Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sunday, 27 October 2019

Dampak ASF pada Peternakan di Timor-Leste

Pulau Timor bagian Barat Provinsi Nua Tenggara Timur mempunyai kedekatan baik wilayah maupun kekerabatan penduduk di sepanjang perbatasan dengan Timor-Leste. Pada September 2019, Timor-Leste telah melaporkan Wabah Demam Babi Afrika (African Swine Fever/ASF) di negaranya.

Untuk langkah pencegagan masuknya ASF dari Timor Leste ke Indonesia maka perlu mempelajari perkembangan kondisi dan situasi ASF di Timor-Leste. Di sini disampaikan hasil kajian yang dilaporkan oleh Dominic Smitha dan kawan-kawan.

Ringkasan
Timor-Leste merupakan negara dimana babi dipelihara oleh lebih dari 70 persen rumah tangga. Pada September 2019 negara tersebut menjadi negara Asia kesebelas yang melaporkan Demam Babi Afrika (African Swine Fever/ASF). Pada penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa di Timor-Leste konsumsi daging babi nasional rendah, terapi babi memiliki nilai moneter yang luar biasa untuk peternak kecil. Nilai populasi babi hidup secara nasional sekitar USD160 juta - lebih yang terkumpul dari USD 1.000 per rumah tangga pemelihara babi. Karenanya, babi berfungsi untuk melindungi keluarga dari tekanan ekonomi, terutama untuk biaya kesehatan dan pendidikan. Meskipun bukan penyakit zoonosis (yang dapat ditularkan ke manusia), potensi ASF menimbulkan dampak negatif yang besar bagi peternak kecil di Timor-Leste tidak dapat diremehkan. Disimpulkan bahwa Timor-Leste menghadapi tantangan yang sangat berat dalam merespon wabah ASF sehingga mempunyai alasan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan bantuan internasional.

1. Pendahuluan

Ketika kematian babi massal terdeteksi di Timor-Leste selama September 2019, akhirnya dikonfirmasi dengan uji laboratorium bahwa kematian massal tersebut disebabkan oleh Demam Babi Afrika (African Swine Fever/ASF). Respon cepat telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian dan Perikanan (MAF) Timor-Leste yaitu memberitahukan kepada Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) pada tanggal 27 September, yang dilakukan dalam waktu 24 jam setelah positif ASF. Setelah itu OIE mencatat hasil laporan terdapat 100 wabah di dalam kota Dili yang terdiri dari 405 kasus dengan tingkat fatalitas kasus 100%, meskipun sebuah sumber berita pemerintah melaporkan 2145 kasus di kota Dili, Ermera, Lautein dan Manatutu. Penyebaran ASF yang cepat dan konsisten dengan gambaran epidemiologis di wilayah tersebut.

ASF pertama kali dilaporkan di Tiongkok pada Agustus 2018 dan sekarang di beberapa negara Asia. ASF adalah penyakit virus sangat menular, belum ada vaksin, disebarkan oleh babi hidup atau mati, daging babi mentah dan matang, vektor dan fomites. ASF menempatkan 50% dari kawanan babi global dalam risiko di China saja dan meskipun bukan zoonosis, dampak ASF pada kehidupan dan mata pencaharian peternak babi dan rantai nilai babi baik di dalam maupun di luar negara-negara Asia yang terkena dampak tidak dapat diremehkan.

Pada bulan September 2019, ketika Kementerian Pertanian dan Perikanan (MAF) memulai investigasi awal, sedang dilakukan pekerjaan lapangan putaran ketiga untuk tahun 2019, mengumpulkan data untuk mengevaluasi peluang terkena ASF bagi peternak kecil di negara tersebut. Sehubungan dengan kemunculan ASF dan permintaan untuk memberikan tanggapan, di sini digambarkan dampak ASF yang potensial dan sangat merugiÄ·an peternak kecil di Timor-Leste. Untuk memberikan analisis ini tepat waktu, digunakan literatur yang ada dan temuan terbaru dari penelitian observasional, partisipatif dan kualitatif lainnya di empat kota.

2. Peternakan babi di Timor-Leste merupakan peternakan skala kecil dimana lebih dari 70% rumah tangga memelihara babi

Di seluruh China dan sebagian besar Asia Tenggara, usaha peternakan babi skala menengah hingga besar menyumbang setidaknya 20% dari total populasi babi [6], dengan kecenderungan umum menuju komersialisasi sektor yang telah dipercepat oleh efek ASF di seluruh sebagian besar wilayah.

Timor-Leste secara signifikan berbeda dengan semua negara Asia yang terkena dampak lainnya di mana hampir seluruh kawanan babi nasional dipelihara oleh peternak kecil; rata-rata jumlah babi yang dipelihara per rumah tangga adalah kurang dari tiga ekor. Gambaran lain yang relatif unik dari sektor babi di Timor-Leste adalah bahwa babi dipelihara oleh sejumlah besar rumah tangga baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Sektor pemeliharaan babi terdiri dari sekitar 142.000 (72%) rumah tangga di negara ini. Di sebagian besar masyarakat pedesaan, setidaknya 75% rumah tangga memelihara babi. Di Timor-Leste, lebih dari di banyak negara lain, bahwa kematian akibat ASF akan menimpa pada peternak kecil baik di lingkungan perkotaan maupun pedesaan.

3. Babi mahal dan nilai peternakan babi nasional adalah sekitar USD 160 juta  

Bagi keluarga peternak kecil mengganti babi baru dari luar memerlukan biaya yang cukup banyak. Berdasarkan data lapangan serta informasi yang dikumpulkan oleh Cargill, hewan hidup berharga sekitar USD 150 per babi, USD 600 per babi penggemukan (dengan asumsi berat rata-rata 60 kg) dan USD 500 per babi. Pada sensus terakhir, populasi babi nasional hampir 420.000 dengan ukuran rata-rata jumlah babi per rumah tangga 2,86 ekor. Dengan asumsi distribusi jenis babi dalam kawanan khas sistem produksi berbasis peternakan kecil di Asia, dapat diasumsikan data : 15% merupakan ternak induk, 45% anak babi dan sisanya 40% adalah babi penyapih dan babi penggemukan. Berdasarkan nilai-nilai unit ini, nilai ternak babi nasional lebih dari USD 160 juta. Ini menyiratkan nilai rumah tangga per pemeliharaan babi lebih dari USD 1.000, yang merupakan stok tabungan yang sangat penting mengingat PDB per kapita adalah sekitar USD 1.200 dan lebih dari 70% populasi hidup dengan kurang dari USD 3,20 per hari.

4. Babi bernilai ekonomi dalam upacara adat

Babi terutama digunakan untuk tujuan sosiokultural dan seremonial, babi tidak hanya bernilai simbolis bagi petani kecil di Timor-Leste. Sementara konsumsi daging babi di Timor-Leste di luar upacara adat dilaporkan sangat rendah, fokus pada data konsumsi terlalu sederhana; dampak kematian babi pada mata pencaharian peternak kecil di negara ini sangat tinggi. Ini dijelaskan dengan nilai babi hidup dan tak tergantikannya babi hidup untuk upacara adat utama.

Temuan baru-baru ini mengungkapkan bahwa ketika rumah tangga mereka tidak dapat menyediakan babi hidup mereka sendiri untuk upacara adat, mereka harus membelinya dengan uang dari anggaran pendidikan, makanan, dan kesehatan mereka. Akibatnya, meskipun ASF bukan zoonosis, ASF menimbulkan tantangan One Health di Timor-Leste. Di antara dampak lainnya, kematian babi menimbulkan dampak tidak langsung terhadap ketahanan pangan dan gizi rumah tangga. Di sebuah negara dengan tingkat kekerdilan anak melebihi 50%, masalah ini menjadi perhatian serius.

5. Peternakan Babi _back yard_ menyangga keluarga dari tekanan ekonomi

Telah diperoleh data juga yang menggambarkan babi sebagai tabungan ternak yang penting, yang dapat dijual untuk menutupi kebutuhan darurat keluarga atau untuk menutupi pengeluaran yang tidak terduga terutama biaya yang terkait dengan pendidikan anak-anak. Babi secara signifikan lebih berharga daripada ternak ayam atau kambing karena babi beranak lebih cepat daripada sapi, jadi sering kali merupakan komoditas ternak pilihan pertama untuk memperbaiki tekanan keuangan.

Membangun kembali peternakan babi secara nasional setelah wabah ASF bisa dikendalikan akan membutuhkan waktu yang lama. Karena peternak babi kemungkinan akan memerlukan pengadaan babi untuk tujuan restocking, kenaikan harga anak babi dan pengadaan babi dalam jangka pendek-menengah dapat menambah dan memperpanjang dampak negatif ASF terhadap mata pencaharian para peternak kecil. Sebagian besar pembahasan internasional tentang wabah ASF di Timor-Leste telah fokus pada kedekatan jarak, dan potensi penularan kepada peternakan babi komersial di negara tetangga Australia dan Indonesia. Ini tentu saja merupakan keprihatinan yang wajar. Telah disoroti di sini kemungkinan ASF sangat nyata berdampak besar dan negatif pada mata pencaharian dan keamanan pangan bagi kelompok menengah ke bawah..

6. Timor-Leste menghadapi banyak tantangan dalam merespon Demam Babi Afrika

Banyak tantangan bagi Timor-Leste dalam merespon ASF.

Pertama, ASF bisa sulit dibedakan dari Classical Swine Fever (CSF), yang endemik di Timor-Leste. Sementara kematian babi yang memicu penyelidikan wabah pada bulan September jauh lebih tinggi dalam jumlah dan tingkat daripada MAF telah melihat dengan CSF, tanda-tanda klinis yang tumpang tindih dapat menjelaskan mengapa hanya 41% dari sampel yang awalnya diuji untuk ASF adalah positif.

Langkah-langkah tindak lanjut akan mencakup identifikasi genotipe virus ASF dan pengembangan definisi kasus lokal, terutama menyoroti setiap titik perbedaan antara ASF dan genotipe khusus CSF yang beredar di Timor-Leste.

Kedua, Timor-Leste tidak memiliki kapasitas untuk melakukan tes definitif untuk ASF sehingga sampel harus dikirim ke laboratorium Australia.

Ketiga, penularan ASF akan didorong oleh karakteristik peternakan babi nasional. Ini termasuk kepadatan ternak babi di seluruh negeri, dominasi sistem _freerange_ dan ketergantungan yang besar pada pemberian makan dengan sampah rumah tangga.

Menurut Kinerja OIE dari Analisis Kesenjangan Layanan Veteriner, seluruh layanan veteriner di Timor-Leste sangat kekurangan sumber daya dalam semua hal: keuangan, fisik dan manusia, baik dalam jumlah staf maupun kapasitas teknis mereka.

Faktor-faktor di atas dikombinasikan dengan karakteristik patogen dan nilai babi untuk Timor-Leste menggambarkan potensi kehancuran peternakan babi.

Terdapat alasan kuat untuk dukungan yang tepat waktu dan tepat sasaran bagi Pemerintah Timor-Leste dari Komunitas Internasional, tidak hanya untuk melindungi negara dari ancaman ASF, tetapi juga untuk mencegah potensi krisis di seluruh negara.

SUMBER:

Dominic Smitha, Tarni Cooper, Abrao Pereirac, Joanita Bendita da Costa Jong. 2019. Counting the cost: The potential impact of African Swine Fever on smallholders in Timor-Leste. One Health 8 (2019) 100109.

Menuju Nol Kematian Manusia Akibat Rabies


Kolaborasi United Against Rabies Merayakan Satu Tahun Kemajuan Menuju Nol Kematian Akibat Rabies pada Manusia pada Tahun 2030

 

Sejak peluncuran inisiatif "Zero by 30" pada tahun 2018, kolaborasi United Against Rabies telah mencapai kemajuan signifikan dalam mendukung, melibatkan, dan memberdayakan negara-negara untuk mencapai tujuan eliminasi rabies pada tahun 2030. Laporan kemajuan tahunan pertama, yang dirilis hari ini bertepatan dengan Hari Rabies Sedunia, menguraikan dampak kolaboratif bertahap dari keempat mitra dalam mempromosikan pendekatan One Health dan mencapai tiga tujuan Rencana Strategis Global.

 

Dalam 16 bulan terakhir saja, lebih dari 2 juta dosis vaksin rabies anjing yang terjamin kualitasnya telah dikirimkan ke 133 negara di Asia dan Afrika; lebih dari 450 tenaga kesehatan telah dilatih di 70 dari 89 negara tempat rabies pada manusia terjadi, dan lebih dari 200 acara edukasi dan kesadaran telah diselenggarakan di 62 negara.

 

Memfasilitasi Akses ke Vaksin, Obat-obatan, dan Edukasi

Dalam mendukung tujuan pertama Rencana Strategis, yaitu mengeliminasi rabies melalui penggunaan efektif vaksin, obat-obatan, alat, dan teknologi, kolaborasi UAR telah memungkinkan implementasi tindakan konkret di negara-negara untuk menangani rabies pada sumbernya, yaitu anjing yang terinfeksi. Pada tahun 2018, upaya ini mencakup:

1.     Meningkatkan akses ke vaksin rabies anjing berkualitas tinggi, dengan mengirimkan lebih dari 2 juta dosis ke 13 negara di Asia dan Afrika melalui Bank Vaksin Rabies OIE.

2.     Meningkatkan penanganan kasus gigitan anjing yang berpotensi terpapar rabies manusia, dengan mengadakan pelatihan bagi lebih dari 450 tenaga kesehatan di 70 dari 89 negara tempat rabies pada manusia terjadi, yang diselenggarakan oleh WHO dan mitra UAR lainnya.

3.     Meningkatkan edukasi dan kesadaran tentang rabies, melalui webinar Hari Rabies Sedunia yang diorganisasi oleh FAO dan mitra UAR lainnya, serta hampir 200 acara pada Hari Rabies Sedunia yang terdaftar di situs web GARC dari 62 negara, yang menarik perhatian signifikan melalui media cetak, digital, dan saluran media sosial. Lokakarya pengembangan kapasitas dalam komunikasi juga diselenggarakan oleh OIE.

 

Memberikan Panduan, Kebijakan, dan Alat Pemantauan yang Jelas kepada Negara-negara

Untuk memperluas cakupan tindakan, kelompok ini memberikan panduan kebijakan untuk kerangka tata kelola yang efektif dalam eliminasi rabies. Dalam 16 bulan terakhir, pekerjaan ini mencakup:

1.     Memperbarui manual teknis dan standar oleh OIE dan WHO untuk menyelaraskan panduan di sektor kesehatan hewan dan manusia.

2.     Melakukan penilaian kemajuan menuju eliminasi rabies oleh jaringan rabies regional di lebih dari 67 negara. Hasilnya menunjukkan bahwa 12 negara telah menghasilkan rencana aksi nasional yang komprehensif atau diperbarui.

3.     Memfasilitasi kegiatan pelatihan di 14 negara bersama dengan pelatihan lain dan pengujian profisiensi FAO, yang menyebabkan 80 negara melaporkan kerangka kerja nasional yang disahkan untuk eliminasi rabies.

Kolaborasi UAR mendukung harmonisasi data untuk meningkatkan pemantauan global dengan rencana menghubungkan platform data WHO, OIE, dan GARC. Selain itu, alat baru untuk mengevaluasi aktivitas rabies sedang dikembangkan untuk analisis data yang mendalam dan terperinci.

 

Mempertahankan Komitmen dan Sumber Daya Negara

Keterlibatan masyarakat, komitmen politik, dan koordinasi antara aktor utama sangat penting untuk mengeliminasi rabies, sebagaimana dibuktikan oleh kemajuan terkini.

 

Sejak 2018, kolaborasi UAR telah meningkatkan keterlibatan dengan komunitas rabies global dan negara-negara individu. Komitmen terhadap “Zero by 30” terus meningkat dan harus tetap berlanjut.

 

Kolaborasi UAR telah mengidentifikasi 60 mitra pengembangan dan berupaya melibatkan semua pemangku kepentingan dalam komunitas rabies, termasuk institusi pemerintah, aktor non-negara, akademisi, organisasi internasional, dan negara-negara individu. Upaya yang terkoordinasi dalam advokasi dan investasi global dan nasional telah dimulai.

 

Kemajuan yang dicapai sejak 2018 sangat menggembirakan. Tantangannya adalah terus memperkuat dukungan komunitas di tingkat akar rumput, subnasional, dan nasional, serta mempertahankan komitmen politik untuk membebaskan setiap negara dari kematian manusia akibat rabies yang ditularkan melalui anjing.

 

Tentang "Zero by 30"

Rabies sepenuhnya dapat dicegah, dan vaksin, obat-obatan, alat, serta teknologi telah lama tersedia untuk mencegah kematian akibat rabies yang ditularkan oleh anjing. Namun, rabies masih membunuh sekitar 60.000 orang setiap tahun, dengan lebih dari 40% di antaranya adalah anak-anak, terutama di daerah pedesaan di negara-negara dengan kondisi ekonomi kurang berkembang di Afrika dan Asia. Dari semua kasus pada manusia, hingga 99% ditularkan melalui gigitan anjing yang terinfeksi.

 

Rencana Strategis Global, yang diluncurkan pada Juni 2018, menargetkan reservoir rabies pada anjing dan menyelaraskan upaya untuk mencegah rabies pada manusia serta memperkuat sistem kesehatan hewan dan manusia. Rencana ini menempatkan negara-negara di pusat perhatian dengan dukungan internasional yang diperbarui untuk melakukan perubahan sosial yang diperlukan, melalui pendekatan pragmatis dengan tiga tujuan:

1.     Mengeliminasi rabies melalui penggunaan efektif vaksin, obat-obatan, alat, dan teknologi.

2.     Menghasilkan, menginovasi, dan mengukur dampak langkah pengendalian rabies; menyediakan panduan, kebijakan efektif, dan tata kelola; serta menghasilkan data yang andal untuk pengambilan keputusan yang efektif.

3.     Mempertahankan komitmen dan sumber daya negara.

 

Dengan mengimplementasikan Rencana ini, negara-negara yang terkena dampak akan bergerak lebih dekat ke Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 3.3, "Pada tahun 2030, mengakhiri epidemi penyakit tropis yang terabaikan," dan membuat kemajuan menuju pencapaian SDG 3.8 tentang cakupan kesehatan universal.

 

1.     Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (OIE), Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), dan Aliansi Global untuk Pengendalian Rabies (GARC).

2.     Tripartit (FAO, OIE, WHO) mengakui dalam pendekatan "One Health" bahwa kesehatan manusia terkait dengan kesehatan hewan dan lingkungan. Mereka telah mengidentifikasi rabies sebagai salah satu dari tiga prioritas untuk menunjukkan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam pengelolaan risiko yang efektif.

3.     Negara-negara seperti Benin, Eritrea, Indonesia, Kenya, Lesotho, Malaysia, Myanmar, Namibia, Filipina, Singapura, Togo, Tunisia, dan Zimbabwe.

 

SUMBER:

WHO International

Kementan Apresiasi INDOHUN Atas Kontribusi ImplementasiKementan Apresiasi INDOHUN Atas Kontribusi Implementasi Kementan Apresiasi INDOHUN Atas Kontribusi Implementasi One Health

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementan mengapresiasi Indonesia One Health University Network (INDOHUN) atas kepedulian khususnya terhadap kondisi kesehatan hewan di Indonesia dengan memfasilitasi kolaborasi multidisiplin dalam menanggulangi penyakit menular dan tantangan kesehatan pada manusia, hewan, dan lingkungan. Hal ini disampaikan oleh Pudjiatmoko yang mewakili Direktur Kesehatan Hewan saat menghadiri Diseminasi Hasil Penelitian Disease Emergence and Economic Evaluation of Altered Landscape (DEAL) di JS Luwansa Hotel Jakarta (22/7).

"Kami mengapresiasi diseminasi nasional terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan dan hal ini akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan kebijakan bagi pemerintah" ungkap Puji pada pertemuan yang dihadiri perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Koordinasi PMK, Kementerian Riset, teknologi dan PT, Bappenas, Kementerian Pertanian, Badan Informasi Geospasial, BPS, dan Para Ahli serta Tim peneliti DEAL di Provinsi Riau, Kalimantan Timur, dan Papua Barat tersebut.

Lanjut Puji, menambahkan Kementan telah berkomitmen untuk mencapai ketahanan kesehatan nasional dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons cepat berbagai penyakit yang bersifat zoonosis dan berpotensi wabah.

“Kementan terus melakukan berbagai terobosan untuk menjaga hewan di seluruh nusantara dari ancaman penyakit menular,’’ tegas Puji.

Puji menjelaskan upaya Kementan untuk mengendalikan dan memusnahkan penyakit hewan menular harus menyeluruh terhadap pembangunan pertanian dari Sabang sampai Merauke termasuk salah satu daerah perhatian adalah Papua dengan melakukan penerapan fungsi laboratorium yang signifikan dalam menjaga kesehatan hewan, manusia, serta lingkungan. Pudji menyampaikan bahwa saat ini sedang dibangun Unit Pelaksana Teknis (UPT) Veteriner di bawah Kementan yang merupakan laboratorium layanan penyidikan penyakit hewan dan pemeriksaan kesehatan hewan untuk wilayah Papua dan Papua Barat.

Menurutnya, tantangan besar dalam peternakan dan kesehatan hewan yakni meningkatnya kepedulian global terhadap penyakit hewan lintas batas / penyakit menular yang muncul sehingga laboratorium kesehatan hewan memiliki peran yang sangat penting dalam sistem kesehatan.

Rencana pembangunan UPT Veteriner di Papua, untuk wilayah Indonesia bagian Timur sebagai solusi agar dapat memperpendek rentang kendali penangangan penyakit hewan dimana selama ini di bawah Balai Besar Veteriner Maros, Sulawesi Selatan sehingga denagan adanya Balai Veteriner di Papua diharapkan respon untuk penangangan penyakit hewan lintas batas / penyakit menular akan lebih cepat apalagi posisi Papua berhadapan langsung dengan Papua New Guenia.

Penelitian Lintas Sektor

Pertemuan Diseminasi hasil penelitian DEAL ini difasilitasi oleh Indohun yakni sebuah organisasi non-profit yang berdiri sejak 2012 dimana kalangan akademisi, peneliti, kaum profesional, dan para stakeholders bersatu untuk mengatasi masalah kesehatan baik secara regional maupun global. Terkait penelitian ini, Indohun menggandeng University of Minesota dan Ecohealth Alliance untuk bekerjasama dalam melakukan penelitian di 3 Provinsi untuk menganalisis dampak kesehatan dan ekonomi dari Tata Guna Lahan dan Hutan.

Wiku Adisasmito, selaku koordinator Indohun mengungkapkan pentingnya hubungan perubahan lahan dengan ancaman penyakit zoonosa. Menurutnya perlu adanya penguatan koordinasi dan kerjasama lintas Kementerian sehingga mampu menciptakan sistem informasi terintegrasi yang mampu menyediakan data lintas sektoral.

“Pemerintah perlu mempertimbangkan dampak perubahan lahan terhadap penyakit dan nilai ekosistem serta dampak ekonomi yang timbul dalam membuat kebijakan” tutur Wiku.

Sementara itu, Senior Infectious Disease Advisor, USAID Indonesia Tim Meinke menyampaikan bahwa perubahan pemanfaatan lahan berpotensi menjadi faktor pendorong terbesar yang berkontribusi terhadapnya meningkatnya resiko munculnya penyakit meskipun secara luas dipahami bahwa presentasi penyakit yang muncul pada manusia berasal dari hewan memiliki angka yang signifikan.

“Perlunya peningkatan pemahaman kita bersama terhadap peran pemanfaatan lahan secara tepat” ujarnya.

Untuk melindungi kesehatan masyarakat, hewan, dan lingkungan, Puji menekankan perlunya komitmen Pemerintah Daerah untuk membuat kebijakan yang mendorong pencegahan penularan penyakit zoonosa sehingga akan memperkuat kesiapsiagaan Indonesia terhadap ancaman wabah penyakit.

Sumber:
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan.

Saturday, 26 October 2019

Baterai Mobil Listrik Bertahan 2.400 KM

 

 Baterai Mobil Listrik Kini Bisa Bertahan 2.400 KM, Revolusi Industri Dimulai

 

Revolusi mobil listrik masa depan kemungkinan bisa dimulai pada tahun 2020. Hal itu karena seorang ilmuwan berhasil menemukan baterai mobil listrik yang bisa bertahan hingga 1.500 mil atau sekitar 2.414 kilometer dalam sekali pengisian daya.

Ilmuwan sekaligus penemu jenius tersebut bernama Trevor Jackson, mantan perwira dari Angkatan Laut Britania Raya (Royal Navy).

Trevor Jackson dapat menemukan baterai mobil listrik yang kemampuannya bahkan 4 kali lipat kemampuan baterai top industri saat ini.

Berkat penemuan dan inovasinya, Jackson telah membuat kesepakatan dengan perusahaan swasta untuk memproduksi perangkat penemuannya dalam skala besar di Inggris.

Masih belum jelas berapa nilai kontrak awalnya, namun analis memperkirakan bahwa Jackson bisa mendapatkan kontrak bernilai jutaan poundsterling atau puluhan miliar rupiah.

Baterai tidak hanya dapat menggerakkan mobil listrik dalam skala yang tidak mungkin dilakukan oleh baterai listrik konvensional, namun baterai juga bisa digunakan untuk menggerakkan bus, truk, bahkan pesawat.

Setelah bekerja sama dengan Jackson dan memanfaatkan patennya, Austin Electric akan mulai memasukkan teknologi tersebut ke dalam kendaraan mereka mulai tahun 2020.

Kepala Eksekutif Austin Electric, Danny Corcoran menjelaskan bahwa penemuan dari Jackson dapat membuat revolusi industri mobil listrik.

"Ini dapat membantu memicu revolusi industri berikutnya. Kemampuan dibandingkan baterai kendaraan listrik konvensional sangat besar dan itu sangat menguntungkan," kata Corcoran dikutip dari Daily Mail.

Hal yang membuat Jackson diacungi jempol adalah perjuangannya mengembangkan baterai tersebut.

Ternyata, Trevor Jackson telah menemukan teknologi ini lebih dari satu dekade lalu dan ia mendapatkan perlawanan dari industri mobil konvensional.

Trevor Jackson mengklaim dirinya pernah dihambat oleh produsen besar ketika perusahaan mereka mencoba melobi Kantor Luar Negeri Inggris.

Jackson menceritakan bahwa lobi yang dilakukan bertujuan untuk melarang penemuannya dari acara resmi yang membahas potensi mobil listrik masa depan.

Ia mulai mempelajari kemampuan benda memproduksi listrik dengan mencelupkan aluminium ke dalam larutan kimia yang dikenal sebagai elektrolit.

Meskipun teknologi tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1960-an, masalahnya adalah bahwa elektrolit itu, sampai saat ini, sangat berbahaya dan beracun.

Dari situlah penemuan datang karena Jackson berhasil menciptakan solusi yang aman.

Inovasinya membuat elektrolit menjadi tidak beracun dan bahkan ia telah mendemonstrasikan dengan meminumnya di depan para investor.

Apabila berhasil di Inggris dan Eropa, inovasi teknologi baterai mobil listrik milik Trevor Jackson diharapakan juga akan dikenalkan ke pasar Asia.

Sumber: Hitekno.com 

Tim Olimpiade Kimia Indonesia Dapat 4 Medali

 

Tim Olimpiade Kimia Indonesia Persembahkan Empat Medali 


Tim Indonesia berhasil mempersembahkan empat medali yaitu dua medali perak dan dua perunggu pada ajang bergengsi Olimpiade Kimia Internasional ke-51 atau 51st International Chemistry Olympiad (IChO) di Paris, Prancis. Medali perak diraih Bakuh Danang Setyo Budi (SMA Semesta BBS Semarang) dan Winston Cahya (SMAK Petra 2 Surabaya), sedangkan medali perunggu dipersembahkan Jessica Marry Listijo (SMAK BPK Penabur Gading Serpong Tangerang Selatan) dan Bayu Dwi Putra (SMAN 2 Tangerang Selatan).

Olimpiade Kimia Internasional berlangsung dari tanggal 21 hingga 30 Juli 2019 di The National School of Physical Chemistry and Biology (NSPCB) - Pierre-Gilles de Gennes High School,  Paris, Prancis. Tim Indonesia dipimpin oleh Riwandi Sihombing Ph.D, Prof. Dr. Djulia Onggo, Dr. Deana Wahyuningrum dan Dr. rer. nat Agustino Zulys

Kompetisi bergengsi di bidang kimia ini menguji kemampuan peserta olimpiade kimia dalam penguasaan teori kimia dan keterampilan praktikal di laboratorium. Kompetisi IChO tahun 2019 ini dikuti oleh 300 siswa dari 80 negara dari seluruh dunia, ditambah 6 negara sebagai observer (tanpa mengikutsertakan siswa). Setiap negara peserta paling banyak dapat mengirimkan empat siswa terbaik bidang kimia di negaranya.

Keempat siswa Indonesia yang berkompetisi di olimpiade kimia ini terpilih melalui proses seleksi berjenjang yang ketat. Dari dari 30 siswa hasil Olimpiade Sains Nasional (OSN) tahun 2018 di kota Padang, dilakukan tiga tahapan proses seleksi. Tahapan yang meliputi pelatihan, pembinaan dan seleksi berlangsung selama delapan minggu.

Dalam proses pelatihan, mereka dibimbing oleh staf pengajar dari Departemen Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung dan Departemen Kimia FMIPA Universitas Indonesia. Program pelatihan yang dilakukan disesuaikan dengan materi dalam silabus IChO serta silabus teori dan praktik yang disusun oleh steering Committe IChO. Sebagian besar materi tersebut belum atau bahkan tidak pernah diberikan di tingkat SMA di Indonesia. (Nur Widiyanto)

Sumber : Kemendikbud.go.id/main/blog

Friday, 25 October 2019

Kesan dan Pesan Dubes Jepang untuk Malaysia

 

Dubes Jepang Mengucapkan "Sayonara" kepada Malaysia dengan Penghormatan Hangat kepada Dr. Makio Miyagawa

 

Dr. Makio Miyagawa akan mengucapkan sayonara kepada Malaysia setelah lima setengah tahun bertugas di sini sebagai duta besar Jepang, sekaligus memberikan penghormatan luar biasa kepada Perdana Menteri Tun Dr. Mahathir Mohamad.

 

Ia mengatakan bahwa Dr. Mahathir adalah pemimpin yang disukai, dicintai, dihormati, dan dikagumi oleh pemerintah, masyarakat, politisi, dan pengusaha Jepang.

 

"Jika Tun Dr. Mahathir tetap menjadi seorang dokter medis, ia mungkin telah menyembuhkan banyak pasien, tetapi ia memilih menjadi seorang pemimpin politik dan telah menyembuhkan bangsa. Saya belajar banyak dari beliau. Ia adalah pemimpin yang sangat baik, dan saya berharap beliau akan terus menjadi pemimpin yang baik.

 

"Semua orang di Jepang merasa senang memiliki pemimpin seperti beliau di Asia," katanya kepada Bernama dalam wawancara perpisahan di kediaman resminya, Kamis (24 Oktober).

 

Dr. Miyagawa, 68 tahun, yang memiliki gelar PhD dalam Hubungan Internasional dan Hukum dari Universitas Oxford, mengatakan ia akan sangat merindukan Malaysia setelah pulang ke negaranya pada Selasa (29 Oktober).

Namun, ia berjanji akan kembali dan tinggal di negara ini secara paruh waktu di masa mendatang saat ia bersiap untuk pensiun dari dinas diplomatik.

 

Berikut adalah transkrip tanya jawab:

 

T: Anda telah memiliki kesempatan bertugas di Malaysia dua kali dalam karier diplomatik Anda. Setelah bertugas lima setengah tahun sebagai duta besar, kesan apa yang akan Anda bawa pulang tentang Malaysia yang mungkin membuat masa tugas Anda di sini memuaskan dan bermakna?

 

J: Saya sangat senang dan bangga dikirim ke Malaysia dua kali. Malaysia adalah negara yang indah. Kesan saya tentang Malaysia adalah bahwa orang-orang di sini sangat ramah. Ketika saya pertama kali ditugaskan ke Malaysia pada pertengahan 1990-an, saya sangat terkesan dengan sifat penuh kasih dari warganya.

 

Mereka sangat hangat dan baik hati. Sebelum saya ditugaskan ke Malaysia untuk pertama kalinya (sebagai konselor), saya telah mengadakan negosiasi dan kontak dengan orang Rusia, Amerika, dan Eropa. Ini adalah pertama kalinya saya datang ke negara Asia.

 

Saya menyadari bahwa meskipun Malaysia adalah negara asing, saya tidak menganggapnya seperti itu. Orang-orangnya sangat dekat dengan kami, bukan hanya dalam penampilan, tetapi juga dalam perasaan dan hati mereka. Hal ini sangat menyenangkan bagi saya.

 

Kesan kedua adalah perekonomian. Malaysia sedang menuju status negara maju. Malaysia telah melampaui pendapatan per kapita sebesar 10.000 dolar AS; saya pikir nomor dua di antara negara-negara ASEAN.

 

Dulu, ekonomi Malaysia sangat bergantung pada sumber daya alam, tetapi kini perlahan-lahan beralih menjadi berbasis teknologi dan berpusat pada layanan. Status dan tahapan perkembangan ekonomi Malaysia sangat mengesankan bagi saya. Oleh karena itu, saya yakin bahwa industri Jepang, serta pemerintah Jepang, ingin membangun kemitraan yang baik dengan industri Malaysia guna meningkatkan tingkat pengelolaan ekonomi dan pembangunan di kawasan Asia Timur.

 

Ketiga, mengenai politik... banyak orang kadang-kadang berkomentar bahwa politik Malaysia sangat berwarna-warni, tetapi kesan saya adalah bahwa para politisi Malaysia sangat pekerja keras dan serius dalam mendiskusikan berbagai hal di antara mereka sendiri demi kebaikan negara.

 

Meskipun perdebatan terkadang keras dan konfrontatif, menurut saya, perdebatan tersebut dilakukan untuk kepentingan seluruh bangsa. Saya sangat menghargai keterlibatan mereka dalam perdebatan, tidak hanya di Parlemen tetapi juga di Kabinet. Saya mendengar bahwa para menteri sering berkumpul untuk berdiskusi selama tiga hingga empat setengah jam tanpa bantuan birokrasi, membahas cara menciptakan kebijakan, melaksanakan proyek-proyek baru, dan mengambil keputusan terkait kebijakan pemerintah.

 

Keempat, pendidikan. Pemerintah dan rakyat Malaysia telah menekankan pentingnya pendidikan, dan hal ini sangat menjanjikan serta merupakan sesuatu yang sangat baik menurut saya. Hal ini tampak kokoh, solid, dan berorientasi jelas untuk masa depan.

 

Kami, rakyat Jepang, di negara kami telah menempatkan pendidikan sebagai prioritas selama bertahun-tahun, menciptakan sumber daya manusia yang tangguh sebagai fondasi bangsa. Prinsip ini seharusnya juga berlaku di Malaysia. Sikap serius pemerintah dan rakyat Malaysia dalam memperkuat pendidikan sangat mengesankan bagi saya. Saya sangat terdorong oleh sikap langsung mereka terhadap pendidikan.

 

Kami juga senang karena Perdana Menteri menekankan perlunya merevitalisasi dan menghidupkan kembali Kebijakan Pandang ke Timur. Kami sangat senang mengetahui tekad barunya untuk memperkuat kebijakan pendidikan, dan kami siap membantu serta bekerja sama dalam upaya tulusnya memperkuat kebijakan pendidikan.

 

Seperti yang Anda ketahui, Dr. Mahathir telah meminta kami untuk mendirikan cabang baru universitas kami, Universitas Tsukuba, untuk pertama kalinya. Besok (25 Oktober), presiden universitas akan datang ke Malaysia untuk melakukan diskusi terakhir mengenai lokasi dan modalitas pendirian cabang tersebut.

 

Tahun depan, saya memprediksi mereka akan melakukan pra-pembukaan universitas tersebut. Ini akan menjadi kampus pertama universitas Jepang di luar Jepang. Saya sangat senang melihat hal ini terjadi karena, tanpa permintaan Dr. Mahathir, pemerintah kami mungkin tidak mempertimbangkannya secara serius. Hal ini terjadi tepat waktu (ketika saya menjadi duta besar).

 

Kesan saya tentang negara ini... Malaysia adalah negara multiras dan multireligius. Oleh karena itu, pemerintah dan rakyat Anda telah mengerahkan kebijaksanaan untuk menjaga stabilitas dan aktivitas yang kokoh dari beragam ras dan agama.

 

Jepang adalah negara yang sangat unik, sangat homogen. Namun, rakyat kami, terutama para pemuda, sering merasa tidak nyaman ketika pertama kali pergi ke luar negeri. Karena ketidaknyamanan ini, mereka mungkin kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru di luar Jepang.

 

Hal ini telah membatasi aktivitas pemuda kami di luar negeri dan, sampai batas tertentu, melemahkan keterlibatan kami di luar negeri, khususnya di kalangan generasi muda. Malaysia tidak perlu menghadapi masalah seperti itu karena negara ini sudah merupakan negara multireligius. Ketika warga Malaysia pergi ke luar negeri, mereka tidak perlu khawatir dengan lingkungan yang berbeda dan dapat beradaptasi dengan mudah. Dalam hal ini, saya merasa iri, karena Malaysia sudah menjadi negara yang terglobalisasi dan warganya sudah menjadi warga dunia.

 

T: Anda juga menyaksikan perubahan besar dalam pemerintahan dari Barisan Nasional ke Pakatan Harapan, perubahan pertama dalam lebih dari 60 tahun. Apa harapan Anda untuk Malaysia ke depan?

 

J: Kawasan ini telah berkembang sangat pesat. Bertahun-tahun yang lalu, Asia tidak terlalu kuat secara ekonomi maupun politik, dan kita, bangsa Asia, cenderung belajar dari belahan dunia lainnya. Asia cenderung mengandalkan beberapa perkembangan teknologi dari kawasan lain.

 

Untuk itu, saya yakin industri Jepang dan pemerintah Jepang ingin menciptakan kemitraan yang baik dengan industri Malaysia guna meningkatkan pengelolaan ekonomi di Asia Timur.

 

Kesan ketiga adalah politik. Orang mungkin berkomentar bahwa politik Malaysia sangat berwarna, tetapi menurut saya, para politisi Malaysia sangat pekerja keras dan serius dalam membahas berbagai hal demi kebaikan negara.

 

Meskipun debat kadang terdengar keras dan konfrontatif, saya percaya mereka berdebat demi manfaat bangsa.

 

Kesan keempat adalah pendidikan. Pemerintah dan masyarakat Malaysia sangat menekankan pendidikan. Ini adalah hal yang sangat menjanjikan. Kami, orang Jepang, di negara kami telah memberikan penekanan besar pada pendidikan selama bertahun-tahun, menciptakan sumber daya manusia yang tangguh sebagai fondasi bangsa kami, dan hal ini juga seharusnya diterapkan di Malaysia. Sikap serius serta kebijakan pemerintah dan rakyat Malaysia untuk mereintegrasi pendidikan sangat mengesankan bagi saya. Saya sangat terdorong oleh sikap mereka yang tulus terhadap pendidikan.

 

Kami juga senang bahwa perdana menteri menekankan perlunya merevitalisasi dan menghidupkan kembali kebijakan "Look East". Kami sangat senang mengetahui tekad barunya untuk mereintegrasi kebijakan pendidikan, dan kami dengan senang hati membantu serta berkolaborasi dengan komitmen tulusnya dalam memperkuat kebijakan pendidikan.

 

Seperti yang Anda ketahui, kami telah diminta oleh Dr. Mahathir untuk mendirikan kampus cabang baru dari universitas kami, Universitas Tsukuba, untuk pertama kalinya. Besok (25 Oktober), presiden universitas tersebut akan datang ke Malaysia untuk melakukan diskusi final mengenai lokasi dan cara mendirikan kampus cabang tersebut.

 

Tahun depan, saya memprediksi mereka akan melakukan pembukaan awal universitas tersebut. Ini adalah kampus pertama universitas Jepang di luar Jepang. Saya, pada kenyataannya, sangat senang melihat hal ini terwujud karena tanpa permintaan dari Dr. Mahathir, pemerintah kami tidak akan mempertimbangkannya dengan begitu serius. Hal ini terjadi tepat waktu ketika saya menjabat sebagai duta besar.

 

Kesan saya terhadap negara ini...Malaysia adalah negara multiras dan multireligius. Tentu saja, karena alasan ini, pemerintah dan rakyat Anda telah menggunakan kebijaksanaan untuk menjaga stabilitas serta aktivitas yang kuat dari berbagai ras dan agama yang ada.

 

Jepang adalah negara yang sangat unik, sangat homogen. Namun, orang-orang kami, khususnya kaum muda, merasa tidak nyaman ketika pertama kali pergi ke luar negeri. Karena ketidaknyamanan ini, mereka mungkin tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan baru di luar Jepang.

 

Hal ini telah membatasi aktivitas kaum muda kami di luar negeri dan, sampai batas tertentu, melemahkan keterlibatan kami di luar negeri, terutama di kalangan generasi muda. Malaysia tidak perlu menghadapi masalah seperti ini karena negara ini sudah multireligius. Begitu mereka (warga Malaysia) pergi ke luar negeri, mereka tidak perlu khawatir tentang lingkungan yang berbeda dan dapat beradaptasi dengan mudah. Jadi, saya merasa iri dalam hal ini, dan untuk alasan ini, Malaysia sudah menjadi negara yang terintegrasi secara global, dan warga Malaysia sudah menjadi warga dunia yang terintegrasi secara global.

 

T: Anda juga menyaksikan perubahan pemerintahan yang bersejarah dari Barisan Nasional ke Pakatan Harapan, perubahan pemerintahan pertama dalam lebih dari 60 tahun. Apa harapan Anda untuk Malaysia ke depan?

 

J: Kawasan ini telah berkembang dengan sangat pesat. Beberapa tahun yang lalu, Asia tidak terlalu kuat secara ekonomi atau politik, dan kita, orang Asia, cenderung belajar dari bagian dunia lainnya. Asia cenderung mengandalkan perkembangan teknologi dari beberapa wilayah lainnya.

 

Namun, kini situasinya telah berubah karena kami telah memperkuat ekonomi, tingkat pendidikan, dan produksi industri kami. Tetapi, sekali lagi, kami menghadapi beberapa bahaya dan risiko di kawasan ini, salah satunya adalah perkembangan ekonomi yang diiringi risiko akumulasi utang, yang dapat dengan mudah mengacaukan ekonomi yang sudah mapan.

 

Oleh karena itu, selama pergantian pemerintahan, perdana menteri dan pemerintah telah menekankan perlunya transparansi, tata kelola yang baik, kesetaraan, dan pengurangan korupsi. Hal ini akan membangun masyarakat yang berlandaskan fondasi yang sangat kokoh, yang mendukung perkembangan ekonomi yang tangguh, tanpa itu sulit bagi orang Asia untuk memimpin dunia.

 

Saya pikir ini adalah kesempatan baik bagi pemerintahan baru untuk memimpin, dan saya pikir sinyal positif sudah mulai disampaikan kepada negara-negara lain di ASEAN dan sekitarnya. Pergantian pemerintahan di Malaysia juga mulai memberikan pengaruh positif dan menjanjikan bagi negara-negara lain di ASEAN dan sekitarnya.

 

T: Apa pandangan pribadi Anda tentang Dr. Mahathir, yang sangat mengagumi Jepang dan sering mengunjungi negara Anda, atas pencapaiannya menjadi perdana menteri untuk kedua kalinya?

 

J: Dr. Mahathir dengan sangat ramah telah menyampaikan kedekatannya yang positif dengan negara kami. Oleh karena itu, kami, dalam situasi tertentu, berada dalam posisi yang menguntungkan untuk memberikan penghargaan dan kekaguman kepada Dr. Mahathir. Bahkan tanpa kondisi seperti itu, saya mengagumi kebijakannya yang ketat dalam mengendalikan dirinya sendiri.

 

Dia pernah mengatakan kepada saya bahwa untuk menjaga kesehatan dan menikmati umur panjang, ibunya menasihatinya untuk membatasi jumlah makanan meskipun makanan tersebut sangat lezat. Untuk berhenti makan makanan yang lezat, Anda memerlukan disiplin tertentu, dan disiplin ini tampaknya dia terapkan dalam kehidupan sehari-harinya, termasuk kehidupan politiknya. Disiplin ini juga memengaruhi rekan-rekan dan politisi lainnya, serta seluruh pemerintahan.

 

Saya rasa Dr. Mahathir adalah pemimpin yang sangat baik dalam hal ini. Selain memiliki disiplin yang kuat, beliau juga inovatif dengan berbagai gagasan baru dan, pada usia 94 tahun, masih memiliki minat yang besar terhadap teknologi baru, perangkat baru, dan jenis layanan baru.

 

Setiap kali beliau bertemu dengan teknologi inovatif, beliau selalu ingin mempelajarinya dan menganalisis apakah teknologi tersebut bermanfaat untuk negaranya dan rakyatnya. Saya pikir ini adalah sikap dan sifat yang sangat mengagumkan sebagai seorang politisi.

 

T: Secara umum, apa kesan pemerintah Jepang terhadap Dr. Mahathir?

 

J: Pemerintah kami, para politisi, pemimpin bisnis, dan masyarakat Jepang semuanya menyukai, mencintai, menghormati, dan mengagumi beliau. Saya rasa semua pihak merasa bahagia memiliki pemimpin seperti Dr. Mahathir di Asia.

 

T: Mengenai hubungan bilateral, khususnya selama lima setengah tahun terakhir Anda berada di sini, apakah Anda yakin dengan kembalinya Dr. Mahathir sebagai perdana menteri dan kebijakan Look East yang dihidupkan kembali ... Apakah Malaysia dan Jepang sedang menuju peningkatan hubungan ke tingkat yang lebih tinggi dalam beberapa tahun mendatang?

 

J: Seperti yang Anda ketahui, sejak Dr. Mahathir kembali berkuasa, kami telah menciptakan berbagai kebijakan dan proyek bersama, dan masih banyak lagi yang akan datang. Sebagai contoh, di bidang keuangan, Jepang telah membantu Malaysia untuk menerbitkan obligasi yang didenominasikan dalam yen guna mengurangi utangnya.

 

Kami sedang mendirikan kampus cabang universitas Jepang di sini dan juga memberikan saran yang baik sejauh mungkin untuk meningkatkan kegunaan transportasi rel di Malaysia. Kami telah mengirimkan para peneliti, dan hasil studi komprehensif tentang berbagai moda transportasi sudah selesai.

 

Ada sejumlah diskusi tentang kolaborasi di bidang peralatan pertahanan, dan saya rasa pemerintah kami beserta industrinya sangat senang dapat bekerja sama dengan pemerintah dan industri Malaysia. Hubungan bilateral telah diperkuat dari bulan ke bulan, minggu ke minggu, saya rasa.

 

T: Bagaimana perkembangan terbaru mengenai penawaran obligasi Samurai Jepang kepada Malaysia?

 

J: Saya rasa pemerintah kami telah memutuskan untuk menawarkannya kepada Kementerian Keuangan Malaysia untuk menerbitkan obligasi Samurai. Tranche pertama diterbitkan pada bulan Maret tahun ini, dan sangat sukses. Pemerintah Malaysia ingin menerbitkan obligasi senilai sekitar 200 miliar yen (sekitar RM7,7 miliar), tetapi permohonan yang diterima melebihi 320 miliar yen (RM12,3 miliar).

 

Hal ini menunjukkan kepercayaan terhadap pasar Malaysia dan terhadap pemerintah Malaysia. Untuk tranche kedua, kami hampir mencapai kesepakatan tentang persyaratan spesifiknya. Saya rasa detailnya masih dalam pembahasan antara kedua pemerintah kami.

 

T: Menurut pengamatan Anda, sektor apa yang perlu lebih difokuskan oleh Malaysia agar tetap berada di jalur menuju negara maju?

 

J: Agar Malaysia tidak terjebak dalam perangkap negara berpenghasilan menengah, saya rasa negara ini masih membutuhkan infrastruktur yang kuat seperti pasokan listrik, air, transportasi, perumahan, dan telekomunikasi.

 

Saya juga berpikir bahwa meskipun Malaysia saat ini perlu mengurangi utang yang disebabkan oleh pemerintahan sebelumnya, pada titik tertentu di masa depan, Malaysia akan kembali mencoba mengembangkan infrastrukturnya untuk mendorong ekonomi, memberikan peluang ekonomi kepada berbagai industri, serta meningkatkan pertumbuhan agar dapat memimpin seluruh bangsa dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang dan kuat serta kesejahteraan.

 

T: Apa saja hal yang akan Anda rindukan setelah meninggalkan Malaysia?

 

J: Saya akan merindukan banyak hal. Pertama, saya akan merindukan teman-teman saya di Malaysia. Saya akan merindukan iklim yang sangat nyaman. Malaysia hampir tidak memiliki bencana alam, tidak seperti negara kami. Saya berterima kasih kepada pemerintah dan rakyat Malaysia atas simpati yang diberikan terhadap korban akibat topan baru-baru ini di Jepang.

 

Saya juga akan merindukan iklim yang nyaman dan dapat diprediksi, terutama di Kuala Lumpur yang penuh dengan pepohonan hijau dan rumput. Saya rasa Malaysia telah berhasil mempertahankan lingkungan yang baik. Saya ingin kembali ke Malaysia, jika Anda tidak keberatan.

 

SUMBER:

Bernama, 25 October 2019.