Jepang dikenal sebagai salah satu negara yang paling inovatif di dunia, dengan pencapaian luar biasa dalam bidang sains dan teknologi. Berdasarkan survei terbaru yang diterbitkan oleh Biro Statistik Jepang pada Desember 2023, pengeluaran Jepang untuk penelitian dan pengembangan (R&D) pada tahun 2022 mencapai ¥20,70 triliun. Ini adalah kenaikan sebesar 4,9% dibandingkan tahun sebelumnya, dan menghabiskan 3,65% dari produk domestik bruto (PDB) mereka. Dari angka ini, sebagian besar dana R&D, yaitu 73,1%, berasal dari sektor swasta, yang menunjukkan betapa kuatnya peran perusahaan Jepang dalam mendorong inovasi. Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan bisnis di Jepang menginvestasikan ¥15,13 triliun untuk R&D pada tahun 2022, meningkat 6,4% dari tahun sebelumnya. Tak heran jika Jepang menempati posisi kelima dalam Nature Index 2023 dan menjadi rumah bagi banyak peneliti pemenang Nobel.
Namun, di balik angka-angka ini terdapat sistem yang sangat terstruktur dan kolaboratif yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan di Jepang. Pemerintah Jepang, melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi (MEXT), memainkan peran penting sebagai pendana utama serta koordinator kebijakan sains dan teknologi. Sektor swasta juga berkolaborasi dengan berbagai lembaga pemerintah untuk mencapai kemajuan ilmiah yang pesat. Kantor Kabinet Jepang, misalnya, memimpin kerjasama internasional dalam bidang sains, seperti dalam forum G7, dan mengkoordinasikan berbagai proyek R&D besar, seperti Program R&D Moonshot.
Salah satu kebijakan penting yang diterapkan Jepang adalah Rencana Dasar Sains, Teknologi, dan Inovasi Ke-6, yang menetapkan prioritas besar untuk tahun 2021-2025. Dalam rencana ini, Jepang mengidentifikasi tiga pilar utama: pertama, reformasi struktur sosial dengan pemanfaatan teknologi digital, kedua, penguatan kapasitas riset di berbagai sektor, dan ketiga, pengembangan sumber daya manusia, dengan fokus pada peningkatan "kemampuan untuk mengeksplorasi ide" serta "mindset pembelajaran berkelanjutan."
Dalam hal pendanaan R&D, Jepang memiliki empat lembaga utama yang bertanggung jawab untuk mengalokasikan dana publik kompetitif. Japan Society for the Promotion of Science (JSPS), misalnya, menyediakan hibah penelitian yang mendukung penelitian ilmiah dasar dan menawarkan beasiswa untuk kolaborasi internasional. Sementara itu, Japan Science and Technology Agency (JST) bertugas untuk menyediakan pendanaan yang lebih terfokus pada kebijakan sains dan inovasi nasional. Di bidang medis, Japan Agency for Medical Research and Development (AMED) mendanai penelitian mulai dari riset dasar hingga uji klinis, sementara New Energy and Industrial Technology Development Organisation (NEDO) memfokuskan pendanaan pada teknologi industri dan komersialisasi inovasi.
Pendekatan Jepang dalam sains juga menekankan pentingnya institusi pendidikan tinggi dan lembaga penelitian nasional dalam menciptakan inovasi. Negara ini memiliki 86 universitas nasional, 102 universitas negeri, dan 622 universitas swasta, serta 27 institusi penelitian nasional. Di bawah kepemimpinan kementerian yang berbeda, setiap institusi ini berperan sebagai pusat inovasi yang mendukung kebutuhan masyarakat dan negara. Inisiatif World Premier International Research Centre (WPI) misalnya, bertujuan untuk mendirikan pusat riset kelas dunia yang dapat menarik peneliti terbaik dari seluruh dunia. Saat ini, ada 17 pusat WPI di Jepang, di mana sekitar 40% penelitinya berasal dari luar negeri, dan bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar utama.
Melalui sistem yang terorganisir dan kolaboratif ini, Jepang berhasil menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penelitian dan inovasi. Negara ini tidak hanya berfokus pada kemajuan ilmiah domestik, tetapi juga aktif dalam memperluas jangkauan riset global dengan menjalin kerjasama internasional. Dengan demikian, Jepang menjadi contoh inspiratif bagi negara-negara lain yang ingin mengembangkan ekosistem sains dan inovasi yang kuat, baik di sektor publik maupun swasta.
Melihat keberhasilan Jepang dalam sains dan teknologi, banyak pelajaran yang dapat diambil oleh negara-negara lain dalam membangun infrastruktur penelitian yang mendukung kemajuan ilmiah. Fokus pada peningkatan kolaborasi, penyediaan pendanaan yang cukup, dan pengembangan sumber daya manusia merupakan langkah-langkah penting yang dapat dijadikan contoh oleh Indonesia dalam riset dan inovasi di bidang pertanian untuk mencapai kemajuan serupa.
SUMBER
Pudjiatmoko. Pembelajaran dari Sistem Sains dan Inovasi di Jepang. Tabloid Sinar Tani. 26 Februari 2025. https://tabloidsinartani.com/detail/indeks/kolom/24943-Pembelajaran-dari-Sistem-Sains-dan-Inovasi-di-Jepang.
No comments:
Post a Comment