Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Saturday 30 August 2008

Japan to evaluate foreign flu vaccine

Clinical trials of prepandemic flu vaccine developed by GlaxoSmithKline (GSK) PLC will start in Japan next month, the company’s Japan unit said Thursday.

GSK K.K. plans to file an application with the health, Labor and Welfare Ministry possibly next year, for the vaccine’s adoption for the government’s stockpiling program.

Currently, all prepandemic vaccines stockpiled by the government are domestically developed. GSK’s vaccine would be the first foreign-made one to be stockpiled in Japan if approved.

The government has stored prepandemic flu vaccines for a bout 20 million people and plans to add vaccines for another 10 million.

Like domestically produced vaccines GSK’s vaccines was made from the H5N1 strain of bird flu virus, which has been spreading in Asia. But its vaccine has a unique immunity enhancing agent, GSK said.

The vaccine uses only a small amount of antigens, the company said, adding it has proved effective against viruses in other countries.

The European Union has already approved GSK’s vaccine, prompting some of its 27 member countries to stockpile it as a prepandemic vaccine.

The health ministry decided Wednesday to designate the vaccine as a pharmaceutical product for rare diseases, which are eligible for priority screening for government approval and development subsidies.

Source: Japan Times, August 29, 2008

CPI up 2.4%; biggest rise since 1992

Consumer price inflation grew 2.4 percent in July from a year earlier, the fastest rate of increase in more than 16 years, the government said Friday.

The nationwide consumer price index, which excluded volatile fresh food price, rose for 10th straight month to 103,4 against a base of 1000 for 2005. The rise was due to gasoline and utility price hikes and added to evidence that rising energy costs are weighing down the economy, the Internal Affairs and communications Ministry said in preliminary report. “I’m very concerned”, economic and fiscal policy minister Kaoru Yosano said after the release of the data, adding that the lack of wage hikes will only weaken domestic demand.

The minister also warned that also warned that the prices are expected to increase further as companies have yet to fully transfer rises in energy and materials costs onto product prices.

Excluding a one-year period during which consumer prices rose as a result of the April 1997 consumption tax hike, the headline reading was the fastest increase since June 1992, when the index expanded 2.5 percent. The rise was almost in line with the average market forecast of a 2.3 percent rise in a Kyodo News survey.

Energy costs as a whole grew 17.4 percent year on year. Petroleum product climbed 28.8 percent, with kerosene up 53.2 percent and gasoline prices rising 28.8 percent.

Utility costs were also higher. Electricity prices rose 5.4 percent and those for natural gas grew 5.9 percent.

Prices for nonperishable foods grew 3.8 percent due partly to higher grain prices. Bread prices increased 20.1 percent. Those for instant noodle rose 20.6 percent, with spaghetti up 32.0 percent and Chocolate up 27.6 percent.

Hiroko Iwaki, an analyst at the Development Bank of Japan, said the core CPI may have peaked in July, but that even as pace of increase slows, the index is expected to remain at relatively high levels of around 2 percent.

Source: Japan Times, August 30, 2008

Thursday 28 August 2008

Perjalanan Mantan Kenshusei Menuju Pasca Sarjana Shinshu University

oleh HERI KURNIANTA
Mahasiswa Pascasarjana Program Ekonomi Pertanian Universitas Shinshu, Jepang

You are what you think you are. Kamu adalah apa yang kamu pikirkan.

Terlahir 29 tahun yang lalu di desa kecil di ujung bagian timur propinsi DIY, tepatnya di Dusun Karangwuni, Desa Karangwuni, Rongkop, Gunungkidul,Yogyakarta. Gunungkidul terkenal sebagai daerah kritis dan langganan kekeringan. Begitupun di desaku, tanpa ada sumber air selain hujan, air bagaikan berlian yang hanya bagian dari impian penduduknya sampai sekarang ini juga, walaupun pipa air telah merentang beberapa tahun lalu, tapi tetesan air tak kunjung ada.
Bapakku seorang pekerja magang di kecamatan Rongkop waktu itu, yang selanjutnya menjadi PNS sebagai Mantri Hewan ketika aku telah pertengahan SD. Ibuku seorang petani.

Belajar dalam gelap tanpa listrik, berjalan dalam lumpur ketika hujan dan panas berdebu ketika kemarau adalah keseharian yang menghiasi perjalananku menuju bangunan tempat aku mencari ilmu (SD Karangwuni II, 1 km, SMPN Semugih, 3 km). Alhamdullillah listrik telah bisa aku nikmati ketika kelas 2 SMP dan jalan itu sekarang telah berblockcor, walaupun aspal yang kami harapkan (yang juga pernah kami mengajukan proposal bersama dengan mahasiswa-mahasiswa sekampung ketika aku S1) belum terealisasi. Mungkin masih banyak hal yang lebih penting untuk dibiayai. Tetapi seperti apa yang terucap sebagai doa, semoga pemangku jabatan itu selalu bijaksana dalam keputusannya, amiien.

Setelah lulus SMP aku meneruskan ke SMU 2 Wonosari, di ibukota kabupaten Gunungkidul, yang berjarak 30 km dari rumahku. 3 km harus aku lalui dengan jalan kaki sampai di jalan besar, selanjutnya angkutan yang akan membawaku sampai di wonosari dengan Rp 300,-.Di dalam keterbatasan disitulah terdapat kekuatan yang luar biasa.

Keterbatasan biaya ternyata tidak menyurutkan semangat orangtuaku untuk tetap menyekolahkan aku di perguruan tinggi. Walau tidak diterima di perguruan tinggi negeri(karena memang bodoh?!!, dan sesuatu yang tidak memungkinkan saya diterima), aku meneruskan ke universitas swasta (Universitas Wangsa Manggala yang sekarang menjadi Universitas Mercu Buana Yogyakarta). Kalau kita menyadari, sesungguhnya keputusan Allah adalah keputusan terbaik dan terindah untuk kita, hanya kadang kita yang tidak bisa menerima kenyataan, tidak ridho, padahal kita belum mengetahui rahasia besar dibalik keputusan-Nya.

Aku selesaikan kuliahku pada tahun 2001, dan aku sebenarnya diterima bekerja di peternakan sapi di Bekasi (seleksi sebelum lulus kuliah). Tapi bapak ibuku tidak mengijinkannya.

Ada semangat yang besar untuk melanjutkan sekolah keluar negeri walaupun waktu itu tidak punya biaya sama sekali. Aku bercita-cita melanjutkan S2 di Australia atau Selandia Baru. Dengan penuh semangat aku mengikuti kursus TOEFL di laboratorium bahasa inggris di Universitas Wangsa Manggala sampai akhirnya aku menjadi asisten untuk English Conversation sekalian mencari informasi beasiswa keluar negeri. Tapi predikat pengangguran tanpa uang memaksaku berpikir mencari penghasilan.
Kuhubungi temen-temenku yang pengusaha peternakan ayam. Kutanya harga jagung untuk pakan ayamnya. Kumulai lobi untuk mensuplai jagung dengan harga bibawah harga pasar dengan cara memutus rantai pemasaran (kebetulan ditempatku sedang musim panen jagung). Pengiriman 1 rit truk (5 ton) untuk setiap pengiriman dengan uang dimuka. 5 ton adalah kebutuhan untuk 1 bulan, berarti pengiriman aku lakukan setiap bulan sampai musim jagung di tempatku habis. Bisnis awal ini berjalan lancar dan sukses karena biaya kirim dapat ditutupi dengan menjual pasir yang dibawa truk sekembalinya dari kirim jagung.

Selanjutnya aku juga mensuplai ayam-ayam siap telur ( umur 3 bulan) dengan model yang sama, uang muka sebagian untuk membeli DOC, dan selanjunya perminggu aku ambil lagi untuk membeli pakannya. Kandangpun aku memimjam kandang milik teman yang sedang kosong sekalian untuk memeliharanya dengan sistem bagi hasil. Ini adalah awal usahaku yang benar-benar tanpa modal uang. Untuk memulai menjadi entrepreneur(wiraswasta) tidak harus bermodal uang tetapi bermodal semangat yang kuat untuk maju, waktu yang tersedia gratis ini adalah modal utama untuk mencari banyak ilmu, pengalaman dan relasi.

Bisnisku masih berlanjut, dengan tambahan uang 5 juta hasil hutang ke BRI dengan jaminan tanah simbah(kakek), aku buat kandang ayam, kemudian kubuat lagi satu kandang untuk puyuh dengan system kemitraan, sampai akhirnya aku bisa membeli mobil pick-up. Tetapi aku lebih banyak di jogja,membantu mengelola bisnis temanku, sementara peternakan diurusi anak kandang. Untuk memberdayakan mobil pick-up, aku mengambil barang kebutuhan pokok dari toko grosir di yogyakarta, telur dari kulonprogro, kelapa dari purworejo dan kulonprogo untuk dijual ke toko-toko di wilayahku dengan mengambil tenaga sales dari tetangga, sementara aku bertugas belanja barang dan aku kirim pakai mobil teman dari jogja. Aku juga merambah bisnis penjualan kayu dan meubel. Dan dengan uang hasil hutangan dari BMT dengan jaminan BPKB mobil (hutang di BRI sudah lunas) aku juga membuat warung bakso dan mie ayam sampai 2 tempat, dan produksi bakpia (tapi sampai sekarang aku tidak bisa membuat bakso, mie ayam apalagi bakpia). Walaupun tidak semua bisnis yang aku jalankan menguntungkan secara finansial, tetapi banyak pengalaman dan pelajaran yang aku dapatkan. Kegagalan juga merupakan kesuksesan, yaitu sukses mengetahui penyabab kegagalan, disana kita bisa introspeksi memperbaiki kesalahan.

Di tahun 2004 dengan informasi dari paman saya yang anggota KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) Kabupaten Gunungkidul, aku ikut seleksi program magang Jepang mewakili pemuda tani Gunungkidul. Setelah tahapan seleksi kabupaten dan propinsi selesai, aku dinyatakan lulus sebagai calon peserta magang mewakili DIY. Aku tinggalkan semua bisnisku menunggu keberangkatanku ke Jepang. Aku yakin ini jalan
Allah menuju kehidupannku yang lebih baik.

Aku berangkat ke Jepang awal bulan april 2005, tanpa kemampuan bahasa jepang, bahkan belum hafal katakana hiragana. Kuinjakkan kakiku di Jepang dengan semangat “aku harus bisa bahasa Jepang, dan aku harus berubah”. Setelah pembekalan di Propinsi Ibaraki aku mendapat jatah magang di peternakan ayam di Propinsi Wakayama, sebuah propinsi di dekat Osaka. Disinilah aku menjalani kehidupan yang paling pahit yang pernah aku alami sebagai manusia, disinilah tetesan airmataku kering terkuras.
Banyak surat surat simpatik dari teman-teman kenshusei(peserta magang) yang aku terima sebagai penghibur lara. Satu yang paling mengesankan, yaitu nasehat dari temanku yang sedang magang di kebun mikan (jeruk): Jeruk yang paling kecut dimasa mudanya adalah jeruk yang akan menjadi paling manis dimasa tuanya..

Setelah bertahan 6 bulan di Wakayama, aku dijemput pihak penyelenggara (JAEC) untuk rencana dipulangkan ke Indonesia. Hati ini terasa tentram sekaligus gelisah karena belum mendapatkan apa yang saya harapkan di Jepang. Dengan berbagai argument aku berusaha untuk sementara bertahan di Jepang. Setelah 10 hari menunggu di Tokyo (3 hari di Saitama), dan atas kerja keras pihak penyelenggara (JAEC), aku mendapat induk semang yang baru di kebun bunga pot di Nagano.

Aku akan menyelesaikan sisa waktu magangku selama 4 bulan di tempat yang baru tersebut. Selama awal kedatanganku di rumah induk semangku yang baru, kurasakan banyak aura positif, tanggapan yang hangat luar biasa. Perkembangan bahasa jepangku meningkat cepat berkat bantuan dan bimbingan semua anggota keluarga. Mereka sibuk mencarikan buku, majalah dan lain lain untuk mendukungku belajar bahasa jepang. Bahkan aku disambungkan internet sampai dikamarku.

Berawal dari pertanyaan keluarga induk semang tentang keinginanku setelah selesai magang, kujawab dengan penuh pengharapan bahwa aku punya keinginan untuk melanjutkan S2 dan kalau bisa di Jepang. Ternyata pertanyaan yang aku anggap basa-basi dan jawaban apa adanya dengan keterbatasan bahasa jepangku, ditanggapi serius oleh semua anggota keluarga. Sisa waktu 2 bulan masa magangku waktu itu disibukkan dengan mencari berbagai informasi, karena kami semua masih buta tentang proses perekrutan mahasiswa asing untuk bisa kuliah di Jepang. Semua anggota keluarga saling bahu membahu mencari berbagai informasi dengan berbagai cara: menelepon ke berbagai instansi, mencari di internet sampai memanggil mahasiswa asing(1 orang Indonesia dan 1 orang Mongolia) untuk di”korek” informasinya.

Akhirnya perjuangan itu tidak sia-sia, 2 minggu sebelum kepulangannku ke Indonesia, aku dites oleh salah satu professor di Universitas Shinshu (Prof. Takasi sasaki) dan dinyatakan diterima di laboratoriumnya sebagai mahasiswa peneliti. Tetapi karena tidak mendapat izin dari pihak penyelenggara untuk mengubah visa sebelum terlebihdahulu pulang ke Indonesia, akhirnya aku hanya berjanji segera ke Jepang lagi secepatnya dengan visa wisata untuk mengurus administrasi di kampus.
Beberapa minggu setelah aku di Indonesia, datanglah dokumen-dokumen yang aku minta dari induk semangku di Jepang sebagai penjaminku untuk pembuatan visa. Tetapi mengurus visa ke Jepang waktu itu sangat sulit dan sangat melelahkan. Dengan pengorbanan yang luar biasa, akhirnya pengajuan visaku dinyatakan ditolak. Walau tidak tau lagi jalannya, dalam hati kecil ini yakin aku bisa ke Jepang lagi, hanya Allah sedang mencarikan waktu keberangkatanku yang paling tepat. Karena terlalu percaya dirinya aku akan keyakinanku itu. sampai-sampai aku tidak berpikir untuk mulai berbisnis lagi atau bekerja. There is always door on every wall (selalu ada pintu di setiap dinding :selalu ada jalan keluar dari setiap permasalahan)
Beberapa hari sebelum bulan puasa tahun 2006, dokumen untuk pembuatan visa dikirimkan lagi untuk yang kedua kalinya dari induk semangku di Jepang. Walau sampai 4 kali kedatanganku ke Kedubes Jepang di Indonesia akhirnya visa wisataku diterima dengan masa waktu 1 bulan. Setelah menghabiskan waktu selama 7 bulan di Indonesia, bakda lebaran 2006 aku berangkat lagi ke Jepang dengan uang hasil hutang ke teman sesama magang dulu.

Setelah kedatanganku di Jepang, segera aku selesaikan administrasi di kampus dan segera merubah status visa menjadi visa pelajar. Tetapi ternyata merubah visa membutuhkan waktu sampai 3 bulan, sedangkan waktu tinggalku hanya 1 bulan. Selain itu juga uang masuk sebesar 80.000 yen dan uang spp 1 semester sebesar 180.000 yen harus segera dibayar setelah aku masuk kuliah. Dan aku tidak punya uang waktu itu, aku hanya berharap untuk berhutang sebesar kebutuhan kuliah saja yaitu sebesar 260.000 yen kepada induk semangku. Tetapi (terima kasih ya Allah) ternyata induk semangku telah memasukkan 500.000 yen di rekeningku untuk keperluan awal kuliahku.
Tetapi karena masa berlaku visa wisataku telah habis, akhirnya saya pulang lagi ke Indonesia dan menunggu lagi di Indonesia selama 2 bulan. Ketika Letter of Eligibility telah dikirimkan oleh induk semangku dari jepang segera aku urus visa pelajar ke kedubes Jepang di Jakarta. Selanjutnya aku segera pergi ke Jepang lagi dengan uang hutang ke paman (Karna aku pulang hanya boleh menbawa uang cukup untuk transportasi sampai rumah saja, dan tiket keberangkatanku nanti akan dikirimkan dari Jepang. Tetapi karena saya anggap terlalu rumit, aku putuskan untuk berhutang lagi dulu)

Saya sampai di Jepang lagi awal februari 2007, tetapi aku tidak langsung kuliah, karena kampus di Jepang sedang libur, dan akhirnya aku mulai kuliahku sebagai mahasiswa peneliti dari tanggal 1 april 2007. Hari-hariku kuhabiskan dengan arubaito(kerja sambilan) di rumah induk semang dan kuliah. Hasil dari arubaito inilah yang aku gunakan untuk hidup sehari-hari karena aku telah menyewa apartemen (apato) sendiri di dekat kampus. Tetapi untuk membayar spp yang kedua aku masih meminta(hutang) lagi ke induk semang (kebetulan tidak ada beasiswa ataupun pengurangan spp untuk mahasiswa peneliti)

Pada waktu sebagai mahasiswa peneliti, aku mengikuti ujian masuk S2 dan alhamdullillah diterima (karema ada teman yang tidak diterima ). Setelah masuk sebagai mahasiswa S2 mulai 1 april 2008, aku berjanji untuk tidak merepotkan lagi keluarga induk (semangku terutama masalah uang. Padahal spp 1 semester 270.000 dan uang masuk 280.000 dan aku tidak punya simpanan uang. Tetapi Allah memang maha sempurna akan rencana-rencananya. Betapa tidak ternyata aku mendapat keringanan uang masuk 50% dan selanjutnya keringanan spp 100%, praktis aku cuma membayar 140.000 yen, dan cukup bermodalkan lebih gambatte (berusaha) dalam arubaito(kerja sambilan) uang segitu insya Allah bisa didapatkan. Tetapi baroqah Allah tidak sampai disitu, ketika aku sedang “gambatte” arubaito, ternyata ada pengumuman yang menyatakan aku lolos mendapatkan beasiswa sebesar 70.000 yen per bulan selama setahun dari JASSO. Dan akhirnya akan kuhabiskan waktuku di Universitas Shinshu Insya Allah sampai S3, dan dengan rezeki Allah saya ingin menyempatkan lebaran di Indonesia dan akan merupakan kepulangan saya yang kedua untuk tahun ini (2008).

Saudaraku, setiap kita adalah orang-orang yang luar biasa, tiada diantara kita yang terlahir bodoh, bukan kita yang bodoh tetapi kita hanya belum tahu. Kita semua terlahir cerdas, hanya kadang kita kurang memberdayakannya (your brain is just like a sleeping giant: pikiranmu bagai raksasa yang sedang tidur). Dan kunci sukses ternyata cukup dengan selalu berusaha berbuat baik, selalu berfikir posif, sabar dan syukur.

(Shinshu, 17 Agustus 2008)

Tuesday 26 August 2008

Important Agricultural Research Topics in Southeast Asia

The Agriculture, Forestry and Fisheries Research Council of Japan has decided to formulate “International Research Strategies” in addition to the present “Guidelines”. The strategies, firstly clarify recent movements surrounding international research and then present important research topics to be tackled with and the cross cutting policies for promoting international research, mainly for those developing countries that are important to Japan’s international research.

There are recent movements surrounding international research.

1. Changes in global food supplies and their impact on Japan

In recent year, international prices of grain and other farm products have increased sharply against the background of greater demand for feed grains as increasing population and economic growth of developing countries with large population such as China and India and of the conflicts between foods and bio-fuels. Moreover, in the situation where investment fund is flowing in agricultural markets, financial markets influence grain market, and international food prices tend to fluctuate rapidly. This situation threatens food security in those developing countries heavily relying their foods on international food markets.

2. Emerging global warming

Forests and farmland have functions to absorb and store atmospheric CO2, a major cause of global warming. They thus play important roles in preventing global warming. From 2000 to 2005, the world’s forests, however, suffered a net loss of 0.73 million hectares on average per year, which is equivalent to 20% of Japan’s land. This reduction may further aggravate global warming and other environmental problems. Actions to combat global warming by controlling deforestation in developing countries are drawn worldwide attention. In order to realize this, discussion among countries has set out concerning technical and methodological approaches.

3. Expanding international cooperation to secure safety and protect lives

In Japan and other developed countries, public concerns are growing about food quality and safety, as well as supplying food in quality. On other hand, there are many developing countries to be produce agricultural products, still focusing on the quantity. Responding quickly and adequately to these concerns, it is important to enhance quarantine and epidemic prevention schemes, based on latest scientific knowledge and by collecting overseas information. It is also necessary to tackle with these issues in a series of processes, from production to processing, distribution and consumption, through international cooperation and information exchange.

In Southeast Asia, while highly profitable agricultural activities are being carried out along with economic growth, there remains traditional farming under rain-fed condition in some areas. This results in economic disparity between the former and the latter areas. Hence, improving food productivities and agricultural incomes in the latter areas remains an essential challenge to be address in the region.

In recent years, resource crops and unused biomass resources for bio-fuels (e.g. felled oil palm trunks and wasted cassava pulp) and bio-plastics have been drawn attention in Southeast Asia. Thus it is necessary to develop technologies for efficient energy conversion and new crop varieties. Moreover, CO2 emissions from deforestation in developing countries become global issues. Asia is an expected region with high possibilities of the reduction in CO2 emissions by controlling over deforestation.

There is a great risk of the outbreak of emerging zoonosis in developing countries, although the real situation about the infection to the people is not clear in these countries. As in the region there is anxiety about expanding infections of avian influenza virus and the outbreak of new strains of influenza virus, protecting against livestock diseases is yet another essential challenge to be addressed.

Key Priorities for Research

1. Promoting research for enhancing efficiency in water use, such as water-saving cultivation and the evaluation of the function in water collection and distribution by small irrigation facilities.

2. Developing high-yielding biomass crops and efficient energy conversion technologies in order to expand the production of bio-energy and biomaterials by utilizing unused local biomass resources, such as felled oil palm trunks and wasted cassava pulp.

3. Developing evaluation and forecasting techniques for sustainable agricultural and forestry systems contributing to reductions in greenhouse gas emissions resulting from the depletion and degradation of forests in developing countries.

4. Promoting research for sophisticating anti-infection technologies, including those to expedite inspection for avian influenza virus and the development of influenza vaccine for poultry.

Saturday 23 August 2008

DNA Test for Prevention of IUU Fishing

OPRT will carry out testing and analysis of DNA of tunas landed in Japan as one of its projects for fiscal 2008. The project, entrusted by the Fisheries Agency, the Government of Japan, will be implemented jointly with the National Research Institute of Far Seas Fisheries.

Until last year, OPRT has been conducting tuna DNA testing and analysis independently. The project was enlarged this year as a government-entrusted program, by increasing the number of cases of testing and analysis. Especially,testing of processed frozen tunas shipped by container vessels, which have been increasing in recent years, will be reinforced. The purpose of this project is to prevent imports into Japan of tunas cought in violation of resource management measures of regional fisheries management organizations, by analyzing tuna DNA and verifying tuna species and the areas of catch.

It is also aimed to enable Japan, as a responsible tuna fishing and consuming nation, to contribute to ensuring the effectiveness of resource management measures implemented by regional fisheries management organizations.

Previously, there was a case of exposure by DNA testing that bigeye tunas caught in the Atlantic were landed in Japan under false reporting as tunas from the Pacific. In this respect, therefore, DNA testing and analysis at the time of landing will have an important and effective role in preventing illegal, unregulated and unreported (IUU) fishing activities.

Source: OPRT NewsLetter International August 2008, No. 20

Friday 22 August 2008

World Major Tuna Longliners Suspend Fishing

Distant-water tuna longline fishing organizations of Japan, Korea, The Chinese Taipei and China held a meeting in Tokyo on June 27, 2008 to exchange views on the present situation now surrounding tuna fisheries.

At the meeting, the four organizations (Japan Tuna Fisheries Cooperative organization, Taiwan Deep Sea Boat Owners and Exporters Association, Korea Overseas Fisheries Association (Tuna Longline Fisheries Committee) and China Fisheries Association (Distant Water Fisheries Branch)) reached the common recognition that "tuna catches have been on decreasing trend in recent years because of the declining resources" and "it has become increasingly difficult to continue tuna fishing because of the rapid fuel price hikes lately.

The four organizations agreed to jointly implement the following actions in order to recover and conserve tuna resources and thereby to maintain the deep sea tuna longline fisheries.

1. We, the four organizations continue to address the regional fisheries management organizations, fisheries management authorities of each country, distributors and consumers about the urgent need to introduce measures necessary for eliminating the treat against tuna resources caused by the rapid increase of large scale purse seine fishing as well as inadequately managed tuna farming.

2. We appeal to the public the critical situation facing the deep sea tuna longline fisheries. We are determined to suspend our fishing operation in order recover tuna resources.

3. We do our best to develop and foster the frozen sashimi tuna market in each of our countries and also to develop new markets in the USA, The EU, and other countries in order to promote stable supply-demand structure.

(Based on OPRT survey, about 400 tuna longline fishing vessels, which account for about one third of all the 1,200 tuna longline fishing vessels in the world, including the vessels registered with the four organizations, are expected to take part in the planned fishing suspension. In point of the fact, 200 vessels from the Chinese Taipei are already suspending their tuna fishing operation).

Resource: OPRT Newsletter international, August 2008, No. 20

Thursday 21 August 2008

Pelatihan Pertanian di Koibuchi Gakuen Prefektur Ibaraki

Setelah praktek bertani di pertanian orang tua angkat masing-masing selama 4 bulan lebih, tanggal 18 -27 Agustus 2008, para trainee pertanian program JAEC kembali mengikuti pelajaran pertanian di kelas bertempat di Koibuchi Gakuen Prefektur Ibaraki. Gambar di sebelah kiri terlihat keceriaan sebelas pemuda petani Indonesia yang sedang menimba ilmu teknologi pertanian seusai kuliah di ruang kelas yaitu Sdr. Maulana Yusuf (asal DKI), Syaipul Rahman Bin Daim (Kalsel), Agus Ali Nurdin (Jabar), Dadan Ramdani Nugraha (Jabar), Muhamad Najib (Jambi), I Made Dedy Sudiantara (Bali), Yuki Aramdhani (Jabar), Erwin (Sumut), Aep Komarudin (Jabar), Husnul Muhlis (Kalsel) dan Saeroji (Jatim).

Apa cita-ciata mereka setelah kembali ke Indonesia? Cita-cita mereka mulia semua.

Maulana Yusuf: Mengembangkan pertanian dengan miniru atau mempraktekan gaya Jepang. Ingin mengembangkan padi, sayuran dan ternak baik sebagai produsen maupun penjual hasil pertanian tersebut.

Syaiful Rahman: Mengembangkan tehnik pertanian yang telah dipelajari di Jepang dengan mempraktekan di daerahnya untuk kemajuan bangsa dan negara.

Muhamad Najib : membeli tanah untuk mengembangkan ilmu yang didapat dan membangun kebun. Pada gilirannya akan membangun rumah.

Agus Ali Nurdin : Memproduksi sayuran dan padi organik. Juga membuat perusahaan atau distributor sayuran dan beras organik.

Aep Komarudin : Ingin menjadi pembudidaya sayuran dan membuat pengepakan sendiri.

Erwin : Membangun pengolahan hasil pertanian di daerah khususnya padi kemudian mengembangkan produk lain.

Dadan Ramdani Nugraha : Memajukan usaha yang sudah berjalan agar lebih maju dengan bekal pengalaman dari program training ini.

I Made Dedy Sudiantara : Ingin bergerak dibidang peternakan babi dan sapi sekaligus pemasarannya.

Gambar sebelah kiri suasana belajar ketika Ogawa Sensei sedang mengajar ilmu tanah dan pemupukan. Pelajaran disampaikan dalam bahasa Jepang yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Yuki Aramdhani : Bercita-cita meneruskan usaha yang sudah ada dan berusaha mengembangkan lagi. Dan juga mempraktekan ilmu yang dipelajari di Jepang.

Saeroji : Berusaha membantu membangun bangsa dalam memperbaiki pertanian, di desa, Kecamatan, Kabupaten dan Negara dengan cara memperbaiki usaha tani yang telah dilaksanakan. Menyampaikan ilmu yang diperoleh kepada kawan-kawan dan kelompok tani, Gapoktan, KTNA dan juga pemuda-pemuda tani.

Husnul Muchlis : Memajukan usaha tani sendiri dulu lalu membantu usaha tani masyarakat disekitar.


Kendala dari sebagian besar mereka hadapi dalam mengikuti pelatihan ini adalah bahasa Jepang. Kata mereka kalau bisa belajar bahasa Jepang yang cukup lama ketika sebelum berangkat ke Jepang.

Kami bersyukur kalau sekarang sudah bisa komunikasi cukup baik, hanya kadang-kadang salah paham. Kalau salah paham ini yang membuat kita malu, kata seorang trainee.

Budaya malu memang baek, tetapi jangan dipertahankan terus-menurus yang bikin kinerja belajar dan berlatih kita menurun.

Ja... Ganbarimashou.

Saturday 9 August 2008

Agricultural Output

Agricultural Output in 2005 (Municipality Estimates)

Kagoshima was the 2nd largest agricultural producing prefecture, due to an increase in livestock production. Outline of Survey Results.

1.Agricultural output by prefectures.

Despite there being an increase in agricultural output of livestock production in 2005, because the value of vegetables and fruits decreased due to lowering prices, there was a change in the high ranking prefectures of agricultural production compared with last year.

Though Hokkaido remained 1st, Kagoshima prefecture (related highly to livestock production) came in 2nd (4th last year), then in order, Ibaraki (3rd last year), Chiba ( 2nd last year), and Aichi ( 5th last year).

The amount of agricultural output in the top 5 prefectures shared 30 % of the national total.

2.Looking at the largest agricultural production by prefecture in its major categories, Niigata produced 190.3 billion yen (9.4 % of national total) in rice, Chiba produced 165.3 billion yen (8.2 %) in vegetables, Aomori produced 72.2 billion yen (10.0 %) in fruits, Aichi produced 73.1 billion yen (18.0 %) in flowers, Hokkaido produced 70.3 billion yen (23.2 %) in industrial crops. The largest livestock output was in Hokkaido, amounting to 501.8 billion yen (18.6 %).

Sources:
A weekly update of news from the Japanese
Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries
International Policy Planning Division, Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries 1-2-1 Kasumigaseki, Chiyoda-ku, Tokyo, 100-8950


The English documents are published on the following URL: http://www.maff.go.jp/esokuhou/index.html

Kebijakan Industri Pertanian Republik Rakyat China

Sementara diadakannya pembangunan industri berskala besar, produksi industri pertanian juga dikembangkan secara menyeluruh. Sejak tahun 1952 sampai tahun 1978, industri pertanian RRC menyediakan akumulasi yang sangat besar sejumlah 800 milyar yuan Renminbi untuk industrilisasi ekonomi rakyat, industri pertanian serta pembangunan irigasi di tanah pertanian yang terkait dan sarana teknologi industri pertamain semuanya mendapat perkembangan yang besar. Sejak tahun 1978, RRC melancarkan penyesuaian keseluruhan terhadap kebijakan pedesaan, dan menyusun serangkaian kebijakan pedoman untuk meningkatkan perkembangan industri pertanian.

Kebijakan yang paling utama ialah pelaksanaan Sistem tanggungjawab kontrak keluarga yang dikaitkan dengan hasil produksi, dengan prasyarat alat-alat produksi, misalnya tanah dimiliki oleh kolektif, keluarga petani mengkontrak tanah untuk pengelolaan, pengkontrak mengikuti peraturan kontrak, kecuali membayar pajak kepada negara dan membayar suatu persentase tertentu kepada kolektif, semua produksi dan pendapatan lainnya dimiliki oleh pengkontrak sendiri. Pola perkembangan industri pertanian tersebut membangkitkan antusiasi produk petani yang luas, wajah pedesaan mengalamai perubahan yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kontrak keluarga bukan hanya mendorong perkembangan keseluruhan usaha pertumbuhan, juga mendorong bangkitnya dan perkembangan usaha budidaya keluarga dan perusahaan pedesaan dan kecamatan. Sementara itu, sejumlah besar tenaga kerja yang tersisa dibebaskan dari tanah, masing-masing menuju kota, dan menyediakan sumber tenaga kerja yang memadai untuk pembangunan perkembangan kota.

China melalui upaya sendiri, dengan menggunakan tanah garapan yang hanya menduduki 7% dari total luasnya seluruh dunia, menghidupi populasi sebanyak 22% total jumlah penduduk seluruh dunia. pada tahun 1997, volume produksi bahan pangan Tiongkok mencapai 492 juta ton, katun 4,3 juta ton, berbagai jenis bahan minyak 21,5 juta ton, daging 53,54 juta ton, dan hasil perairan 35,61 juta ton, semua angka mutlaknya menduduki tempat terdepan dunia. di antara berbagai bagian industri pertanian, produksi bahan pangan memelihara kecenderungan pertumbuhan yang stabil, pertumbuhan ekonomi selalu berkembang pesar, lebih-lebih industri hutan, penggembalaan dan perikanan berkembang dengan sangat cepat, dengan demikian, terjaminlah kebutuhan perkembangan ekonomi negara dan peningkatan terus-menerusnya taraf kehidupan rakyat.

Volume total ekonomi penduduk China telah mencapai skala yang sangat besar, pada tahun 1997, GDP Tiongkok telah mencapai 7 trilyun 477 milyar 200 juta yuan Renminbi, atau 903 milyar dolar Amerika, dan menjadi salah satu di antara 10 terdepan urutan daftar berbagai negara seluruh dunia. Akan tetapi, karena jumlah populasi Tiongkok sangat besar, dan dasarnya agak rendah, taraf volume total ekonomi rakyat perkapita tetap sangat rendah, China tetap adalah satu negara berkembang yang berpendapatan relatif rendah.

Dalam kaitan ketahanan pangan, dapat dikaji reformasi kebijakan pertanian RRC yang dimulai tahun 1994 yang disebut Economic and Technological Development Zone (ETDZ). Sasaran ETDZ adalah meningkatkan:
a) efisiensi proses produksi pertanian,
b) mengenalkan sistem produksi massal untuk alternaif beras seperti hortikultura dan akuakultura,
c) menguasai dan meningkatkan performa teknologi yang sudah ada di masyarakat petani, dan
d) mengembangkan teknologi baru terutama dalam bidang pembibitan, pupuk, dan pestisida ramah lingkungan.

Apa yang dilakukan China kelihatan sederhana, tapi pemerinah Beijing melakukannya secara bertahap dengan urutan prioritas yang jelas dan dilaksanakan secara konsisten. Hasilnya, kurang dari satu dekade, RRC berhasil mandiri dan swasembada pangan. Bahkan, produk-produk pertanian China kini mulai diekspor dan mendapat pasaran luas di negara-negara berkembang.

Berdasarkan tinjauan ekonomi dari 117 negara, China berada pada peringkat ke 49 dari seluruh ekonomi dunia, menurut Laporan Kompetitif Global 2005-2006, yang dikeluarkan oleh WEF. Pada tahun 2004, ekonomi China berada pada peringkat ke 46, dan tahun 2003, berada pada peringkat ke 33.

Inflasi tidak ada masalah di RRC pada tahun 2001, tapi, karena mungkin menjadi terlalu panas pada tahun 2004, inflasi yang didapat secara signifikan dan peringkat RRC pada indikator ini berpindah dari lima pada tahun 2001, ke 58 pada tahun 2005.

Gambaran Skilas Ekonomi Jepang

Ekonomi pasar bebas dan industri Jepang merupakan ketiga terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dan Tiongkok dilihat dari segi paritas daya beli internasional. Ekonominya sangat efisien dan bersaing dalam area yang berhubungan dengan perdagangan internasional, tapi produktivitas lebih rendah di bidang agriklutur, distribusi, dan pelayanan.

Kerjasama di antara pemerintahan dan perindustrian, etika kerja yang sehat, penguasaan teknologi, penekanan terhadap pendidikan dan alokasi yang kecil untuk pertahanan (1% dari PDB) merupakan antara faktor-faktor yang memungkinkan Jepang berkembang pesat sehingga menjadi salah satu negara yang setanding dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa dari segi penguasaan ekonomi.

Ciri-ciri khas ekonomi Jepang di antaranya adalah kerja sama yang erat di antara perusahaan yang bergerak di bidang pengilangan, perbekalan, pengedaran, dan bank (kelompok kerja sama ini disebut keiretsu); negosiasi upah antara perusahaan swasta dengan serikat buruh (shunto); hubungan baik dengan birokrasi pemerintahan, dan jaminan karir sepanjang hayat (shushin koyo) untuk hampir sepertiga tenaga kerja di kota, dan jaminan kontrak kerja bagi buruh. Perusahaan kecil dan sederhana, wanita, dan pekerja asing biasanya tidak mempunyai fasilitas seperti itu. Bagaimanapun, kebanyakan ciri tersebut semakin terkikis, dan keadaan ekonomi kini sedang berhadapan dengan stagnasi.

Perindustrian merupakan sektor ekonomi yang paling utama buat Jepang yang amat bergantung pada impor bahan mentah dan minyak. Pertanian yang merupakan sektor ekonomi yang kecil mempunyai subsidi yang tinggi dan merupakan satu sektor yang dilindungi.

Ini dapat dilihat dengan jelas pada pertanian yang melibatkan beras. Beras yang diimpor dikenakan pajak sebanyak 490% dan pemerintahan hanya membolehkan kuota sebanyak 3% jumlah beras yang ada di pasaran beras. Selain melindungi pasaran beras, Jepang juga mengadakan usaha untuk menciptakan buah-buahan dan sayur-sayuran yang berkualitas tinggi dan enak namun mahal. Biasanya Jepang mampu menampung keperluan beras rakyatnya sendiri (kecuali beras yang dipakai untuk membuat makanan ringan dan makanan olahan), namun negara ini perlu mengimpor kira-kira 50% kebutuhan serealia dan makanan ternak.

Jepang mempunyai salah satu industri perikanan yang terbesar di dunia yang mencakup hampir 15% penangkapan ikan seluruh dunia, mendorong pada dugaan bahwa perikanan Jepang sedang mengakibatkan jumlah ikan di laut yang berkurang secara drastis, khususnya ikan tuna.

Secara keseluruhan, selama tiga dekade, pertumbuhan ekonomi sebenarnya amat mengagumkan: rata-rata 10% pada dekade 1960-an, rata-rata 5% pada 1970-an, dan rata-rata 4% pada 1980-an. Pertumbuhan ini namun mulai melesu pada dekade 1990-an, terutamanya disebabkan dampak sampingan perburuhan secara berlebihan selepas tahun 1980-an dan dasar-dasar ekonomi pengurangan inflasi yang bertujuan membebaskan diri dari kelebihan spekulasi pasaran saham dan harga penjualan tanah. Usaha-usaha pemerintah untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi kurang berhasil dan terus terjepit pada tahun 2000-2001. Pada tahun 2000 GDP Jepang 3,15 trilyun USD, GDP Real growth rate 1,3%, GDP per capita 49,900 USD. Sedangkan GDP berasal dari sektor pertanian 2%, industri 35% dan Jasa 63% (1999).

Pertumbuhan ekonomi Jepang pada kuartal pertama 2008 tumbuh 3,3 persen. Persentase ini muncul lebih cepat dari perkiraan para ekonom, yang disurvei Bloomberg, yang mematok angka 2,5 persen. Keberhasilan Jepang ini disebabkan oleh kegiatan ekspor dan juga bermunculannya pasar-pasar potensial yang baru. Ini membuat atmosfer ekonomi Jepang tertolong dalam menghadapi perlambatan ekonomi AS yang dikhawatirkan akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi banyak negara.

PM Junichiro Koizumi mengesahkan atau meluluskan (tetapi adakalanya gagal) undang-undang perburuhan asing dan swastanisasi secara besar-besaran yang dipercaya dapat membantu merangsang kembali ekonomi Jepang. Sejauh ini undang-undang tersebut kelihatan menunjukkan hasil dalam berbagai aspek seperti perburuhan asing, namun sejauh ini belum dapat membantu ekonomi Jepang untuk tumbuh kembali. Perdana Menteri Koizumi berhasil meluluskan rancangan swastanisasi besar termasuk swastanisasi semua kantor pos Jepang.

Kepadatan penduduk yang tinggi dan usia mayoritas penduduk yang semakin tua mengakibatkan penurunan jumlah penduduk. Hal ini mengakibatkan peningkatan biaya pemeliharaan kesehatan yang harus ditanggung pemerintah. Di masa depan, industri robot diperkirakan menjadi kekuatan ekonomi yang amat penting. Sejumlah 410.000 dari 720.000 buah robot yang beroperasi di seluruh dunia berada di Jepang.

Sektor pertanian
Hasil utama pertanian Negara Jepang adalah bahan pangan. Walaupun hanya 16% dari luas daratan di Jepang yang dipergunakan untuk pertanian, namun hasilnya termasuk memuaskan. Besarnya hasil pertanian didukung oleh kesuburan lahan pertaniannya karena tanahnya mengandung abu vulkanis. Di samping itu, penggarapan lahan pertanian dilakukan secara intensif dengan didukung teknologi maju. Hasil pertanian berupa padi, kentang, jagung, gandum, kacang, kedelai, dan teh. Hasil peternakan berupa babi, ayam, telur, sapi dan susu. Sayur-sayuran berupa lobak, kubis, ketimun, tomat, wortel, bayam, dan selada. Sedangkan buah-buahan yang banyak ditanam adalah jeruk dan apel.

Sektor perikanan
Jepang menempati urutan ke-2 di dunia di belakang RRC dalam tonase penangkapan ikan (tahun 1989: 11,9 juta ton), turun pelan-pelan dari 11,1 juta ton pada tahun 1980. Setelah terjadi krisis energi tahun 1973, perikanan laut dalam di Jepang menurun. Pada tahun 1980-an, jumlah tangkapan ikan per tahun rata-rata 2 juta ton. Perikanan lepas pantai 50 % dari penangkapan ikan total negeri itu pada akhir 1980-an meski beberapa kali mengalami kenaikan dan penurunan.
Perikanan pesisir dilakukan dengan perahu kecil, jala, atau teknik campuran terhitung sekitar sepertiga produksi total industri perikanan Jepang, Sementara itu perikanan pesisir laut dengan kapal ukuran menengah terhitung sekitar lebih dari separuh produksi total. Di antara spesies ikan yang ditangkap misalnya: sarden, tuna, kepiting, udang, salmon, dan makerel.
Jepang mempertahankan armada perikanan terbesar di dunia dan terhitung sekitar 15% penangkapan global, memunculkan sejumlah pernyataan bahwa perikanan Jepang sedang menimbulkan pengurangan stok ikan seperti tuna. Jepang juga menebarkan kontroversi dengan mendukung perburuan ikan paus.

Sektor industri
Industri ekspor utama Jepang adalah otomotif, elektronik konsumen (lihat industri elektronik konsumen Jepang), komputer, semikonduktor, besi, dan baja.
Industri penting lain dalam ekonomi Jepang adalah petrokimia, farmasi, bioindustri, galangan kapal, dirgantara, tekstil, dan makanan yang diproses. Industri manufaktur Jepang banyak bergantung pada impor bahan mentah dan BBM.

Sektor pertambangan
Pertambangan adalah industri yang sedang menurun di Jepang sejak tahun 1980-an. Produksi batu bara dalam negeri anjlok dari puncaknya 55 juta ton pada 1960 ke hampir lebih dari 16 juta ton pada 1985, sedangkan impor batu bara naik hingga sekitar 91 juta ton pada 1987. Perusahaan pertambangan batu bara dalam negeri harus bersaing dengan batu bara murah hasil impor dan biaya produksi batu bara dalam negeri yang tinggi. Puncaknya adalah defisit cadangan batu bara pada tahun 1980-an. Pada tahun 1980-an, hampir sekitar 1 juta ton cadangan batu bara Jepang sebagian besar digunakan untuk batu arang. Sebagian besar batu bara yang dikonsumsi Jepang merupakan bahan bakar bagi pembangkit listrik.

Sektor jasa
Sejumlah tiga perempat dari total penghasilan ekonomi Jepang berasal dari sektor jasa. Industri utama sektor jasa di Jepang berupa bank, asuransi, real estat, transportasi, dan telekomunikasi. Mitsubishi UFJ, Mizuho, NTT, TEPCO, Nomura, Mitsubishi Estate, Tokio Marine, Japan Railway, Seven & I, ANA telah menjadi perusahaan besar dunia. Enam keiretsu utama terdiri dari grup Mitsubishi, Sumitomo, Fuyo, Mitsui, Dai-Ichi Kangyo, dan Sanwa. Sejumlah 326 perusahaan yang berada dalam daftar Forbes Global 2000 (16,3%) berada di Jepang.

Sumber utama: http://id.wikipedia.org/wiki/Jepang#Sektor_pertanian

Friday 8 August 2008

Tiga Peraturan Menteri Keuangan (PMK) untuk Implementasi IJEPA

Perjanjian Kerjasama Ekonomi Indonesia Jepang atau Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA) mulai berlaku efektif mulai Selasa 1 Juli 2008 yang ditandai dengan pelaksanaan pertemuan Joint Committee (JC) pertama kedua negara pada hari yang sama di Tokyo, Jepang. Dengan diberlakukannya IJ-EPA ini, maka 80% dari pos tarif bea masuk (BM) produk ekspor Indonesia ke pasar Jepang segera diturunkan menjadi 0%, termasuk tekstil dan produk tekstil (TPT), produk pertanian seperti buah-buahan tropis (a.l nanas dan pisang), udang dan produk kayu.

Berdasarkan perjanjian, 3 tahun mendatang 90% dari pos tarif ekspor Indonesia ke Jepang akan turun menjadi 0%. Untuk memperoleh preferensi tarif tersebut, semua produk yang akan diekspor ke Jepang, diperlukan lampiran Surat Keterangan Asal (SKA) form IJEPA yang dapat diperoleh di 85 kantor penerbit SKA di seluruh Indonesia.

Tiga Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang mengatur tarif bea masuk (BM) sebagai implementasi atas kesepakatan Indonesia-Jepang mengenai kemitraan Ekonomi (IJEPA) yang mulai berlaku sejak 1 Juli 2008 adalah sebagai berikut:

1. PMK Nomor 94/PMK.011/2008 tentang Modalitas Penurunan Tarif BM dalam rangka IJEPA.

2. PMK Nomor 95/PMK.011/2008 tentang penetapan tarif BM dalam rangka
IJEPA.

3. PMK Nomor 96/PMK.011/2008 tentang Penetapan Tarif BM dalam rangka
User Spesicif Duty Free Scheme (USDFS) dalam kerangka IJEPA.

Ingin tahu lebih banyak tentang IJEPA silahkan kunjungi:

http://www.depdag.go.id/index.php?option=link_khusus&task=detil&id=51

Sumber : IQP

Wednesday 6 August 2008

Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 1,23 miliar

Neraca perdagangan Indonesia pada bulan Mei 2008 kembali mencatat surplus US$ 1,23 miliar. Nilai ekspor Mei 2008 mencapai US$ 12,89 miliar, sementara impor pada bulan yang sama sebesar US$ 11,66 miliar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Ali Rosidi menyampaikan hal tersebut, Selasa(1/7), dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta Pusat,.

Jika dibanding April 2008 , maka nilai ekspor Mei 2008 meningkat 17,47 persen, dan jika dibanding dengan ekspor Mei 2007 juga mengalami peningkatan sebesar 31,41 persen. Sedangkan untuk impor, jika dibanding April 2008 maka nilai impor Mei 2008 meningkat 1,41 persen, yang terdiri dari impor migas dari impor migas sebesar US$ 3,27 miliar (28,03 persen) dan impor nonmigas sebesar US$ 8,39 miliar (71,97 persen).

Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Mei 2008 mencapai US$57,60 miliar atau meningkat 30,03 persen dibanding periode yang sama tahun 2007. Ekpor Indonesia pada peridoe ini masih diominasi oleh ekspor nonmigas mencapai US$ 44,52 miliar atau meningkat 22,27 persen.

Khusus pada Mei 2008, ekspor non-migas Mei 2008 mencapai US$ 9,67 miliar, naik 13,94 persen dibanding April 2008, sedangkan dibanding ekspor Mei 2007 naik 20,68 persen.

“Peningkatan ekspor nonmigas terbesar Mei 2008 terjadi pada lemak & minyak hewan/nabati sebesar US$ 1,22 miliar, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada bahan bakar mineral sebesar US$ 48,3 juta, “ jelas Ali Rosidi.

Ekspor nonmigas ke Amerika Serikat Mei 2008 mencapai angka terbesar yaitu US$ 1,11 miliar, disusul Jepang US$ 1,06 miliar dan Singapura US$ 871,0 juta, dengan kontribusi ketiganya mencapai 31,48 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar US$ 1,48 miliar.

Berdasarkan sektor, ekspor hasil pertanian serta ekspor hasil industri periode Januari-Mei 2008 meningkat 48,54 persen dan 25,20 persen dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara hasil tambang dan lainnya turun sebesar 0,43 persen.
Sementara untuk impor, selama Januari-Mei 2008 nilai impor Indonesia mencapai US$52,88 miliar dengan impor migas sebesar US$ 13,09 miliar (24,75 persen) dan impor nonmigas sebesar US$ 39,79 miliar (75,25 persen).

Pada periode Januari-Mei 2008 impor dari Kawasan Berikat mencapaiUS$10,47 miliar yang terdiri migas sebesar US$ 37,4 juta dan non migas sebesar US$10,43 miliar, sedangkan impor di Luar Kawasn Berikat mencapai US$42,41 miliar atau meningkta 14,61 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Impor non migas selam Januari-Mei 2008 didominasi untuk mesin/pesawat mekanik dengan nilai US$ 7,14 miliar atau 17,94 persen dari total impor non migas Indonesia. Negara pemasok barang impor tebesar Indonesia adalah Jepang (14,41 persen), Cina (14,36 persen) dan Singapura (11,92 persen).

Sumber : The Indonesia Now (www.theindonesianow.blogspot.com.)

HS-Codes for Some Agricultural Products

06 LIVE TREES & OTHER PLANTS
0601 bulbs, tubers; chicory plants & roots; corms, crowns & rhizomes
0602 other live plants (including roots), cuttings & slips; mushroom spawn
0603 cut flowers & buds for bouquets or ornaments; prepared, fresh, dried, bleached, impregnated
0604 foliage, grasses, mosses etc. for bouquets, prepared, fresh, dried, bleached, impregnated

07 EDIBLE VEGETABLES
0701 potatoes (excl. sweet potatoes), fresh or chilled
0702 tomatoes, fresh or chilled
0703 onions, shallots, garlic, leeks & other alliaceous vegetables, fresh or chilled
0704 cabbages, cauliflower, kohlrabi, kale etc., fresh or chilled
0705 lettuce and chicory, fresh or chilled
0706 carrots, turnips & other edible roots, frozen, chilled beetroot, salsify, celeriac, radishes
0707 cucumbers and gherkins, fresh or chilled
0708 leguminous vegetables, shelled or unshelled, fresh or chilled peas, beans, chickpeas, lentils
0709 vegetables nesoi, fresh or chilled
0710 vegetables (uncooked/cooked by steam etc), frozen
0711 vegetables, temporarily preserved, not now edible
0712 vegetables, dried, whole, cut, sliced, broken, powder not further prepared
0713 leguminous vegetables, dried, shelled
0714 cassava, sweet potatoes, roots & tubers nesoi, fresh or dried; sago pith

08 EDIBLE FRUIT & NUTS, CITRUS FRUIT/MELON PEEL
0801 coconuts, brazil nuts & cashew nuts, fresh or dried
0802 nuts nesoi, fresh or dried; almonds, hazelnuts, walnuts, chestnuts, pecan, macadamia
0803 bananas and plantains, fresh or dried
0804 dates, figs, pineapples, avocados, guavas, mangoes, fresh or dried
0805 citrus fruit, fresh or dried
0806 grapes, fresh or dried
0807 melons and papayas, fresh
0808 apples, pears and quinces, fresh
0809 apricots, cherries, peaches, plums & sloes, fresh
0810 fruit nesoi, fresh
0811 fruit & nuts, steamed, boiled, frozen
0812 fruit & nuts temporarily preserved, not now edible
0813 other fruit dried; mixtures of nuts or dried fruit
0814 peel of citrus or melon, fresh, frozen, dried, in brine, sulfur water

09 COFFEE, TEA, MATE & SPICES
0901 coffee; coffee husks & skins; substitutes with coffee
0902 tea
0903 mate
0904 pepper, genus piper; genus capsicum or pimenta
0905 vanilla beans
0906 cinnamon and cinnamon-tree flowers
0907 cloves (whole fruit, cloves and stems)
0908 nutmeg, mace and cardamoms
0909 seeds, anise, badian, fennel, coriander, cumin, caraway etc.
0910 ginger, saffron, tumeric, thyme, bay leaves, curry, origanum etc.

10 CEREALS
1001 wheat and meslin
1002 rye in the grain
1003 barley
1004 oats
1005 corn (maize)
1006 rice
1007 grain sorghum
1008 buckwheat, millet & canary seed; other cereals

11 MILLING PRODUCTS
1101 wheat or meslin flour
1102 cereal flours, excl. of wheat or of meslin
1103 cereal groats, meal and pellets
1104 cereal grains, worked; cereal germs, worked
1105 flour, meal and flakes of potatoes
1106 flour & meal of dry leguminous vegetables, sago, roots/tubers, fruit
1107 malt, whether or not roasted
1108 starches; inulin
1109 wheat gluten, dried or not

12 OIL SEEDS, MISC. GRAINS/SEEDS/FRUIT, INDUSTR./MED. PLANTS, STRAW & FODDER
1201 soybeans, whether or not broken
1202 peanuts (groundnuts), raw
1203 copra
1204 flaxseed (linseed), whether or not broken
1205 rape or colza seeds, whether or not broken
1206 sunflower seeds, whether or not broken
1207 other oil seeds & oleaginous fruits, broken or not
1208 flour & meal of oil seed & oleaginous fruit (no mustard)
1209 seeds, fruit and spores, for sowing
1210 hop cones, fresh, dried, powdered, pellets; lupulin
1211 plants for pharmacy, perfumery, insecticides etc.
1212 locust beans, seaweed etc.; sugar beet/cane; fruits stones/kernels
1213 Cereal straw & husks unprepared w/n chop etc. or pellet
1214 rutabagas, hay, clover & other forage products

13 LAC, GUMS, RESINS ETC.
1301 lac; natural gums, resins, gum-resins and balsams
1302 vegetable saps & extracts

14 VEGETABLE PLAITING MATERIALS
1401 vegetable plaiting materials (bamboos, rattans, reeds, rushes etc.)
1402 vegetable materials for stuffing or padding (kapok etc.)
1403 vegetable materials for brooms & brushes (broomcorn, piassava etc.)
1404 vegetable products nesoi

Tuesday 5 August 2008

The targets of agricultural development

After the 1998-1999 economic crises, the agriculture sector is now in a phase of accelerated growth. The agriculture sector has proven to be more resistance to external shock than other sectors. The agriculture sector has been playing a role as a buffer of the national economy, particularly in supplying food; export earning, job opportunity and poverty alleviation. To maintain program sustainability and to keep growth momentum as well as utilize development result, agricultural development program and activities plan is formulated by Ministry of Agriculture.

There are three main targets of agricultural development which must be reached in the next five years namely:
1. The improvement of national food security covering improvement of production capacity of agricultural commodities and decreasing the dependency to food import around 5-10 percent of domestic demand.
2. The improvement of value added and competitiveness advantage of agricultural commodities covering the improvement of the qualities of agricultural products, the improvement agricultural product processing diversification and the increase export and export surplus of agricultural product
3. The improvement of farmer welfares covering the increased on labor productivity in agricultural sector and lower poverty incidences.

In the period of 2005-2009, agricultural sector needs investment of RP 77.07 trillion or RP 14.40 trillion per year. Job opportunities created by agricultural sector in 2009 will be 97.47 percent of job opportunities in agricultural sector. In value added and competitiveness, it will increase the production efficiency reflected by decreasing the growth of production cost per unit by 5 percent per year.

The growth of food crops production is projected to increase around 0.35 - 6.50 percent per year. Production of paddy will increase from 55.03 million tons in 2005 to 57.71 million tons in 2009. Corn production will increase from 11.82 million tons in 2005 to 13.97 million tons in 2009. The percentage of poor people in rural areas will decrease from 18.90 percent in 2005 to 15.02 percent in 2009.

Under the Japan Indonesia Economic Partnership Agreement, Indonesia will be able to export its farm products to Japan as the latter will cut import tariffs on the products or scrap them within 15 years. In exchange, Indonesia will also cut or scrap import tariffs on Japanese products in stages within the next 15 years. Indonesia and Japan as the two countries sign an economic partnership agreement (EPA) which went into effect on July 1, 2008.

In cooperation of agriculture and fisheries will be stressed in 4 projects: Improvement of post-harvest handling and marketing facilities; Standardization and quality control for horticulture products of Indonesia; Project for sustainable Indonesian fisheries product competitiveness; Technical assistance to small and medium enterprises in Indonesian fish and shrimp industry.

Friday 1 August 2008

Falsafah Official Development Assistance (ODA) Jepang

Falsafah Bantuan Jepang - Piagam Official Development Assistance (ODA) Jepang (telah direvisi atas keputusan Kabinet pada tgl. 29 Agustus 2003)

ODA Jepang dilaksanakan sesuai dengan falsafah dan prinsip, dll. yang tercantum dalam Piagam ODA. Berikut ini dijelaskan pokok-pokok utama dari Piagam ODA Jepang.

Tujuan
ODA Jepang bertujuan memberikan kontribusi bagi perdamaian dan pembangunan komunitas internasional, dan dengan demikian membantu menjamin keamanan dan kemakmuran Jepang sendiri. Jepang sebagai salah satu negara yang terkemuka di dunia, bertekad untuk menggunakan sebaik-baiknya ODA dalam prakarsa mengatasi isu-isu pembangunan.

Kebijakan Dasar
(1) Mendukung usaha swadaya negara-negara yang sedang berkembang
Falsafah yang paling penting dari ODA Jepang adalah mendukung usaha-usaha swadaya yang dilakukan oleh negara-negara yang sedang berkembang berdasarkan tata-pemerintahan yang baik, yaitu dengan memberikan kerjasama bagi pengembangan sumberdaya mereka, pembangunan institusi termasuk pengembangan sistem hukum, dan pembangunan prasarana ekonomi dan sosial, yang merupakan basis bagi pembangunan negara-negara tersebut.

(2) Perspektif "keamanan manusia"
Jepang akan mementingkan perspektif keamanan manusia dalam kegiatan-kegiatan ODA. Jepang akan melakukan usaha-usaha untuk melindungi individu-individu dan komunitas-komunitas dari ancaman seperti konflik, kejahatan, kemiskinan dan penyakit-penyakit menular, dan memberikan bantuan bagi pemberdayaan rakyat agar mereka dapat mengatasi berbagai ancaman tersebut.

(3) Jaminan keadilan
Dalam pelaksanaan ODA, Jepang akan mempertimbangkan kondisi kaum yang rentan secara sosial, jurang antara si kaya dan si miskin serta jurang yang terdapat antar berbagai kawasan di negara-negara yang sedang berkembang. Selanjutnya, akan diberikan perhatian penuh terhadap dampak lingkungan dan sosial dari proyek-proyek ODA. Jepang akan melakukan usaha-usaha selanjutnya untuk memperbaiki status kaum wanita.

(4) Pemanfaatan pengalaman dan keahlian Jepang
Jepang akan memanfaatkan pengalamannya sendiri, berbagai teknologi maju dan sumberdaya manusia dalam ODA-nya sementara mempertimbangkan berbagai kebijakan dan kebutuhan akan bantuan di negara-negara yang sedang berkembang.

(5) Kemitraan dan kolaborasi dengan masyarakat internasional
Jepang akan memperluas kolaborasi dengan para pelaku lainnya yang menangani bantuan pembangunan, seperti organisasi-organisasi internasional, negara-negara donor lainnya, LSM dan sektor swasta.

Isu Prioritas
Isu-isu yang akan diatasi sebagai priortas melalui ODA adalah (1) Pengentasan kemiskinan, (2) pertumbuhan yang berkesinambungan, (3) isu-isu global seperti berbagai masalah lingkungan, berbagai penyakit infeksi, populasi, makanan, energi, bencana nasional, terorisme, obat-obatan narkotik, kejahatan internasional, dll.), (4) pembangunan perdamaian.

Kawasan-kawasan prioritas
Asia sebagai kawasan yang menjalin hubungan erat dengan baik dengan Jepang, merupakan kawasan prioritas. ODA akan dipakai untuk membina hubungan yang lebih erat dengan kawasan ini dan untuk membetulkan berbagai kesenjangan.

Prinsip pelaksanaan ODA
Sejalan dengan falsafah yang dikemukakan di atas, ODA Jepang akan diberikan dengan memasukkan dalam pertimbangan: berbagai kebutuhan akan bantuan di negara-negara yang sedang berkembang, kondisi sosio-ekonomi, dan hubungan bilateral Jepang dengan negara penerima bantuan, sesuai dengan prinsip Piagam PBB (khususnya hak-hak kedaulatan, kesetaraan dan non-intervensi dalam urusan dalam negeri), serta juga pokok-pokok berikut ini.

(1) Lingkungan dan pembangunan akan berjalan seiringan.
(2) Dihindari pemakaian ODA untuk tujuan-tujuan kemiliteran atau untuk memperparah konflik.
(3) Perhatian penuh akan diberikan terhadap trends dalam perbelanjaan kemiliteran, pengembangan/
produksi senjata perusakan massal dan misil, ekspor/impor senjata di negara penerima serta hal-hal
lain di negara penerima.
(4) Perhatian penuh akan diberikan terhadap usaha-usaha demokratisasi dan penerapan ekonomi pasar,
dan perlindungan hak-hak asasi manusia di negara penerima.

Sumber: Kedutaan Besar Jepang di Jakarta