Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Wednesday, 29 July 2009

Pelajar Indonesia Juara Olimpiade Biologi

 
 Tiga Pelajar Indonesia Raih Juara International Olimpiade Internasional ke 20 di Tsukuba, Jepang
 
 
Indonesia raih 1 emas 1 perak dan 1 perunggu dalam kejuaraan Olimpiade Biologi Internasional ke 20 ( the 20th INTERNATIONAL BIOLOGY OLYMPIAD) di Tsukuba Jepang – July 12-19, 2009IBO ke 20 tahun 2009 telah diselenggarakan di Tsukuba, Jepang. Acara Olimpiade Biologi ini bertepatan dengan perayaan 200 tahun Charles Darwin serta 150 tahun publikasi “The Origin of Spesies”.

Acara IBO tahun ini diikuti oleh delegasi dari 56 negara dengan jumlah siswa 221 orang, ditambah 4 negara sebagai observer. Acara pembukaan hari Senin, 13 Juli 2009 dihadiri oleh Prince & Princess Akishimo sebagai Honorary President IBO ke 20. Chairperson Organizing Committee IBO ke 20, Dr. Hirro Imura dari Universitas Tsukuba mengawali acara pembukaan, dilanjutkan oleh sambutan dari Chairman IBO, Dr. Poonpipoe Kasemsap (Koordinator Tim IBO Thailand). Kemudian Menteri Pendidikan, Kultur, Sains & Teknologi Jepang, Mr. Ryu Shinoya; Chairman Japan Science Foundation, Dr. Akito Arima dan President University of Tsukuba, Dr. Nobuhiro Tamada. Prince & Princess Akishimo yang menghadiri acara pembukaan sejak 30 menit sebelum dimulainya acara juga memberikan sambutan sekaligus membuka acara IBO ke 20.


Prince & Princess Jepang terus mengikuti acara hingga melakukan ramah tamah dan bersantap siang bersama dengan para peserta. Empat (4) siswa IBO ke 20 yang mewakili Indonesia adalah: Anugerah Erlaut, siswa kelas XII, SMA Kharisma Bangsa, Tangerang. Pada OSN 2007 di Surabaya meraih Medali Emas dan mendapatkan The Best Teori. Pada IBO ke 19 tahun 2008 di India, Anugerah memperoleh Medali Perak.

Irfan Haris, siswa kelas X, SMAN 1 Pringsewu, Lampung. Pada OSN 2008 di Makasar meraih Medali Perak. Tahun 2007, Irfan mengikuti IJSO di Taiwan dan memperoleh Medali Perak.
Danang Crysnanto, siswa kelas XI, SMAN 1 Wonogiri. Pada OSN 2008 di Makasar meraih Medali Perunggu.

Elbert Wijaya, siswa kelas XII, SMANK 1 Penabur Jakarta, Pada OSN 2008 di Makasar meraih Medali Perak.Ke empat siswa di dampingi Pembina Tim IBO Indonesia, yaitu: Dr. Agus Dana Permana; Dr. Maelita R. Moeis; Dr. Devi Nandita Choesin; dan Dr. Iriawati dari SITH – ITB, Dr. Sucipto Hariyanto dari Biologi UNAIR, serta Ir. Gunardi Sihhatmanahadi dari DEPDIKNAS.
Setelah pembukaan, sekitar pukul 14.00 waktu setempat para pembina yang bertindak sebagai Juri mulai melakukan diskusi dan penterjemahan 4 set soal Test Praktikum, yaitu : 1) Anatomi Hewan dan Tumbuhan : Anatomi ulat sutera (Bombix mori), bunga dan buah Vigna angularis (sejenis tanaman kacang); 2) Biokimia dan Biologi Molekuler : Penetuan aktifitas enzim asam fosfatase yang dilihat berdasarkan reaksi fosfatase dari perubahan absorbansi karena perubahan konsentrasi yang diukur dengan spektrofotometer; 3) Genetika : Karakter berbagai lalat buah yang sangat sering digunakan sebagai studi Genetika, serta pigmen matanya yang dilihat dengan cara kromatografi dan analisis proteinnya dengan elktroforesis; 4) Fisiologi Sel : Bentuk dan jumlah sel ragi yang berproliferasi, serta mekanisme pergerakan regenerasi alga uniseluler. Seluruh Test Praktikum dilakukan di Department of Biological Sciences, Universitas Tsukuba.
Para juri dari Indonesia selesai dengan menterjemahkan soal pada pukl 03.00. Selasa, 14-7-2009 Test Praktikum dimulai pukul 09.00 dan selesai pukul 17.00. Setiap bidang test harus diselesaikan oleh para siswa selama 90 menit.Para siswa diberi kesempatan istirahat dengan melakukan tour ke Pusat Penelitian Roket Jepang, Science Center, serta salah satu Kuil yang menjadi World Heritage, yaitu Nikko Toshugu. Selama para siswa melakukan tour, para Juri menterjemahkan 2 set soal Test Teori.
Diskusi dan penterjemahan soal berlangsung hari Rabu, 15-7-2009 dan diselesaikan selama sekitar 14 jam, walaupun ada beberapa delegasi yang bekerja hingga 18 jam.Kamis, 16-7-2009, seluruh siswa melakukan Test Teori di Universitas Tsukuba selama 4,5 jam dengan diselingi istirahat 1 jam untuk makan siang.Setelah melakukan koreksi hasil pemeriksaan Panitia setempat, para Juri melakukan moderasi dan berdiskusi mengenai penilaian serta jumlah medali yang akan diberikan.


Acara Penutupan IBO ke 20 dilakukan pada hari Sabtu, 18-7-2009, diawali dengan spesial seminar yang disampaikan oleh Prof. Dr. Makoto Asashima, salah satu ahli Biologi Perkembangan di dunia. Pada pukul 16.00 mulai diumumkan para pemenang yang meraih medali perunggu, perak dan emas. Dengan bangga, Tim IBO Indonesia 2009 berhasil mempersembahkan 1 Medali Emas yang diperoleh Anugerah Erlaut, 1 Medali Perak dari Irfan Haris dan 1 Medali Perunggu dari Elbert Wijaya. Hasil tersebut merupakan kerja keras para putra terbaik Indonesia, walaupun tidak lepas dari bantuan para pembina, pengajar, asisten, tutor, dan guru mereka, serta Departemen Pendidikan Nasional yang senantiasa membuat Program Olimpiade Internasional di bidang Biologi, Kimia, Fisika, Matematika, Komputer dan Astronomi berjalan dengan lancar.


Untuk mempersiapkan peserta IBO ke 21 tahun 2010 yang akan dilaksanakan di Korea Selatan, pada awal Agustus 2009, Depdiknas akan melakukan seleksi melakui ajang Olimpiade Sains Nasional yang akan diselenggarakan di Jakarta dari tanggal 3 – 9 Agustus 2009.
Koordinator


Tim IBO Indonesia
Dr. Agus Dana Permana
SITH – ITB

Tuesday, 21 July 2009

Kabar dari Pengurus IKAMAJA Jawa Timur

Tulisan di bawah ini surat dari Ikamaja Jawa Timur:

Assalamu'alaikum War. Wab.
Salam kangen pada Bapak, semoga Bapak dalam lindungan Allah SWT, kami atas nama pengurus Ikamaja Jawa Timur mengucapkan terima kasih yang tak terhingga pada Bapak, perlu Bapak ketahui bahwa anggota IKAMAJA di Jawa Timur telah melakukan aktivitas dibidang masing-masing apa yang telah dipelajari selama di Induk Semang, kami ingin selalu berkomunikasi dengan Bapak dengan e-mail apabila bapak berkenan agar bapak bisa mengetahui kegiatan teman-teman Ikamaja di Jawa Timur, dan tidak putus tali silaturahmi, kami nantinya juga ingin mengetahui alamat e-mail atau facebook dari Induk semang kami dan salam buat semuanya, terutama kepada Bapak. Dan ini program yang telah di laksanakan atas nama organisasi Ikamaja di Jawa Timur yaitu setiap 3 bulan sekali kita koordinasi semua anggota, untuk pendanaan kita telah melaksanakan penghijauan yang bekerja sama dengan Perhutani Kanwil Jawa Timur dengan program sejuta pohon, semoga ini bermanfaat untuk kita semua. dan banyak lagi program yang lain. Demikian, atas diterimanya dari kami semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum War. Wab.
Pengurus Ikamaja Jatim

Wednesday, 15 July 2009

Asia Cooperation Dialogue (ACD)

Chair’s Summary

Sixth Dialogue on Environmental Education
“Education on Biodiversity~ mainly measures for conservation of ecosystems in farming mountains and villages~”

On 10th and 11th June, the Sixth Dialogue on Environmental Education, Japan’s prime mover project within the framework of the Asia Cooperation Dialogue (ACD), was held in Nagano City under the theme of “Education on Biodiversity -measures for conservation of ecosystems in farming and mountain villages- .” Co-organized by the Ministry of Foreign Affairs of Japan, Nagano Prefecture, and United Nations University – Institute of Advanced Studies (UNU-IAS), the dialogue was composed of two parts. On the first day, site visits to the relevant facilities and institutions in Nagano area, Green Hills School and Afan Woodland, were organized; on the second day, the workshop was held which attracted some 50 participants and observers from 14 ACD countries, Nagano Prefecture, Nagano City, UNU-IAS, other relevant governmental and local institutes, and NGOs .

On 10th June, participants visited the following biodiversity related facilities and institutions in Nagano Prefecture: Nagano Environmental Conservation Research Institute, Green Hills Elementary School and C.W. Nicole Afan Woodland.

On 11th June, a workshop was conducted at Hotel Metropolitan Nagano. At the opening session, the participants were welcomed by H.E. Kuniko Ozaki, Ambassador for COP10 of the Convention on Biodiversity, Ministry of Foreign Affairs of Japan, followed by an opening speech by Mr. Yoshimasa Koshihara, Vice Governor of Nagano Prefecture.
Session 1, entitled “Introducing Each Country’s Measures and Activities on Conservation of Biodiversity in industry and/or Agriculture,” started with a presentation by a representative from Nagano City on the efforts and initiatives undertaken at municipal level. The Director of UNU-IAS Operating Unit Ishikawa/Kanazawa made a presentation on “Satoyama” and their engagement in preserving SATOYAMA. Participants from China and India then presented their countries’ efforts.

Session 2, entitled “Introducing Each Country’s Measures and Activities in preserving Biodiversity at community level,” began with a presentation on the efforts and initiatives undertaken by a representative of Nagano Nature Conservation Office, Ministry of the Environment, on its efforts in conserving the biodiversity through management of National Parks. A representative of Nagano Environmental Conservation Research Institute made a presentation on the challenges for the conservation of biodiversity in rural areas. A representative of UNU-IAS introduced its projects on biodiversity at Regional Canters of Expertise (RCE). Following these presentations, participants from Indonesia and Mongolia then presented their countries’ undertakings. Having shared information on the efforts and initiatives they had undertaken in the field of biodiversity as well as environmental education on biodiversity, participants engaged in a discussion of ways and means of promoting effective preservation of biodiversity, which was moderated by Ms. Suneetha Subramanian, Research Associate of UNU-IAS.

At the conclusion of the workshop, the Chair, Ms. Kikuko Kato, Principal Deputy Director of the Global Environment Division, Ministry of Foreign Affairs of Japan, summarized the discussion as follows:

Having heard presentations with concrete examples where human activities harmoniously contribute to the conservation of nature, while bringing good ecological services to humans in turn, the Participants acknowledged the importance of co-existence of humans and nature as exemplified in Satoyama and similar initiatives.

The Participants discussed, in particular:

l Issues related to biological diversity such as:
Ø Urbanization and its impact on biodiversity;
Ø Economic problems and its impact on biodiversity;
Ø What measures can be taken to address those problems;

l Issues related to education on biological diversity such as:
Ø Education for whom;
Ø What kind of tools and methodologies can be used for an effective education on biological diversity;

l Suggestions for good entry points on education on biological diversity included
Ø Flagship species, and endemic and threatened species;
Ø Biocultural landscape such as Satoyama as learning ground;
Ø Issue wise approach such as
² Business of biodiversity or products from biodiversity
² Certification (e.g. a certificate of harvest in an environmentally sound manner)
² Links between climate change and biodiversity
² Scientific research, property rights, ABS

As for way forward, it was proposed to create a loose network among the ACD Member Countries to continue to share information and expertise related to measures to preserve biodiversity as well as education on biodiversity. This proposal was welcomed by the Participants.

Next step towards making it effective would be done through follow-up correspondence among the Participants under the lead of the Chair. This would pave a small but practical step towards achieving 2010 Biodiversity Target and adopting post 2010 Biodiversity Target at COP 10 of the Convention on Biological Diversity to be held in Japan in 2010.

The Chair also announced that it was her intention to follow up this year’s dialogue by sending participants questionnaires in several months’ time, as had been done in the past, with a view to conducting the second round of dialogue on education on biological diversity within the framework of ACD sometime in the next year.

The Chair concluded this year’s dialogue by thanking all participants, co-organizers, and host city for their cooperation and announcing that the successful outcome would be reported to ACD Foreign Ministers this year.


Source: Asia Cooperation dialogue (ACD)


Sunday, 12 July 2009

Refleksi Kegagalan KTT di Pattaya

 

Beberapa Refleksi Kegagalan KTT di Pattaya

 

Pada bulan April lalu, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN Plus Three (APT), KTT Asia Timur (EAS), serta pertemuan terkait ASEAN lainnya dibatalkan meskipun seluruh pemimpin negara peserta telah tiba di lokasi konferensi di Pattaya, Thailand. Pembatalan ini terjadi setelah serangkaian penundaan sejak pertama kali ditangguhkan pada Desember 2008. Keputusan untuk membatalkan pertemuan diambil setelah para pengunjuk rasa anti-pemerintah menyerbu lokasi konferensi—suatu kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah ASEAN. Meskipun demikian, satu-satunya pertemuan yang tetap berlangsung adalah KTT Trilateral Jepang-Tiongkok-Korea Selatan (ROK) yang diadakan di lokasi berbeda, yang setidaknya memberikan sedikit penghiburan atas peristiwa tersebut.

 

Kekacauan di Pattaya jelas merupakan kejadian di luar kendali (force majeure) yang dipicu oleh dinamika politik dalam negeri Thailand. Namun, peristiwa ini terjadi di tengah latar belakang peristiwa sebelumnya, yaitu mulai berlakunya Piagam ASEAN. Awalnya, ASEAN berencana merayakan momentum tersebut dalam KTT yang akan diadakan di Thailand pada Desember 2008, tetapi akhirnya perayaan tersebut dialihkan ke Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN yang diadakan di Jakarta pada bulan yang sama. Sementara itu, KTT ASEAN sendiri baru dapat diselenggarakan pada akhir Februari 2009 dan pada 1 Maret menghasilkan Deklarasi Cha Am-Hua Hin tentang Peta Jalan Komunitas ASEAN (2009-2015).

 

Pemerintah Thailand telah berupaya keras untuk menjadwal ulang dan merelokasi KTT APT, EAS, serta pertemuan lainnya, tetapi upaya tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan. Harus diakui bahwa momentum pembangunan komunitas Asia Timur dalam kerangka APT dan ASEAN Plus Six mengalami hambatan hingga tingkat tertentu. Selain itu, sesuai dengan ketentuan dalam Piagam ASEAN, mulai tahun ini masa jabatan Ketua ASEAN diubah menjadi berdasarkan tahun kalender. Dengan demikian, pemerintah Thailand akan tetap memegang posisi Ketua ASEAN, yang sebelumnya diserahkan oleh Singapura, selama periode 18 bulan hingga Desember 2009. Hal ini berarti bahwa waktu dan prospek keberhasilan penyelenggaraan KTT ASEAN, KTT ASEAN+3, dan KTT Asia Timur sangat bergantung pada perkembangan politik domestik di Thailand.

 

Dalam situasi tersebut, wajar jika muncul kekhawatiran dari beberapa anggota utama ASEAN, seperti Indonesia—yang merupakan tempat Sekretariat ASEAN dan memiliki kepentingan khusus serta tanggung jawab terhadap kelangsungan organisasi ASEAN—bahwa penyelenggaraan pertemuan tingkat tinggi ASEAN tidak boleh terus-menerus bergantung pada gejolak politik negara Ketua ASEAN saat ini, yaitu Thailand. Oleh karena itu, muncul gagasan agar ASEAN bersikap lebih fleksibel dalam menentukan lokasi pertemuan, termasuk mempertimbangkan Jakarta sebagai alternatif jika diperlukan, mengingat Sekretariat ASEAN berada di sana. Namun, hingga saat ini, ASEAN menolak opsi tersebut.

 

Di kawasan ini, telah terbentuk konsensus bahwa ASEAN harus berada di posisi pengendali ("driver’s seat") dalam upaya membangun komunitas regional. Namun, perkembangan terbaru mungkin menuntut peninjauan ulang terhadap pandangan tersebut. Sementara itu, KTT Trilateral Jepang-Tiongkok-Korea Selatan yang pertama berhasil diselenggarakan di Fukuoka pada Desember 2008 di luar kerangka KTT ASEAN, yang menjadi contoh penting dari upaya kerja sama regional yang dilakukan secara mandiri tanpa keterlibatan ASEAN.

 

Pada 27 April, Menteri Luar Negeri Jepang, Nakasone Hirofumi, mengundang seluruh duta besar negara peserta KTT EAS ke sebuah resepsi di Tokyo, di mana ia menjelaskan pidato kebijakan Perdana Menteri Jepang, Aso Taro, yang sebenarnya telah disiapkan untuk KTT di Pattaya. Pidato tersebut membahas kontribusi Jepang bagi Asia dalam menghadapi krisis ekonomi dan keuangan global saat ini. Selain itu, dalam pertemuan tahunan Trilateral Commission yang baru-baru ini diadakan di Tokyo, seorang delegasi dari Tiongkok menyampaikan gagasan baru dengan menekankan pentingnya memperkuat kerja sama regional di antara negara-negara ASEAN Plus Six. Sementara itu, di Amerika Serikat, Kurt M. Campbell telah dinominasikan sebagai Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik, yang menandakan adanya perubahan kebijakan diplomasi AS serta perhatian baru terhadap inisiatif Asia Timur.

 

Dengan berbagai dinamika yang terus berkembang di kawasan, sementara kerja sama regional antarnegara ASEAN tampak mengalami stagnasi, semakin besar harapan agar para pejabat pemerintah, akademisi, dan pemimpin bisnis dari negara-negara ASEAN Plus Six, Amerika Serikat, serta negara lain yang memiliki kepentingan, dapat secara aktif mengeksplorasi inisiatif baru untuk kerja sama regional. Diharapkan pula mereka dapat menghasilkan gagasan-gagasan segar melalui pertukaran pandangan yang jujur dan konstruktif.

 

SUMBER :

ISHIGAKI Yasuji. Some Reflections on Aborted Summit in Pattaya. Delegate for Japan to AALCO. Former Professor of Tokai University. "CEAC Commentary", June 26, 2009.