Lanskap Sains dan Inovasi di Jepang
1. Fakta Sains dan Inovasi di Jepang
Menurut Hasil Survei Penelitian dan Pengembangan yang diterbitkan oleh Biro Statistik Jepang pada Desember 2023, total pengeluaran Jepang untuk R&D pada Tahun Anggaran 2022 mencapai ¥20,70 triliun, meningkat 4,9% dibandingkan dengan pengeluaran R&D pada tahun fiskal sebelumnya. Pengeluaran untuk R&D sebagai persentase dari PDB adalah 3,65%, meningkat 0,09% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2,91% untuk Inggris pada tahun 2021). Sebagian besar (73,1%) dari pengeluaran R&D Jepang berasal dari sektor swasta. Perusahaan bisnis menginvestasikan ¥15,13 triliun untuk R&D pada Tahun Anggaran 2022, meningkat 6,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Universitas menyumbang 18,6% dengan investasi ¥3,84 triliun, meningkat 1,5% dibandingkan tahun sebelumnya.
Jepang menempati peringkat ke-5 dalam Nature Index 2023 (Inggris berada di peringkat ke-4) dan peringkat ke-13 dalam Global Innovation Index 2023 (Inggris berada di peringkat ke-4), dengan Tokyo-Yokohama terperingkat sebagai klaster Sains dan Teknologi teratas secara global pada tahun 2023. Sejak tahun 2000, Jepang telah menerima jumlah Nobel terbanyak kedua dalam bidang ilmu pengetahuan alam.
2. Sistem Sains dan Inovasi Jepang
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi (MEXT) adalah pendana utama penelitian dan koordinator kebijakan Sains dan Teknologi (S&T) di Jepang. Kantor Kabinet Jepang memimpin kerjasama sains multilateral seperti G7, serta mengkoordinasikan proyek R&D lintas kementerian seperti Program R&D Moonshot dan Program SIP. Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) mengurus kerjasama dalam bidang sains industri dan inovasi. Saran sains untuk pemerintah diberikan melalui penasihat sains individu serta melalui Dewan Sains, Teknologi, dan Inovasi (CSTI) dan Dewan Sains Jepang (SCJ). Setiap kementerian, termasuk Kabinet, MOFA, MEXT, dan METI, memiliki Penasihat Sains dan Teknologi untuk Menteri.
Rencana Dasar Sains, Teknologi, dan Inovasi Ke-6 adalah rencana strategis utama Jepang yang disetujui oleh Kantor Kabinet Jepang, dan menetapkan prioritas Jepang untuk tahun 2021-2025. Tiga pilar utama kebijakan ini adalah: reformasi struktur sosial yang didasarkan pada pemanfaatan teknologi digital, penguatan kapasitas riset, dan pengembangan sumber daya manusia (penguatan "kemampuan untuk mengeksplorasi ide" dan "mindset pembelajaran berkelanjutan").
Empat lembaga pendanaan berikut bertanggung jawab untuk mengalokasikan sebagian besar dana publik kompetitif untuk R&D di Jepang: Japan Society for the Promotion of Science (JSPS), Japan Science and Technology Agency (JST), Japan Agency for Medical Research and Development (AMED), dan New Energy and Industrial Technology Development Organisation (NEDO).
JSPS memiliki anggaran terbesar dan menyediakan pendanaan kompetitif secara bottom-up melalui hibah untuk penelitian ilmiah. JSPS juga menawarkan beasiswa inbound dan outbound untuk mendorong kolaborasi internasional. JST menyediakan pendanaan top-down yang bertujuan untuk melaksanakan kebijakan sains dan inovasi nasional. NEDO berafiliasi dengan METI dan mempromosikan R&D serta komersialisasi teknologi industri. AMED mendanai R&D terintegrasi dalam bidang medis mulai dari penelitian dasar hingga uji klinis.
Penelitian sektor publik di Jepang dilakukan di lembaga penelitian khusus dan institusi pendidikan tinggi. Pada tahun 2023, terdapat 86 universitas nasional, 102 universitas negeri, dan 622 universitas swasta di Jepang. Jepang juga memiliki 27 institusi penelitian nasional. Setiap institusi berada di bawah yurisdiksi suatu kementerian dan diharapkan berfungsi sebagai basis untuk inovasi terbuka yang mendukung kebutuhan nasional dan masyarakat. Inisiatif World Premier International Research Centre (WPI) bertujuan untuk mendirikan pusat keunggulan yang dapat bersaing di tingkat global dan menarik peneliti terbaik dari seluruh dunia. Yang diselenggarakan oleh universitas dan institusi penelitian nasional, saat ini terdapat 17 pusat. Bahasa kerja di Pusat WPI adalah bahasa Inggris dan sekitar 40% penelitinya berasal dari luar negeri.
SUMBER:
https://www.gov.uk/government/publications/japan-uk-science-and-innovation-network-summary/
No comments:
Post a Comment