberapa dokumen untuk disahkan dalam AMAF mendatang, yaitu :
List of 7 ASEAN MRLs for 5 pesticides: carbendazim (grapes and oranges), chlorpyrifos (longans and litchi), phosalone (durian), ethion (pummelo) and deltamethrin (chilli pepper)

ASEAN Standards for Young Coconut, Banana, Garlic and Shallot
The establishment of Expert Working Group on ASEAN GAP (EWG-ASEAN GAP)

Consideration of the Report of the 17th Meeting of the ASEAN Sectoral Working Group on Livestock (ASWGL), 6-8 May 2009, Yogyakarta, Indonesia

Indonesia melaporkan hasil-hasil dari pertemuan tersebut, antara lain kemajuan proyek-proyek kerjasama seperti Regularization of Products and Utilization of Animal Vaccines, Promotion of International Trade in Livestock and Livestock Products, serta Strengthening of Animal Disease Control Programme among ASEAN Member States. Pertemuan menerima laporan Indonesia selaku Chairman ASWGL. Selanjutnya pertemuan sepakat untuk merekomendasikan dua dokumen untuk disahkan pada AMAF mendatang, yaitu :
Accreditation of the Veterinary Biologics Assay Division (VBAD) Pakchong, Thailand
ASEAN Criteria for Accreditation of Milk Processing Establishment (setelah dilakukan revisi terlebih dahulu oleh Malaysia).

Cooperation in Fisheries

Consideration of the 17th Meeting of the ASEAN Sectoral Working Group on Fisheries (ASWGFi), 3-5 Juni 2009, Quang Nam, Vietnam

Menanggapi diberlakukannya EC Regulation No 1005/2008 to prevent, deter and eliminate illegal, unreported and uregulated (IUU) Fishing, yang akan diberlakukan pada 1 Januari 2010, telah disusun ASEAN Common Position on EC Regulation on IUU Fishing Catch Certification Scheme (lampiran 2) yang meminta penerapan EC Regulation tersebut diterapkan berdasarkan phase-based approach dan ditunda masa berlakunya.

Indonesia menyampaikan posisi untuk tidak mendukung ASEAN Common Position dimaksud, sebaliknya mendukung sepenuhnya EC Regulation untuk tetap diberlakukan 1 Januari 2010. Selain itu, Kamboja juga menyatakan bahwa sektor perikanannya belum siap untuk menerapkan kebijakan EC tersebut sehingga tidak mendukung ASEAN Common Position. Di sisi lain, delapan Negara ASEAN lainnya menyatakan setuju dengan ASEAN common position tersebut, terutama mengenai phase-based approach.

Memperhatikan adanya tiga kepentingan yang berbeda, Sekretariat ASEAN menawarkan dua opsi yang perlu dipertimbangkan yaitu tetap mengadopsi ASEAN Common Position dengan skema ASEAN minus Indonesia dan Kamboja atau pendekatan bilateral masing-masing negara ASEAN dengan pihak Uni Eropa. Hal ini belum mencapai konsensus dan akan ditindaklanjuti Sekretariat ASEAN dengan focal point perikanan Negara-negara ASEAN.

Cooperation in Forestry

Pertemuan dapat menerima laporan Myanmar terhadap hasil 12th Meeting of the ASEAN Senior Officials on Forestry (ASOF), 25-27 Juni 2009 di Nay Pyi Taw, Myanmar dan mengusulkan agar 2 (dua) dokumen penting, yaitu: ASEAN Criteria and Indicators for Legality of Timber dan ASEAN Guidelines on Phased Approach to Forest Certification dapat disetujui oleh AMAF.

Indonesia menyampaikan bahwa ASEAN Position Paper on REDD Plus sedang dalam penyelesaian di bawah koordinasi Indonesia (ARRN-FCC) dan mengusulkan agar menjadi bahan untuk dibahas dalam pertemuan 31st AMAF mendatang.

ASEAN Plus Three Cooperation in Food Agriculture and Forestry Sector

Thailand selaku Lead Country untuk East Asia Emergency Rice Reserve (EAERR) Pilot Project dan ASEAN Food Security Information System (AFSIS) menyampaikan laporannya. Terkait EAERR, dilaporkan bahwa pada 11th Project Steering Committee (PSC) yang berlangsung pada 10-11 Februari 2009 di Siem Reap, Kamboja telah diusulkan untuk mengembangkan EAERR menjadi ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR) dan mengkaitkannya dengan ASEAN Integrated Food Security Policy Framework and its Strategic Action Plan of Action sebagai salah satu pilar dalam kerangka implementasinya. Hingga saat ini, draft APTERR Agreement hampir dapat disepakati, kecuali terkait pasal mengenai origin of rice, dikarenakan Thailand, Jepang dan Korsel masih memiliki keberatan.

Sementara itu, terkait dengan AFSIS, disampaikan bahwa the 1st Phase Project telah berakhir pada tahun 2007. Selanjutnya, pertemuan AMAF+3 telah menyetujui implemetasi 2nd Phase Project untuk periode 2008-2012. Elemen-elemen tambahan dari 2nd Phase ini ialah Early Warning Information, Agricultural Commodity Outlook dan Mutual Technical Cooperation.

Cooperation in Food, Agriculture and Forestry with Dialogue Partners, International Organizations and, Other Third Parties

ASEAN-India

Mengingat Indonesia telah menarik proposal Indonesia’s Initiative on ASEAN Networking for Agriculture Vulnerability to Climate Change yang sebelumnya akan dibiayai oleh ASEAN-India Fund serta menggantinya dengan proposal baru, maka perubahan ini akan disampaikan terlebih dahulu oleh Sekretariat ASEAN kepada pihak India.

ASEAN-Korea

Indonesia menyampaikan bahwa ASEAN Sekretariat telah mengirimkan surat undangan untuk Pertemuan ke-1 Ad-Hoc Working Group on the establishment of Asian Forest Cooperation Organization (AFoCO). Pertemuan ini akan diselenggarakan pada 24-26 Agustus 2009 di Jakarta.

Other Matters

Terkait dengan usulan untuk pengembangan dan implementasi ASEAN Multi-Sectoral Framework on Climate Change and Food Security (AFCC-FS), delegasi Kamboja mempertanyakan judul yang menggunakan istilah ‘food security’, mengingat pada pertemuan AMAF, disepakati untuk mengkaji dampak perubahan iklim terhadap ‘agriculture’, bukan hanya ketahanan pangan. Kamboja juga menilai bahwa istilah ‘multi-sectoral’ tidak perlu dicantumkan dalam judul. Sekretariat ASEAN menanggapi bahwa usulan Kamboja akan dibahas dalam workshop mendatang. Selain itu, Indonesia telah mengusulkan agar ASEAN memiliki common position dalam pertemuan COP-15 yang akan datang di Copenhagen, Denmark.

Terkait Strategic Plan of Action (SPA) for the ASEAN Cooperation in Food, Agriculture and Forestry (2005-2010), sejumlah action lines-nya saat ini telah tercakup dalam AEC Blueprint serta ASCC Blueprint. Oleh karenanya perlu dipertimbangkan untuk mengkonsolidasikan isi dari masing-masing dokumen tersebut.

Rangkaian pertemuan Thirty-First Meeting of the ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (31st AMAF) dan the 9th Meeting of the ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry Plus Three (9th AMAF Plus Three) akan diselenggarakan pada 31 Oktober-5 November 2009, di Jerudong, Brunei Darussalam.

III. PENGAMATAN

Sesuai dengan harapan negara-negara anggota ASEAN, Indonesia diminta menjadi prime mover dalam rangka antisipasi dan mitigasi dampak perubahan iklim pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Untuk itu, pada pertemuan-pertemuan berikutnya, Indonesia harus siap memimpin dalam aktivitas ASEAN tersebut, termasuk mencari peluang pendanaannya bersama-sama dengan Sekretariat ASEAN.
Agar Indonesia turut memikirkan sikap bersama yang diambil ASEAN terhadap EC Regulation on IUU Fishing tanpa mengorbankan kepentingan Indonesia yang mendukung penerapan EC Regulation tersebut mulai tanggal 1 Januari 2010.

Wednesday, 29 July 2009

Pelajar Indonesia Juara Olimpiade Biologi

 
 Tiga Pelajar Indonesia Raih Juara International Olimpiade Internasional ke 20 di Tsukuba, Jepang
 
 
Indonesia raih 1 emas 1 perak dan 1 perunggu dalam kejuaraan Olimpiade Biologi Internasional ke 20 ( the 20th INTERNATIONAL BIOLOGY OLYMPIAD) di Tsukuba Jepang – July 12-19, 2009IBO ke 20 tahun 2009 telah diselenggarakan di Tsukuba, Jepang. Acara Olimpiade Biologi ini bertepatan dengan perayaan 200 tahun Charles Darwin serta 150 tahun publikasi “The Origin of Spesies”.

Acara IBO tahun ini diikuti oleh delegasi dari 56 negara dengan jumlah siswa 221 orang, ditambah 4 negara sebagai observer. Acara pembukaan hari Senin, 13 Juli 2009 dihadiri oleh Prince & Princess Akishimo sebagai Honorary President IBO ke 20. Chairperson Organizing Committee IBO ke 20, Dr. Hirro Imura dari Universitas Tsukuba mengawali acara pembukaan, dilanjutkan oleh sambutan dari Chairman IBO, Dr. Poonpipoe Kasemsap (Koordinator Tim IBO Thailand). Kemudian Menteri Pendidikan, Kultur, Sains & Teknologi Jepang, Mr. Ryu Shinoya; Chairman Japan Science Foundation, Dr. Akito Arima dan President University of Tsukuba, Dr. Nobuhiro Tamada. Prince & Princess Akishimo yang menghadiri acara pembukaan sejak 30 menit sebelum dimulainya acara juga memberikan sambutan sekaligus membuka acara IBO ke 20.


Prince & Princess Jepang terus mengikuti acara hingga melakukan ramah tamah dan bersantap siang bersama dengan para peserta. Empat (4) siswa IBO ke 20 yang mewakili Indonesia adalah: Anugerah Erlaut, siswa kelas XII, SMA Kharisma Bangsa, Tangerang. Pada OSN 2007 di Surabaya meraih Medali Emas dan mendapatkan The Best Teori. Pada IBO ke 19 tahun 2008 di India, Anugerah memperoleh Medali Perak.

Irfan Haris, siswa kelas X, SMAN 1 Pringsewu, Lampung. Pada OSN 2008 di Makasar meraih Medali Perak. Tahun 2007, Irfan mengikuti IJSO di Taiwan dan memperoleh Medali Perak.
Danang Crysnanto, siswa kelas XI, SMAN 1 Wonogiri. Pada OSN 2008 di Makasar meraih Medali Perunggu.

Elbert Wijaya, siswa kelas XII, SMANK 1 Penabur Jakarta, Pada OSN 2008 di Makasar meraih Medali Perak.Ke empat siswa di dampingi Pembina Tim IBO Indonesia, yaitu: Dr. Agus Dana Permana; Dr. Maelita R. Moeis; Dr. Devi Nandita Choesin; dan Dr. Iriawati dari SITH – ITB, Dr. Sucipto Hariyanto dari Biologi UNAIR, serta Ir. Gunardi Sihhatmanahadi dari DEPDIKNAS.
Setelah pembukaan, sekitar pukul 14.00 waktu setempat para pembina yang bertindak sebagai Juri mulai melakukan diskusi dan penterjemahan 4 set soal Test Praktikum, yaitu : 1) Anatomi Hewan dan Tumbuhan : Anatomi ulat sutera (Bombix mori), bunga dan buah Vigna angularis (sejenis tanaman kacang); 2) Biokimia dan Biologi Molekuler : Penetuan aktifitas enzim asam fosfatase yang dilihat berdasarkan reaksi fosfatase dari perubahan absorbansi karena perubahan konsentrasi yang diukur dengan spektrofotometer; 3) Genetika : Karakter berbagai lalat buah yang sangat sering digunakan sebagai studi Genetika, serta pigmen matanya yang dilihat dengan cara kromatografi dan analisis proteinnya dengan elktroforesis; 4) Fisiologi Sel : Bentuk dan jumlah sel ragi yang berproliferasi, serta mekanisme pergerakan regenerasi alga uniseluler. Seluruh Test Praktikum dilakukan di Department of Biological Sciences, Universitas Tsukuba.
Para juri dari Indonesia selesai dengan menterjemahkan soal pada pukl 03.00. Selasa, 14-7-2009 Test Praktikum dimulai pukul 09.00 dan selesai pukul 17.00. Setiap bidang test harus diselesaikan oleh para siswa selama 90 menit.Para siswa diberi kesempatan istirahat dengan melakukan tour ke Pusat Penelitian Roket Jepang, Science Center, serta salah satu Kuil yang menjadi World Heritage, yaitu Nikko Toshugu. Selama para siswa melakukan tour, para Juri menterjemahkan 2 set soal Test Teori.
Diskusi dan penterjemahan soal berlangsung hari Rabu, 15-7-2009 dan diselesaikan selama sekitar 14 jam, walaupun ada beberapa delegasi yang bekerja hingga 18 jam.Kamis, 16-7-2009, seluruh siswa melakukan Test Teori di Universitas Tsukuba selama 4,5 jam dengan diselingi istirahat 1 jam untuk makan siang.Setelah melakukan koreksi hasil pemeriksaan Panitia setempat, para Juri melakukan moderasi dan berdiskusi mengenai penilaian serta jumlah medali yang akan diberikan.


Acara Penutupan IBO ke 20 dilakukan pada hari Sabtu, 18-7-2009, diawali dengan spesial seminar yang disampaikan oleh Prof. Dr. Makoto Asashima, salah satu ahli Biologi Perkembangan di dunia. Pada pukul 16.00 mulai diumumkan para pemenang yang meraih medali perunggu, perak dan emas. Dengan bangga, Tim IBO Indonesia 2009 berhasil mempersembahkan 1 Medali Emas yang diperoleh Anugerah Erlaut, 1 Medali Perak dari Irfan Haris dan 1 Medali Perunggu dari Elbert Wijaya. Hasil tersebut merupakan kerja keras para putra terbaik Indonesia, walaupun tidak lepas dari bantuan para pembina, pengajar, asisten, tutor, dan guru mereka, serta Departemen Pendidikan Nasional yang senantiasa membuat Program Olimpiade Internasional di bidang Biologi, Kimia, Fisika, Matematika, Komputer dan Astronomi berjalan dengan lancar.


Untuk mempersiapkan peserta IBO ke 21 tahun 2010 yang akan dilaksanakan di Korea Selatan, pada awal Agustus 2009, Depdiknas akan melakukan seleksi melakui ajang Olimpiade Sains Nasional yang akan diselenggarakan di Jakarta dari tanggal 3 – 9 Agustus 2009.
Koordinator


Tim IBO Indonesia
Dr. Agus Dana Permana
SITH – ITB

Tuesday, 21 July 2009

Kabar dari Pengurus IKAMAJA Jawa Timur

Tulisan di bawah ini surat dari Ikamaja Jawa Timur:

Assalamu'alaikum War. Wab.
Salam kangen pada Bapak, semoga Bapak dalam lindungan Allah SWT, kami atas nama pengurus Ikamaja Jawa Timur mengucapkan terima kasih yang tak terhingga pada Bapak, perlu Bapak ketahui bahwa anggota IKAMAJA di Jawa Timur telah melakukan aktivitas dibidang masing-masing apa yang telah dipelajari selama di Induk Semang, kami ingin selalu berkomunikasi dengan Bapak dengan e-mail apabila bapak berkenan agar bapak bisa mengetahui kegiatan teman-teman Ikamaja di Jawa Timur, dan tidak putus tali silaturahmi, kami nantinya juga ingin mengetahui alamat e-mail atau facebook dari Induk semang kami dan salam buat semuanya, terutama kepada Bapak. Dan ini program yang telah di laksanakan atas nama organisasi Ikamaja di Jawa Timur yaitu setiap 3 bulan sekali kita koordinasi semua anggota, untuk pendanaan kita telah melaksanakan penghijauan yang bekerja sama dengan Perhutani Kanwil Jawa Timur dengan program sejuta pohon, semoga ini bermanfaat untuk kita semua. dan banyak lagi program yang lain. Demikian, atas diterimanya dari kami semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum War. Wab.
Pengurus Ikamaja Jatim

Wednesday, 15 July 2009

Asia Cooperation Dialogue (ACD)

Chair’s Summary

Sixth Dialogue on Environmental Education
“Education on Biodiversity~ mainly measures for conservation of ecosystems in farming mountains and villages~”

On 10th and 11th June, the Sixth Dialogue on Environmental Education, Japan’s prime mover project within the framework of the Asia Cooperation Dialogue (ACD), was held in Nagano City under the theme of “Education on Biodiversity -measures for conservation of ecosystems in farming and mountain villages- .” Co-organized by the Ministry of Foreign Affairs of Japan, Nagano Prefecture, and United Nations University – Institute of Advanced Studies (UNU-IAS), the dialogue was composed of two parts. On the first day, site visits to the relevant facilities and institutions in Nagano area, Green Hills School and Afan Woodland, were organized; on the second day, the workshop was held which attracted some 50 participants and observers from 14 ACD countries, Nagano Prefecture, Nagano City, UNU-IAS, other relevant governmental and local institutes, and NGOs .

On 10th June, participants visited the following biodiversity related facilities and institutions in Nagano Prefecture: Nagano Environmental Conservation Research Institute, Green Hills Elementary School and C.W. Nicole Afan Woodland.

On 11th June, a workshop was conducted at Hotel Metropolitan Nagano. At the opening session, the participants were welcomed by H.E. Kuniko Ozaki, Ambassador for COP10 of the Convention on Biodiversity, Ministry of Foreign Affairs of Japan, followed by an opening speech by Mr. Yoshimasa Koshihara, Vice Governor of Nagano Prefecture.
Session 1, entitled “Introducing Each Country’s Measures and Activities on Conservation of Biodiversity in industry and/or Agriculture,” started with a presentation by a representative from Nagano City on the efforts and initiatives undertaken at municipal level. The Director of UNU-IAS Operating Unit Ishikawa/Kanazawa made a presentation on “Satoyama” and their engagement in preserving SATOYAMA. Participants from China and India then presented their countries’ efforts.

Session 2, entitled “Introducing Each Country’s Measures and Activities in preserving Biodiversity at community level,” began with a presentation on the efforts and initiatives undertaken by a representative of Nagano Nature Conservation Office, Ministry of the Environment, on its efforts in conserving the biodiversity through management of National Parks. A representative of Nagano Environmental Conservation Research Institute made a presentation on the challenges for the conservation of biodiversity in rural areas. A representative of UNU-IAS introduced its projects on biodiversity at Regional Canters of Expertise (RCE). Following these presentations, participants from Indonesia and Mongolia then presented their countries’ undertakings. Having shared information on the efforts and initiatives they had undertaken in the field of biodiversity as well as environmental education on biodiversity, participants engaged in a discussion of ways and means of promoting effective preservation of biodiversity, which was moderated by Ms. Suneetha Subramanian, Research Associate of UNU-IAS.

At the conclusion of the workshop, the Chair, Ms. Kikuko Kato, Principal Deputy Director of the Global Environment Division, Ministry of Foreign Affairs of Japan, summarized the discussion as follows:

Having heard presentations with concrete examples where human activities harmoniously contribute to the conservation of nature, while bringing good ecological services to humans in turn, the Participants acknowledged the importance of co-existence of humans and nature as exemplified in Satoyama and similar initiatives.

The Participants discussed, in particular:

l Issues related to biological diversity such as:
Ø Urbanization and its impact on biodiversity;
Ø Economic problems and its impact on biodiversity;
Ø What measures can be taken to address those problems;

l Issues related to education on biological diversity such as:
Ø Education for whom;
Ø What kind of tools and methodologies can be used for an effective education on biological diversity;

l Suggestions for good entry points on education on biological diversity included
Ø Flagship species, and endemic and threatened species;
Ø Biocultural landscape such as Satoyama as learning ground;
Ø Issue wise approach such as
² Business of biodiversity or products from biodiversity
² Certification (e.g. a certificate of harvest in an environmentally sound manner)
² Links between climate change and biodiversity
² Scientific research, property rights, ABS

As for way forward, it was proposed to create a loose network among the ACD Member Countries to continue to share information and expertise related to measures to preserve biodiversity as well as education on biodiversity. This proposal was welcomed by the Participants.

Next step towards making it effective would be done through follow-up correspondence among the Participants under the lead of the Chair. This would pave a small but practical step towards achieving 2010 Biodiversity Target and adopting post 2010 Biodiversity Target at COP 10 of the Convention on Biological Diversity to be held in Japan in 2010.

The Chair also announced that it was her intention to follow up this year’s dialogue by sending participants questionnaires in several months’ time, as had been done in the past, with a view to conducting the second round of dialogue on education on biological diversity within the framework of ACD sometime in the next year.

The Chair concluded this year’s dialogue by thanking all participants, co-organizers, and host city for their cooperation and announcing that the successful outcome would be reported to ACD Foreign Ministers this year.


Source: Asia Cooperation dialogue (ACD)